Oleh Apriadi Gunawan

Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2022 berlangsung meriah di berbagai komunitas Masyarakat Adat, termasuk di Rumah AMAN, Bogor, Jawa Barat pada Selasa (9/8/2022).

Berbagai sajian kuliner khas Masyarakat Adat ditampilkan dalam malam perayaan HIMAS tahun ini yang mengambil tema “Peran Perempuan Adat dalam Merawat dan Mentransmisikan Pengetahuan Tradisional.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) AMAN Rukka Sombolinggi dalam pidatonya menyatakan bahwa HIMAS menjadi hari yang penting untuk merayakan perlawanan gerakan Masyarakat Adat di seluruh dunia karena kita (sebagai Masyarakat Adat) menolak punah dan menolak penjajahan atas Masyarakat Adat.

Rukka menambahkan bahwa pula di tengah perayaan HIMAS, kita sedang berhadapan dengan berbagai krisis, terutama krisis iklim yang saat ini ada di depan kita. Ia pun menegaskan tentang penyebab krisis yang berawal pada kesalahan dalam tindakan dan cara pandang kita terhadap alam dan sesama maupun tindakan kita yang menghancurkan alam dan bersikap tidak adil terhadap sesama. Akan tetapi, di tengah penghancuran itu, ternyata masih ada sekitar 80 persen biodiversitas di muka bumi ini yang dalam keadaan baik dan itu semua ada di wilayah adat.

“Kita patut bersyukur kepada Masyarakat Adat. Di tengah penghancuran itu, kita masih bisa menyelamatkan 80 persen biodiversitas dunia,” kata Rukka dengan penuh semangat saat menyampaikan pidatonya.

AMAN selalu merayakan HIMAS atau International Day of the World’s Indigenous Peoples yang diperingati setiap 9 Agustus. HIMAS pertama kali diumumkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Desember 1994.

Sejarah HIMAS juga merupakan pengingat untuk meningkatkan kesadaran dan melindungi hak Masyarakat Adat di dunia. Pada 1982, Sub-Komisi Penduduk dan Perlindungan Hak Asasi Manusia mendirikan Kelompok Kerja untuk Populasi Masyarakat Adat (WGIP) yang memberi perhatian khusus terhadap Masyarakat Adat. Dalam usahanya, WGIP berhasil menyepakati draf Deklarasi PBB tentang Masyarakat Adat dan kemudian menetapkan Resolusi Majelis Umum PBB No. 49/214 tanggal 23 Desember 1994 yang menetapkan 9 Agustus sebagai HIMAS.

Rukka mengatakan, perayaan HIMAS tahun ini dikhususkan untuk mengakui dan memberikan penghargaan terhadap perempuan adat karena terbukti dari 80 persen keanekaragaman hayati dan budaya yang ada di dunia saat ini, tidak terlepas dari keberadaan dan peran penting perempuan adat.

“Semua ekosistem yang masih baik itu karena perempuan adat masih memainkan peran penting, merawat, dan menjaga serta meneruskan pengetahuan kepada generasi berikutnya,” ujarnya.

Karena itu, Rukka menyatakan perayaan HIMAS tahun ini khusus didedikasikan untuk menghormati dan mengingatkan kita semua tentang cara perempuan adat menjaga bumi dan menjadi penjaga terdepan dari seluruh umat manusia.

“Perempuan adat menjaga dan merawat bumi bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk keluarga, kampung, dan umat manusia,” tandasnya.

Rukka menyatakan bahwa di organisasi ini, kita patut berbangga, perempuan adat diberikan tempat. Tapi, itu semua belum cukup, masih banyak cara pandang yang perlu kita perbarui.

“Cara pandang kita memandang perempuan adat di kampung dan organisasi, masih perlu kita perkuat,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Rukka menyatakan bahwa HIMAS tahun ini merupakan perayaan terakhir sebelum Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI di Papua pada Oktober 2022 mendatang. Ia mengajak semua pihak untuk bergotong-royong menyukseskan KMAN VI, terutama dalam menghadirkan Masyarakat Adat.

“Ini kongres yang strategis, kita akan merumuskan strategi dan arah organisasi ke depan. Kita juga akan memilih Sekjen AMAN,” katanya.

***

Writer : Apriadi Gunawan | Jakarta
Tag : PEREMPUAN AMAN Perempuan Adat HIMAS HIMAS2022 Rumah AMAN International Day of the World’s Indigenous Peoples