
Pawai Budaya dan Penanaman Pohon Meriahkan Perayaan HIMAS 2025 di Kasepuhan Guradog Banten
11 Agustus 2025 Berita Dirga Yandri Tandi dan Gamaliel M.KalieleOleh Dirga Yandri Tandi dan Gamaliel M.Kaliele
Ribuan Masyarakat Adat dari berbagai daerah ikut meramaikan pawai budaya pada perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2025 di Kasepuhan Guradog, Kecamatan Curigbitung, Kabupaten Lebak, Banten pada Sabtu, 9 Agustus 2025.
Pawai budaya yang dirangkai dengan penanaman pohon ini membuat perayaan HIMAS yang mengusung tema : "Memperkuat Hak Untuk Menentukan Nasib Sendiri: Jalan Menuju Kedaulatan Pangan" menjadi meriah dan mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar.
Masyarakat tumpah ruah ke bibir jalan menyaksikan pawai budaya yang melewati rumah mereka. Bahkan, sebagian dari masyarakat minta berswaphoto dengan peserta pawai yang seluruhnya mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing.
Marsono, salah seorang warga Kasepuhan Guradog, mengaku baru kali ini menyaksikan pawai budaya di Kasepuhan Guradog. Ia kagum melihat pakaian adat yang dipakai oleh peserta pawai budaya.
"Pawai budayanya bagus, senang sekali melihatnya,” kata Marsono, saat menyaksikan pawai budaya bersama anak dan istrinya dari depan rumahnya, Sabtu (9/8/2025).
Rombongan peserta pawai budaya berangkat dari rumah adat Kasepuhan Guradog. Rombongan bergerak perlahan menyusuri jalan menanjak ke arah panggung utama yang menjadi tempat perayaan HIMAS 2025. Disepanjang jalan, Masyarakat Adat yang mengikuti pawai budaya menyerukan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Masyarakat Adat.
"Sahkan RUU Masyarakat Adat," teriaknya.
Peserta pawai budaya menyusuri jalan sambil membawa spanduk ukuran besar. Dokumentasi AMAN
Diiringi Kesenian Tradisional
Sejumlah seni tradisional sarat makna turut ditampilkan dalam pawai budaya, seperti Lengkong Rengkong, musik panen dari bambu yang melambangkan syukur atas hasil bumi. Lalu, Udah Adul sebuah gerakan penuh semangat untuk menyambut panen. Kemudian, ada Kunjungan yakni seni beradu tanpa amarah yang mengekspresikan kedewasaan dan penyelesaian konflik secara damai. Angklung Buhun yaitu irama sakral untuk mengiringi proses menanam yang tak lepas dari ritual adat.
Ada juga Dongkdot Dog-dog yaitu tabuhan panjang dari Banten Kidul dengan bunyi khas: dong… dong.
Semua jenis kesenian ini ditampilkan mengiringi peserta pawai budaya. Posisinya ditempatkan di barisan terdepan peserta pawai.
Menanam Pohon
Disela perhelatan pawai budaya yang begitu meriah, panitia HIMAS 2025 melaksanakan aksi penamanan pohon. Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi turut mengambil bagian dalam aksi penanaman pohon tersebut sebagai komitmen AMAN dan Masyarakat Adat dalam melestarikan lingkungan di tanah warisan leluhur.
Ketua Panitia Pelaksana HIMAS 2025, Lasron Pardingotan Sinurat menjelaskan aksi penanaman pohon ini dilakukan dalam rangka pelestarian lingkungan. Dikatakannya, pihaknya sengaja melakukan penanaman pohon di wilayah adat Kasepuhan Guradog karena wilayah ini sekarang diklaim sebagai milik Perhutani.
“Penanaman pohon ini sebagai simbol bahwa lokasi yang dijadikan tempat penanaman pohon adalah tanah adat kami, bukan tanah negara yang bisa diambil sepihak,” ujar Lasron.
Ia menjelaskan pemilihan jenis pohon yang ditanam pun penuh makna. Ada pohon untuk kebutuhan ritual, ada untuk konservasi, dan ada yang bernilai ekonomi.
“Semua pohon yang ditanam adalah simbol perlawanan sekaligus harapan,” jelasnya.
“Jumlah pohon yang ditanam ada 485 pohon. Semua jenis pohon yang ditanam memiliki arti dalam kehidupan Masyarakat Adat,” pungkasnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Toraya dan Sorong