Setiap kegiatan adat tradisi di Banyuwangi, umumnya tidak hanya dimeriahkan oleh komunitas adat setempat, namun banyak masyarakat luar daerah yang ikut menyaksikan dan memeriahkan acara tersebut. Kali ini Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Osing Banyuwangi ikut memeriahkan salah satu tradisi di salah satu komunitas adat Using (Osing) yakni Desa Kemiren , Kabupaten banyuwangi, Jatim. Kegiatan yang dinamakan tumpeng sewu (seribu tumpeng) itu berlangsung meriah pada Kamis petang, 25 Agustus 2017 di sepanjang jalan Desa Kemiren. Acara tersebut diawali dengan tradisi mepe kasur (jemur kasur) dipagi harinya. Seluruh masyarakat Kemiren mengeluarkan kasur mereka untuk dijemur dengan tujuan membersihkan sumber penyakit yang berasal dari kasur atau tempat tidur tersebut. Uniknya warna kasur yang berisi kapuk tersebut berwarna seragam, yakni perpaduan merah yang melambangkan keberanian dan hitam melambangkan kelanggengan dalam berumah tangga. Sembari memukul-mukul kasur agar bersih dari debu, masyarakat memercikkan air bunga di halaman depan rumah dan berdoa supaya dijauhkan dari berbagai penyakit. Setelah kering, alas tidur tersebut segera digulung dan dimasukkan kembali kerumah saat menjelang sore hari. Kemudian masyarakat Kemiren menyiapkan tumpeng dan lauk khas suku Using yakni pecel pitik untuk dimakan bersama pada acara puncak dimalam hari. Pecel pitik adalah menu wajib bagi masyarakat Using ketika menggelar acara adat atau hajatan. Kuliner itu memadukan ayam panggang yang telah diurapi dengan parutan kelapa serta rempah-rempah. Menjelang waktu magrib semua warga mempersiapkan tumpeng beserta pecel pitik didepan rumah masing-masing. Setelah melaksanakan sholat berjamaah di Masjid, terdapat sesi dimana media kesenian dan barong Kemiren berkeliling kampung dengan diiringi musik. Atraksi yang disebut ider bumi itu juga dibarengi oleh menyalakan obor atau ajug-ajug yang sudah terpasang didepan rumah penduduk. Nyala obor� itu menambah kesan �desa� pada malam hari dimana satu-satunya sumber pencahayaanya berupa obor atau api dan sinar bulan. Setelah seluruh obor menyala, masyarakat melaksanakan doa bersama agar mereka dijauhkan seluruh wabah penyakit. �Salah satu tujuan tumpeng sewu yakni syukuran agar Desa Kemiren diberkati Allah dan dijauhkan seluruh wabah penyakit�, ungkap tokoh adat Kemiren Suhaili. Setelah itu, barulah masyarakat Kemiren menyantap hidangan yang telah dipersiapkan sejak pagi harinya. Tidak hanya masyarakat setempat, namun banyak juga warga lain seperti komunitas dan wisatawan, ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Bahkan sebagian mereka membeli tumpeng sendiri kepada masyarakat setempat, agar dapat menikmati tumpeng sepuasnya tanpa membebani masyarakat desa yang bertempat di Kecamatan Glagah ini. Hal itu salah satu berkah tersendiri bagi masyarakat Kemiren, sebab mendapatkan penghasilan dari dirinya menjual tumpeng. Pada akhirnya, acara tersebut ditutup dengan berbagai kesenian khas suku Using diantaranya, tari gandrung dan membaca lontar yusuf. Salah satu pemuda Kemiren sekaligus ketua BPAN Osing, Kezia Fatriani mengaku senang kepada para anggota BPAN yang telah ikut berpartisipasi dalam acara adat tahunan itu. Melalui acara seperti ini dirinya berharap kekompakan anggota organisasi sayap Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) ini dapat terjaga. Tidak hanya itu, acara yang telah dimasukkan kedalam program unggulan Pemerintah setempat yakni Banyuwangi Festival ini agar diketahui anggota BPAN, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang tradisi komunitas adat Using Kemiren. ***Akbar Sumber :