Oleh Apriadi Gunawan

Sekretaris Jenderal (Sekjen) AMAN Rukka Sombolinggi menyatakan bahwa perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) dan Hari Ulang Tahun (HUT) AMAN ke-23 yang diperingati pada 17 Maret 2022, akan menjadi momentum strategis dalam merangkai simpul ketangguhan, memperkuat solidaritas, dan memulihkan kedaulatan.

Tahun ini akan menjadi kali kedua bagi AMAN menggelar HKMAN dan HUT AMAN di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai.

Perayaan HKMAN yang sekaligus dirangkai dengan acara syukuran 23 tahun terbentuknya AMAN, mengambil tema “Tangguh di Tengah Krisis, Perkuat Solidaritas, Pulihkan Kedaulatan.”

Rukka mengatakan bahwa tanggal 17 Maret merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Masyarakat Adat Nusantara. Pada tanggal tersebut, kita memperingati dan merayakan dua momentum penting yang menandai babak baru gerakan perjuangan Masyarakat Adat Nusantara. Kedua momentum tersebut adalah HKMAN dan terbentuknya AMAN.

“Perayaan HKMAN dan HUT AMAN tahun ini menjadi momentum bagi Masyarakat Adat untuk merangkai simpul dalam menegaskan ketangguhan, memperkuat solidaritas, dan memulihkan kedaulatan untuk seluruh umat manusia,” kata Rukka pada Rabu (9/3/2022).

Rukka menegaskan bahwa perayaan ini merupakan perayaan untuk kita mempersatukan semua. Dikatakannya, sebagaimana perayaan HKMAN dan HUT AMAN pada 2021 lalu yang mengangkat tema “Tangguh di Tengah Krisis,” maka pada 2022 ini kita ingin kembali menegaskan semangat ketangguhan itu dengan menambahkan dua aspek penting dan kontekstual di tengah krisis ini, yaitu memperkuat solidaritas dan memulihkan kedaulatan Masyarakat Adat.

Ia menerangkan ada tiga hal penting yang hendak kita dorong dari tema tersebut. Pertama, kita sedang mengobarkan semangat dalam menyambut Kongres Masyarakat Adat Nusantara Keenam (KMAN VI) yang akan diselenggarakan pada 24-28 Oktober 2022 di Wilayah Adat Tabi, Jayapura, Papua.

Kedua, kita menyadari situasi krisis yang sedang kita hadapi saat ini tidak hanya terbatas pada situasi pandemi Covid-19 yang belum usai, tetapi juga berbagai bencana alam, krisis iklim, dan kemunduran demokrasi yang diwarnai dengan politik pecah belah yang menghancurkan keberagaman dan keakraban sesama bangsa. Krisis lainnya termasuk tingginya kasus perampasan wilayah adat yang disertai tindak kekerasan dan kriminalisasi terhadap Masyarakat Adat.

Ketiga, kita hendak menyampaikan harapan, yakni pemulihan, yang menjadi kata kunci atas persoalan Masyarakat Adat.

“Pemulihan terhadap kedaulatan merupakan hak yang melekat pada kita sebagai Masyarakat Adat. Itu sesungguhnya merupakan upaya pemulihan segala persoalan umat manusia dari berbagai krisis yang telah dan akan terjadi,” kata Rukka.  

Abdon Nababan sebagai Dewan AMAN Nasional, menjelaskan bahwa 17 Maret 1999 merupakan hari bersejarah, di mana para pemimpin Masyarakat Adat dari seluruh pelosok Nusantara mengikat janji untuk berjuang bersama secara terorganisir dan terpimpin berdasarkan rasa senasib dan sepenanggungan untuk kembali berdaulat, mandiri, dan bermartabat di wilayah adat masing-masing. Ia juga menyebut bahwa tanggal 17 Maret itulah tercetus deklarasi HKMAN yang lahir dalam KMAN I tahun 1999 di Jakarta.

Abdon menerangkan, melalui deklarasi itu, Masyarakat Adat Nusantara menyatakan komitmen bersama untuk bangkit memperjuangkan pengakuan dan penghormatan negara sesuai amanat konstitusi atau UUD 1945. Komitmen bersama tersebut dirumuskan dalam satu pernyataan tegas: “Jika negara tidak mengakui kami, kami tidak mengakui negara.”

“Saat itu, Masyarakat Adat Nusantara secara nasional memulai satu gerakan bersama, (yaitu) menolak untuk terus tertindas, menolak untuk terus terjajah, menolak menjadi orang asing di tanah leluhur sendiri,” ujar penerima Ramon Magsaysay Award 2017 itu.

Abdon mengatakan bahwa untuk mengawal dan memandu kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara menuju cita-cita bersama untuk berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya, peserta KMAN I bersepakat untuk mendirikan AMAN.

“Maka, AMAN selalu merayakan HKMAN setiap tanggal 17 Maret untuk mengingat dan menguatkan rasa senasib dan sepenanggungan di antara sesama Masyarakat Adat sekaligus meneguhkan kebersamaan dan persatuan dalam perjuangan bersama,” paparnya.

Menurutnya, tantangan yang akan kita hadapi sebagai bangsa ke depan, akan semakin berat. Sementara itu, para ahli juga telah memperkirakan berbagai macam krisis yang kelak mengancam keberlanjutan bumi dan penghuninya. Keberagaman identitas kebangsaan harus diperkuat dengan solidaritas yang tinggi untuk menghadapinya. Kedaulatan Masyarakat Adat dan bangsa Indonesia harus menjadi pondasi untuk mengatasinya.

“Itulah alasan kita memilih tema HKMAN, (yaitu) ‘Tangguh di Tengah Krisis, Perkuat Solidaritas, Pulihkan Kedaulatan,’” ujar Abdon yang menegaskan kalau tema itu menggambarkan tantangan sekaligus tawaran solusi dari gerakan Masyarakat Adat Nusantara untuk bangsa Indonesia dan dunia.

***