Oleh Akbar Wiyana

Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Pengurus Daerah (PD) Osing menggelar Kemah Pemuda Adat dan Pertemuan Daerah Kedua di Sawah Art Space, Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada 24-26 September 2021.

Plt. Ketua BPAN PD Osing Banyuwangi, Ilham Saifulloh, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan rasa memiliki para pemuda adat terhadap budayanya sendiri agar mereka turut melestarikan warisan leluhur, mulai dari wilayah adat, seni, tradisi, hingga kearifan lokal.

“Kegiatan ini diikuti oleh 16 Komunitas adat, di antaranya Aliyan, Kejoyo, Bakungan, Mandaluko, Kemiren, dan Banjar,” ungkap Ilham.

Ilham menilai bahwa 40 pemuda-pemudi adat Osing yang mengikuti acara itu sangat aktif dalam segala kegiatan adat yang digelar di kampungnya masing-masing, tetapi sebagian besar masih belum tergabung ke dalam BPAN.

“Acara ini juga dalam rangka mengkader pemuda-pemudi adat untuk aktif berperan melestarikan budaya bersama BPAN,” kata Ilham.

Ilham menjelaskan bahwa selama tiga hari, sejumlah agenda telah disiapkan dalam acara Kemah Pemuda Adat itu, meliputi pengenalan tentang BPAN dan AMAN, pemilihan kepengurusan BPAN yang baru, pentas seni, dan jelajah wilayah adat.

Aktivitas kemah pemuda adat yang tergabung dalam BPAN Osing. Sumber foto: Dokumentasi BPAN Osing.

“Nanti juga akan diselingi dengan sharing terkait masalah-masalah adat di setiap kampung peserta masing-masing,” ujar Ilham. “Kita juga akan coba cari solusinya bareng-bareng.”

Salah satu peserta yangberasal dari Komunitas Masyarakat Adat Bakungan, Annisa Yastisa Ahmad, mengaku mengikuti kegiatan kemah itu untuk mengenal adat budaya Osing lebih dalam lagi. Menurut perempuan berusia 19 tahun tersebut, kegiatan itu penting bagi pemuda guna melestarikan budaya di wilayah adatnya.

Annisa juga aktif dalam Pesinauan Sekolah Adat Osing yang telah dirintis awal tahun 2021 ini oleh AMAN Daerah Osing beserta organisasi sayapnya. Hal itu, ia nilai sebagai pelengkap untuk ikut berperan mempertahankan hak-hak adat. "Ingin bergabung ke dalam BPAN juga untuk belajar berorganisasi," katanya.

Peserta lain adalah Abdul Ghofur yang datang dari Komunitas Masyarakat Adat Mandaluko. Pemuda yang baru berumur 17 tahun itu mengaku bergabung dalam kegiatan itu untuk mencari teman-teman baru lintas desa atau komunitas. Dalam kemah tersebut, Ghofur juga ingin memperkenalkan tradisi turun-temurun yang berkembang di kampungnya, yakni pencak sumping - sebuah tradisi bela diri khas Masyarakat Adat Osing yang biasanya dilakukan secara beriringan dengan ritual kenduri atau bersih desa.

"Harapannya, kegiatan ini bisa menambah wawasan tentang kekayaan adat tradisi Osing yang beragam di setiap kampung," harap Ghofur.

***

Penulis adalah staf Infokom AMAN Osing sekaligus anggota dari BPAN Osing.