Ritual Buka Sasi Ikan Lompa : Kedaulatan Protein Negeri Haruku
28 November 2013 Berita Arifin SalehSaat tiba di Bandara Patimura Ambon suasana pagi sangat cerah, tak lama kemudian saya bergabung bersama teman-teman Pengurus Wilayah AMAN Maluku menuju Pulau Haruku mengikuti ritual adat ‘Buka sasi lompa’. Dari Kota Ambon kami menuju Pelabuhan Tulehu sekitar 45 menit setiba di Tulehu rombongan mencarter speed boat menyeberang ke Pulau Haruku. Penyeberangan memakan waktu sekitar 30 menit, namun jika pada saat musim angin timur waktu tempuhnya lebih lama, karena gelombang ombak tinggi. Persiapan Buka Sasi ikan Lompa tahun 2013ini dapat dukungan pemerintah pusat lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Pada acara pembukaan hadir Wakil Bupati Maluku Tengah. Acara selanjutnya adalah makan Patita bersama seluruh warga Negeri Haruku, para tamu juga ikut dipersilahkan makan bersama dengan menu utama khas masakan Negeri Haruku. Pada pukul 19.00 wib para kewang sudah berkumpul dan mulai melakukan ritual panas sasi di rumah kewang. Seusai ritual para kewang berjalan mengelilingi kampung dan berhenti di setiap batu pamale. Setiap ada pemberhentian dilakukan peniupan tahuri dan pemukulan gendang sebagai penanda/ pengumuman kepada warga masyarakat adat bahwa akan dilaksanakan buka sasi. Seusai peniupan tahuri dan pemukukulan gendang, sekretaris kewang membacakan aturan adat buka sasi (pengambilan ikan lompa hukumnya) wajib dipatuhi oleh seluruh warga adat. Ada lima batu pamale yang didatangi, setelah selesai pemimpin kewang kembali ke rumah untuk mempersiapkan sajian makanan untuk para kewang. Pukul 03.00 seluruh kewang berkumbul duduk di depan meja yang telah dipenuhi sajian makanan dan minuman adat khas Negeri Haruku. Ritual ini disebut sebagai makan lesa para kewang. Makanan semuanya menggunakan bahan alam, seperti tempat makan memakai daun pisang dan tempat minum menggunakan tempurung kelapa, ceret tempat air dari buah kalabasa (buah maja). Selesai makan lesa para kewang menyiapkan proses bakar lobe. Lobe terbuat dari pelepah daun kelapa yang kering dikumpulkan hingga bentuknya seperti tiang panjang yang bersumbu. Membakar lobe dimulai dengan ritual adat, kemudian 15 lobe dibakar secara bergiliran. Makna dari bakar lobe adalah memanggil ikan lompa untuk masuk ke muara sungai. Setelah semua lobe terbakar waktu sudah menunjukan pukul 06.00 WIT, para kewang , tamu-tamu dan warga menyaksikan bagaiman ikan lompa datang dari laut, lalu masuk ke muara sungai secara bergerombolan. Sekitar pukul 09.00 WIT pemimpin kewang menutup muara sungai dengan pagar jaring, agar pada saat sasi dibuka ikan lompa tidak dapat keluar ke laut. Tanggal 23 november 2013 buka sasi di Negeri Haruku dilaksanakan, ribuan warga adat Negeri Haruku dan para tamu berkumpul di sekitar pinggiran Sungai Learisa Kayelly. Ada warga yang membawa jala, ember dan perahu untuk menangkap dan sekaligus sebagai wadah ikan lompa hasil tangkapan. Pukul 10.00 WIT pemimpin kewang memukul gendang mengiringi raja Negeri Haruku menabur jala pertama ke sungai sebagai tanda sasi dibuka. Ribuan Masyarakat Negeri Haruku kemudian bersuka cita baik anak-anak, pemuda/i dan orang-orang tua menyambut (ritus buka sasi) menangkap ikan lompa, tidak ketinggalan para tamu, media serta utusan pemerintah turun ke sungai bergabung dengan warga masyarakat adat Negeri Haruku.***Arifin Saleh