AMAN (17/09/2020) Untuk menyimpan padi hasil panen dari ladang, suku Dayak Tomun yang di tinggal di Laman Kinipan mengenal 3 (tiga) jenis tempat penyimpanan padi, yaitu Jurukng, Jurukng Jolai dan Godukng. Ada perbedaan mencolok dari ketiga tempat tersebut, yaitu pada bentuk bangunannya. Bangunan Jurukng biasanya berukuran persegi empat kecil dan umumnya memiliki 6 (enam) tiang pondasi dari kayu Ulin, Jurukng Jolai mirip seperti Jurukng namun memiliki bangunan yang lebih Panjang. Sedangkan Godukng, memiliki ukuran yang lebih besar dari keduanya. Beberapa kesamaan dari ketiganya adalah tiang-tiang pondasi yang menggunakan kayu dari pohon Ulin, dan sama-sama memiliki Jalapakng, yaitu sebuah kayu pipih berbentuk bundar yang dirangkai menyatu pada setiap tiang-tiang pondasinya. Jalapakng ini memiliki kegunaan sebagai penangkal dari hama, seperti tikus, tupai dan sebagainya agar tidak dapat naik dan masuk ke dalam Jurukng, Jurukng Jolai dan Godukng. Pada masa lalu Jalapakng biasanya dibentuk dari baner-baner kayu dan Masyarakat Adat Kinipan membuatnya dari kayu Tapakng(Manggris), Ulin, Meranti, dan lainnya. Tradisi Masyarakat Adat Kinipan setelah panen di ladang, padi biasanya akan ditempatkan sementara pada wadah berbentuk persegi empat terbuat dari kulit kayu, kemudian diletakkan dibawah pondok yang ada di ladang, dikenal dengan sebutan Lumukng Padi (sejenis Karangking istilah Dayak Ngaju). Ketika semua padi di ladang selesai dipanen, maka padi tersebut dibawa ke laman dan diletakkan dalam Jurukng, Jurunk Jolai atau Godukng. Pada masa lalu, Jurukng, Jurukng Jolai dan Godukng ditempatkan depan rumah warga. Namun, saat ini banyak yang mendirikannya disamping rumah mereka. Ada ritual, pantangan dan waktu khusus untuk mendirikan tempat penyimpanan padi ini, tidak bisa sembarangan dan harus memperhatikan agar Jurukng, Jurukng Jolai dan Godukng tempat menyimpan padi tidak diserang hama. (Ferdi Kurnianto- INFOKOM AMAN PW AMAN Kalimantan Tengah)