“Merayakan Resiliensi Masyarakat Adat Mengadapi Covid19 dan Merajut Tatanan Kehidupan Baru yang Berkelanjutan dan Adil” Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakkatu Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Salam Sejahtera Manasu mo raka? Horas! Ho Tu! Ahoy! Sampurasun! Salam Nusantara! Hidup Masyarakat Adat! Masyarakat Adat Bangkit Bersatu! Berdaulat Bangkit Bersatu! Mandiri Bangkit Bersatu! Bermartabat Ketua dan Anggota Dewan AMAN Nasional dari 7 region yang saya hormati, seluruh Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, Organisasi Sayap, Badan Otonom dan Lembaga Ekonomi AMAN yang saya banggakan, seluruh Anggota AMAN 2.371 komunitas adat di penjuru Nusantara yang saya muliakan, serta para sahabat dan pendukung Gerakan Masyarakat Adat Nusantara yang masih setia berjuang bersama Masyarakat Adat hingga detik ini. Pertama-tama, ijinkan saya menyampaikan hormat kepada alam semesta, para leluhur Masyarakat Adat, dan puji syukur kepada Yang Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta untuk kebahagiaan kita pada hari yang sangat bersejarah ini. Hari ini seluruh dunia sedang merayakan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) di tengah-tengah terpaan badai COVID-19. Ijinkan saya mengajak kita semua untuk mengirimkan doa dan semangat kepada seluruh umat manusia, Masyarakat Adat maupun bukan. Doa khusus bagi para pahlawan kita, para tenaga medis yang dengan tulus berada di garis depan di tengah-tengah meski dalam kondisi penuh keterbatasan. Secara khusus, mari kita serukan semangat dan doa kepada seluruh pasukan Unit Tanggap Darurat #AMANkanCOVID19 yang saat ini sudah dan tetap bekerja keras untuk memastikan Masyarakat Adat se-Nusantara tetap diberi kesehatan dan kekuatan untuk terus bertahan menghadapi pandemi yang belum berakhir saat ini. Para kaum laki-laki, Perempuan Adat dan Generasi Muda yang menjadi pengerak AMANkanCovid19. Hotu! Bapak/ Ibu, saudara-saudaraku yang saya hormati, Hampir 8 dekade Masyarakat Adat dari seluruh dunia terus berjuang menyuarakan hak-haknya di tingkat internasional dan AMAN ikut dalam perjuangan tersebut dalam dua dekade terakhir. Kita di Nusantara menikmati perjuangan organisasi-organisasi dan para pemimpin Masyarakat Adat yang jauh sebelum AMAN berdiri tahun 1999, meletakkan fondasi dan mengukir tonggak-tonggak sejarah perjuangan di dunia. Itulah yang hari ini sedang kita rayakan: Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia. Tema perayaan HIMAS 2020 yang ditetapkan PBB adalah “Masyarakat Adat dan COVID-19”. Di tingkat nasional, kita menetapkan Tema “Covid19 dan Resiliensi Masyarakat Adat” sebagai cermin dari situasi dihadapi oleh Masyarakat Adat saat ini. Bapak/ Ibu dan Saudara-saudaraku yang saya muliakan, COVID-19 menegaskan bahwa apa yang selama ini kita perjuangkan adalah benar dan baik. Pandemi memberikan berbagai jawaban sekaligus memberikan petunjuk arah ke masa depan yang lebih baik, sebuah kehidupan baru dimana kita harus hidup terus menjaga ibu bumi dan adil dengan sesama manusia. Apa saja jawaban yang diberikan oleh pandemi kepada kita? Pertama: Bahwa Masyarakat Adat yang bertahan di tengah tengah krisis yang sedang berlangsung saat ini adalah yang masih menjaga keutuhan wilayah adat, dan setia menjalankan nilai-nilai dan praktek luhur nenek moyang kita. Musyawarah adat, gotong royong, memiliki rasa senasib sepenanggungan dan memanfaatkan kekayaan titipan leluhur secara bijaksana. Masyarakat Adat beserta wilayah adatnya yang masih bertahan sebagai sentral produksi dan lumbung pangan telah terbukti mampu menyelamatkan warga Masyarakat Adatnya, sesama kelompok Masyarakat Adat bahkan menyelamatkan bangsa dan negara dari ancaman krisis pangan. Masyarakat Adat tidak hanya memiliki kemampuan untuk memenuhi pangannya secara mandiri, tetapi mampu berbagi dengan komunitas-komunitas lain, bahkan ke kota-kota. Maklumat Tanjung Gusta meneguhkan sikap dan prinsip kita semua, bahwa “Kemandirian Masyarakat Adat tercapai jika kita hidup sejahtera dan berbahagia dengan mengelola secara bijaksana dan berkelanjutan seluruh kekayaan titipan leluhur, baik kekayaan material yang berada di bawah, di atas di permukaan tanah di dalam wilayah adat kita masing-masing maupun kekayaan immaterial berupa