Praktisi Media Adat Asia Berbagi Pengalaman di Medan
14 Oktober 2013 Berita Mona SihombingMedan, 12 Oktober 2013 - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menyelenggarakan lokakarya Berbagi Pengalaman praktisi media adat negara-negara Asia yang tergabung dalam program Indigenous Voices in Asia (IVA). Lokakarya ini diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 8-11 Oktober 2013. Para peserta yang hadir dari Thailand, Nepal, Filipina, Kamboja, dan Indonesia. AMAN menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya dalam rangkaian program ”Berbagi Pengalaman” ini, karena para praktisi media adat dari berbagai negara ingin meneladani kisah sukses masyarakat adat di Indonesia dalam memperjuangkan haknya untuk mendapatkan akses informasi dan media. Hak mengakses media dan informasi adalah salah satu hak masyarakat adat yang telah ditegakkan dalam Deklarasi PBB sebagai Hak- Hak Masyarakat Adat, yang diadopsi oleh IVA dengan semboyan “Suara Kami, Hak Kami”. Pada hari pertama lokakarya, para peserta berbagi pengalaman mengenai radio komunitas adat. Radio Gelora FM mewakili radio komunitas AMAN dari Komunitas Kampong Secanggang. “Peran radio komunitas untuk menunjukkan bahwa komunitas adat itu tidak sendirian, bahwa ada jaringan, ada semangat karena terhubung dengan orang lain,” kata Santo dari Radio Gelora FM. Selain radio Komunitas Secanggang, ada juga presentasi radio komunitas dari negara-negara peserta. Gwendolyn Gaye L. Gaongen dari Filipina, misalnya, berbagi pengalaman Radyo Sagada, sebuah radio komunitas yang berada di wilayah Cordillera. Salah satu isu hangat yang didiskusikan pada hari pertama adalah tentang keberlanjutan radio komunitas. “Gelora FM bisa terus berlanjut salah satunya karena adanya dukungan dari hasil panen tanah kolektif,” tutur Santo. Pada hari ke-dua, Alim, Wakil Pemimpin Redaksi Ruai TV hadir berbagi pengalaman tentang bagaiman mengarus-utamakan suara masyarakat adat di Kalimantan Barat melalui saluran Ruai TV. “Tanggung jawab media adalah memberikan suara kepada mereka yang tidak bisa menyuarakan hak-haknya, namun ada banyak media sudah mulai melupakan tanggung jawab ini,” kata Alim. Manajer Program Mongabay-Indonesia, Ridzki R. Sigit yang menjadi pembicara pada hari ke-dua. Berbagi kisah soal pemberitaan tentang perjuangan masyarakat adat lewat media online mongabay.co.id. Ridzki menyoroti soal persepsi yang salah tentang masyarakat adat. “Masyarakat urban seharusnya belajar dari masyarakat adat, terkait bagaimana mereka mempertahankan dan melestarikan alam,” kata Ridzki, Kamis (10/10). Kunjungan ke Radio Komunitas Secanggang Agenda terakhir dalam Skills Sharing Exchange Programme ini adalah kunjungan ke Gelora FM, radio Komunitas Secanggang, Kabupaten Langkat. Para peserta disambut di Balai Adat Secanggang dengan suguhan seni pertunjukan adat. Hadir pula Harun Nuh, Ketua BPH AMAN, Sumatra Utara, sebagai kandidat no. 2 untuk pemilihan bupati Kabupaten Deli Serdang. Harun mengajak para peserta lokakarya ini untuk berkumpul di hadapan para undangan perwakilan pemerintah dan berseru,”Pada hari ini kami kembali menyerukan untuk menghentikan kekerasan terhadap masyarakat adat!” Setelah menikmati sajian makan siang, para peserta melanjutkan perjalanannya ke studio radio komunitas Gelora FM. Di sana mereka disambut para kru Gelora FM dan pendengar setia Gelora FM. Para peserta dipersilahkan untuk memperkenalkan diri kepada para pemirsa Gelora FM secara on air. Beberapa pemirsa merespon dengan menelepon Gelora FM dan berinteraksi dengan peserta. Bahkan ada seorang pendengar yang kemudian datang ke studio Gelora FM setelah berbincang dengan peserta dari Filipina. Sore harinya, para peserta diajak ke rumah seorang penyiar Gelora FM. Di sana mereka menikmati kelapa muda yang diambil langsung dari pohonnya.*** Mona Sihombing