Oleh Deni Putra

Ratusan pengurus  Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dari berbagai daerah mulai berdatangan ke lokasi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) AMAN VII di Desa Kutei Lubuk Kembang, Kabupaten Rejang Lebong. Mereka tiba secara bergelombang mulai pukul 10.30 Wib melalui bandar udara Fatmawati Soekarno Bengkulu, Kamis (16/3/2023).

Kedatangan peserta Rakernas AMAN ini cukup menarik perhatian banyak orang. Mereka datang dengan mengenakan pakai adat masing-masing.

Eddy misalnya, ia datang ke Bengkulu dengan mengenakan ikatan kepala Sesingal yang merupakan pakaian khas Masyarakat Adat dari Suku Tidung Mansalong, Kalimantan Utara.

“Ikatan kepala ini khas dari Suku Tidung,” kata Eddy setibanya di bandara Fatmawati Bengkulu, Kamis (16/3/2023).

Pria paruh baya ini menyatakan ikatan kepala yang dipakainya ini belum menunjukkan secara utuh pakaian adat dari Suku Tidung Mansalong. Masih ada Selendang Dadaidara.

“Nanti itu (Selendang Dadaidara) kami pakai di acara kirab budaya,” ujarnya.

Eddy menuturkan sangat terkesan dengan Kota Bengkulu yang dikenal sebagai Bumi Raflesia. Kesan positif ini membuatnya cukup bersemangat untuk mengikuti kegiatan Rakernas AMAN. VII yang baru akan dimulai, Jum’at (17/3/2023) besok.

“Terus terang, jadi bersemangat saya ikut Rakernas AMAN,” katanya sambil tersenyum.  

Ia berharap Rakernas AMAN VII berlangsung sukses dan membuat Bengkulu semakin lebih dikenal, khususnya di kalangan Masyarakat Adat.

"Rakernas ini agenda besar AMAN, kita berharap melalui agenda ini, gerakan Masyarakat Adat semakin berdaulat, mandiri dan bermartabat,” ungkapnya.

Selain Eddy, Agus Tohama dari Masyarakat Adat Tampo Badak Sulawesi, juga tampil beda saat tiba di bandara Fatmawati. Ia mengenakan ikatan kepala Siga, yang merupakan pakaian khas adat Sulawesi. Ia juga tampil nyentrik dengan tas sandangnya.

"Tas yang saya pakai ini sering kami sebut Tas Kalidei,” kata Agus.

Pria berparas menawan ini menyatakan baru pertama kali datang ke Bengkulu. Ia cukup terkesan dengan penyambutan panitia Rakernas. Rasa lelah usai menempuh perjalanan cukup jauh dari Sulawesi hilang seketika setibanya di Bengkulu.

“Hilang lelah kami setibanya disini, penyambutannya baik sekali,” kata Agus.

Made Denik dari Masyarakat Adat Bali juga menyatakan sangat senang bisa datang ke Bengkulu. Ia berharap disela kegiatan Rakernas AMAN nanti bisa menemukan makanan khas Bengkulu.

“Ingin sekali rasanya saya mencoba makanan khas disini (Bengkulu),” katanya yang mengaku baru  pertama ini datang ke Bengkulu.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tana Serawai, Kabupaten Seluma, Bengkulu

Writer : Deni Putra | Bengkulu
Tag : Rakernas AMAN VII Bengkulu