Oleh Joanny F.M. Pesulima

Ratusan warga memadati lapangan mesjid Negeri Morella untuk menyaksikan pesta budaya atraksi pukul sapu lidi di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Pesta budaya  yang digelar setiap tanggal 7 Syawal  yang jatuh pada 17 April 2024 tersebut selalu menjadi tontonan menarik bagi wisatawan, termasuk dari macanagera. Untuk sampai ke lokasi ini, wisatawan harus menempuh perjalanan kurang lebih 30 km dari Kota Ambon.

Setibanya di lokasi pertunjukan, wisatawan yang datang disuguhi tari-tarian cakalaele, juga tari bambu gila yang menggandung unsur mistis.

Atraksi pukul sapu lidi diawali dengan pukulan perdana oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Penjabat (Pj) Bupati Maluku Tengah, Kabid Humas Polda Maluku yang mewakili Kapolda, serta unsur forum pimpinan daerah di tingkat provinsi dan kabupaten lainnya.

Berkali-kali lidi yang berukuran besar dari pohon enau dicambukkan ke tubuh tak berbaju dari para pemuda Morella yang melakukan atraksi. Sejumlah goresan luka bekas cambukan yang meneteskan darah segar dari tubuhnya, tak membuat para pemuda Morella merasa kesakitan. Mereka saling mencambuk atau memukul menggunakan sapu lidi, diringi irama musik Totobuang.

Atraksi yang berlangsung kurang lebih setengah jam ini disaksikan ribuan warga. Nampak banyak penonton yang mengabadikan peristiwa unik ini dengan kamera handphone sebagai kenang-kenangan.

Benoni Teurup, salah seorang penonton mengatakan sudah dua kali ia menghadiri pesta budaya atraksi pukul sapu lidi di Negeri Morella. Namun, dirinya tidak bosan untuk datang menonton karena atraksi ini punya daya tarik tersendiri.

“Bayangkan, mereka sampai luka-luka begitu tapi tidak merasa sakit. Justru mereka merasa bahagia dengan merelakan tubuhnya dicambuk berkali-kali,” kata Benoni disela pertunjukan atraksi sapu lidi di Negeri Morella baru-baru ini.

Menariknya, kata Benoni, pertunjukan ini tidak menyisakan kemarahan diantara para pelaku atraksi. Pada diri mereka tidak ada balas dendam. Mereka melakukannya dengan suasana damai dan bahagia.

“Ini yang menurut saya sangat menarik,'' imbuhnya.

Raja Negeri Morella, Fadil Sialana menjelaskan tujuan dilaksanakannya kegiatan atraksi pukul sapu lidi ini, secara umum untuk menanamkan nilai heroik perjuangan rakyat melawan penjajah bagi generasi bangsa. Selain itu, juga untuk melestarikan khazanah budaya nasional, membina dan meningkatkan persatuan dan kesatuan melalui penciptaan suasana kekeluargaan dan kebersamaan.

Namun secara khusus, sebut Fadil, pertunjukan tradisi pukul sapu lidi ini bertujuan melestarikan budaya yang berakar pada sejarah perjuangan Kapitan dan Malesi pada Perang Kapahaha. Selanjutnya, pertunjukan ini dapat membangun silahturahim antar anak cucu Kapitan dan Malesi dari berbagai daerah yang  berjuang di Kapahaha.

“Kami berharap dari kegiatan ini, terbangunnya rasa patriotisme anak negeri untuk menggali dan menjaga nilai-nilai juang leluhur serta tercipta rasa cinta budaya seraya menginternalisasi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, persatuan dan kesatuan anak bangsa semakin erat,” paparnya.

Fadil menambahkan hal yang tidak kalah penting dari kegiatan atraksi pukul sapu lidi ini adalah sebagai ajang pariwisata yang potensial di Maluku.

Sejarah Pukul Sapu Lidi

Provinsi Maluku sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki beragam budaya  dan tradisi yang turut memperkaya khazanah budaya bangsa. Salah satu dari sekian banyak tradisi tersebut adalah tradisi pukul sapu lidi di Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.

Atraksi pukul sapu lidi di Negeri Morella berasal dari cerita perang di Benteng Kapahaha Morella (1637-1646). Ketika kapitan dan malesi (pengawal) dari Pata Siwa Pata Lima dan rakyat yang berasal dari berbagai daerah berjuang di Kapahaha selama 9 tahun. Mereka harus mengakui kekuatan angkatan perang Belanda. Setelah kalah perang dan ditawan selama 3 bulan, para kapitan dan malesi melakukan upacara pelepasan pejuang dengan memperagakan atraksi pukul sapu lidi. Luka-luka akibat sabetan sapu lidi merupakan simbol perjuangan melawan penjajah.

Usai melakukan atraksi pukul sapu lidi, sambil berpelukan, mereka berikrar untuk saling kenang dan menetapkan setiap tanggal 7 Syawal melakukan atraksi tersebut.

Tradisi ini terpelihara apik di Negeri Morella hingga sekarang.  Atraksi ini merupakan suatu asset budaya bangsa yang sarat dengan nilai historis yang harus dilestarikan dalam konteks upaya membangun budaya nasional.  

Atraksi pukul sapu lidi juga sebagai ajang pertemuan kembali anak cucu pejuang Kapahaha dari berbagai daerah seperti Huamual, Seram Selatan, Seram Utara, Gorom, Saparua, Alaka, Ternate, Gowa (Kerajaan Gowa), Jawa (Kerajaan Tuban dan Mataram) dam lainnya.  Hal ini kemudian menjadi wadah silahturahmi untuk menjalin kembali tali persaudaraan , semangat juang , cinta tanah air dan cinta leluhur serta memperkokoh persatuan dan kesatuan.

Tradisi ini juga telah menjadi suatu warisan budaya bangsa Indonesia yang sarat dengan nilai luhur. Karenanya, wajar saja bila tradisi pukul sapu lidi ini diselenggarakan setiap tahun.

Badan pemain setelah main sapu lidi. Dokumentasi AMAN

Cara  Bermain Atraksi Sapu Lidi

Atraksi ini dilakukan dengan membagi dua regu pemuda. Tiap regu berjumlah sekitar 10 orang dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, serta memakai pengikat kepala merah (kain berang). Sebelum masuk ke arena, mereka harus berkumpul di rumah pusaka  marga Wakang (Pessy) untuk melakukan prosesi adat. Saat di arena, kedua regu saling berhadapan, tiap orang memegang batang lidi dari pohon Enau. Lidi harus berukuran besar (lingkaran pangkal 0,5 cm dan bonggolnya selebar 3-5 cm). Kedua regu saling pukul sampai berdarah secara bergantian, luka-luka itu merupakan simbol perjuangan melawan penjajah. Luka bekas pukulan kemudian diobati secara tradisional dengan menggunakan getah daun jarak.

Asal Mula Negeri Morella

Negeri adalah salah satu pembagian administratif di Maluku yang berkedudukan di bawah Kecamatan dan dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan negeri yang bergelar Raja. Negeri bersifat kekerabatan dan kewilayahan serta terikat oleh hukum adat. Negeri dicirikan dengan masyarakatnya yang memiliki satu asal-usul  yang kemungkinan satu nenek moyang, satu adat dan satu budaya.

Asal mula Negeri Morella adalah penggabungan dari beberapa Aman (Hena) atau Negeri Lama, yakni Negeri Lama Kapahaha, Negeri Lama Iyal Uli, Negeri Lama Putulesi dan Negeri Lama Ninggareta. Ke-empat Amana tau Negeri Lama itulah yang membentuk suatu Aman atau Negeri Hausihu Morella.

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Maluku