[caption id="" align="alignleft" width="288"] Pelatihan ERCB[/caption] Medan, 15 Juni 2013. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Pusaka Indonesia mengadakan pelatihan tentang tanggap darurat bencana berbasis masyarakat adat. Pelatihan ini diadakan di Kantor Pusaka Indonesia Jl. Kenanga Sari No 20, Pasar Anam, Tanjung Sari, Kota Medan. Peserta pelatihan 15 orang dari AMAN yang merupakan perwakilan dari Pengurus Daerah dan Wilayah AMAN Sumatera Utara, Pengurus Wilayah AMAN Bengkulu serta 10 orang dari staff Pusaka Indonesia. Untuk pelatih langsung dari CRS yaitu Ramadhan Ansari, Yudi dan Ama Hawani. Materi yang diajarkan dalam pelatihan ini menggunakan panduan Buku Sphere Project dan Buku Panduan Cukup Baik (Good Enough Guide/GEG). Secara spesifik panduan tersebut berisi tentang bagaimana melakukan respon bencana yang sesuai dengan standard international yang sudah ditetapkan. Ada 4 sektor dalam respon bencana yang ada dalam Buku Sphere Project ini yaitu Makanan dan Nutrisi, Air Bersih, Hunian Sementara / Shelter dan Kesehatan. “Ke-empat sector tersebut penting dalam respon bencana karena jika tidak cepat ditangani akan berpengaruh terhadap kehidupan terdampak,” papar Ramadhan Ansari salah satu trainer pelatihan ini. Selain itu peserta juga diberi materi tentang Piagam Kemanusiaan, Kode Etik, Akuntabilitas, Logisitik dan bagaimana melakukan kajian yang baik selama merespon bencana. Annas Radin Syarif, Kepala Divisi Pelayanan Komunitas PB AMAN mengatakan bahwa penanggulangan bencana di wilayah-wilayah adat merupakan bagian dari bentuk layanan organisasi terhadap anggotanya. Selama ini AMAN secara organisasi merespon bencana belum terorganisir dengan baik. Harapannya dengan pelatihan ini AMAN mempunyai mekanisme dan kapasitas dalam merespon bencana khususnya di wilayah-wilayah adat. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Emergency Respon Capacity Building (ERCB) yang didukung oleh Catholic Relief Services (CRS) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas organisasi mitra dalam merespon bencana. “Tujuan dari program ERCB ini agar mitra CRS mempunyai kesiapsiagaan bencana. Jika ada bencana mereka tahu akan melakukan apa. Harapannya mitra-mitra kami mempunyai mekanisme dan system dalam emergency respon di organisasinya masing-masing,” kata Ama Hawani saat wawancara disela-sela pelatihan. CRS menjalankan program ERCB ini mulai tahun 2012 yang lalu. Berawal dari kebutuhan dan mengidentifikasi mitra – mitra di Indonesia yang membutuhkan pelatihan tanggap darurat kebencanaan. Saat ini mitra – mitra CRS di Indonesia adalah AMAN, Pusaka Indonesia, Primary, Bina Swadaya, dan Perdhaki. Tantangannya adalah setiap organisasi patner memiliki karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda juga. Ada beberapa mitra membutuhkan Capacity Building lebih lanjut. “Harapannya mitra-mitra ini nanti bisa berjaringan dalam merespon kejadian bencana di Indonesia,” kata Ama.****ARR