spritulitas, pengetahuan, seni tradisi, kesusasteraan, ritual-ritual dan kearifan adat kita. Ekonomi masyarakat adat mandiri jika sungai, laut, hutan dan tanah leluhur kita menyediakan kebutuhan hidup berkecukupan bagi kita. Pangan cukup, energi pun cukup! Ekonomi kita mandiri jika kreatifitas dan inovasi dalam budaya kita membahagiakan diri kita sendiri dan orang lain di sekitarnya”. Bapak/Ibu dan Saudara-saudaraku yang saya kasihi, Jawaban kedua adalah: Bahwa Masyarakat Adat yang tanahnya sudah dirampas oleh perusahaan & pemerintah, yang menjadi buruh dan dipaksa menjadi petani kelapa sawit tidak memiliki daya tahan tahan menghadapi krisis pangan akibat pandemi yang berkepanjangan. Masyarakat Adat yang sudah tidak berdaulat atas wilayah adatnya bernasib sama dengan yang hidup di perkotaan yang merupakan tempat yang paling tidak aman di dunia saat ini. Hal ini membawa kita menemukan jawaban ketiga. Jawaban ketiga adalah: Bahwa selama masa pandemi ini kita juga membuktikan bahwa rasa senasib sepenanggungan antara Masyarakat Adat, Petani, Nelayan dan Buruh mampu membuat kita bertahan. Ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada Sekjen Konsorsium Pembaharuan Agraria Sdr. Dewi Kartika yang memimpin Lumbung Agraria, dan kepada seluruh Serikat Tani yang mengirimkan pangan kepada saudara-saudara kita di beberapa kota dan meringankan beban mereka yang sedang kesulitan pangan di berbagai kota. Ijinkan saya menyerukan kepada saudara-saudaraku Petani, Buruh, Nelayan dan kaum miskin kota untuk menggunakan momentum ini, kita perkuat gotong-royong, mari kita semua bergerak bersama memutuskan lingkaran setan ekonomi kapitalistik dan neoliberal yang selama ini telah menindas kita semua! Jawaban keempat: Hari ini kita menyaksikan satu sejarah baru, dimana kapitalisme sedang mengalami krisis yang sangat besar. Paradigma pembangunan yang mengandalkan ekonomi-politik neoliberalisme yang selama ini dipraktekkan oleh rejim Kapitalisme global telah GAGAL TOTAL. Gagal membangun kesejahteraan bagi kita semua. Pabrik ditutup, industri skala besar terancam bangkrut, PHK massal terjadi dimana-mana, biaya hidup warga perkotaan meningkat, tingkat pengangguran di dunia dan di Indonesia terus meningkat pesat. Sekali lagi, ini membuktikan bahwa rejim Kapitalisme dengan model ekonomi neoliberalnya GAGAL TOTAL. Ketika krisis global ini terjadi, tidak ada solidaritas dari pengusaha-pengusaha kaya yang selama puluhan tahun telah diistimewakan dan dimanjakan pemerintah dengan berbagai regulasi dan dana. Tidak ada mitigasi yang kuat dan langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah PHK massal, termasuk mengatasi dampak lanjutan dari PHK tersebut sebagai akibat dari pandemi. Propaganda pembangunan yang selalu kita dengar bahwa “perusahaan menciptakan lapangan kerja dan menjamin kehidupan” terbukti hanyalah isapan jempol semata. Dimana-mana, di Wilayah Adat maupun di kota-kota keberadaan mereka terbukti menciptakan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan ekonomi. COVID-19 pun telah memukul sangat keras negara-negara dengan ketimpangan ekonomi yang tinggi, termasuk Indonesia. Kita juga tidak boleh menutup mata atas berbagai bencana iklim yang melanda dunia dan tanah air kita. Musim kemarau yang lebih panjang dari biasanya, banjir besar dan tanah longsor sedang terjadi di mana-mana. Membuat kita semua semakin terancam. Kita tidak boleh mengingkari bahwa ini semua karena SALAH URUS oleh Pemerintah yang secara serampangan memberikan ijin-ijin ekploitasi kepada perusahaan-perusahaan yang rakus. Bapak/ Ibu dan saudara-saudaraku semua, Sekarang saatnya untuk kita membuka mata terhadap petunjuk yang disampaikan oleh krisis yang terjadi saat ini. Bahwa kita harus segera memulai sebuah TATANAN KEHIDUPAN BARU YANG BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN. Kita tidak ingin lagi mendegar kalimat “Bumi ini cukup untuk semua orang tetapi tidak cukup buat satu orang rakus”. Saatnya kita menciptakan Kehidupan Baru dimana bumi bahkan lebih dari cukup untuk menjamin kehidupan manusia yang ada saat ini dan generasi yang akan datang. Covid 19 menunjukkan arah bahwa kita harus merubah paradigma pembangunan saat ini. Tatanan ekonomi kerakyatan yang berlandaskan gotong-royong, keadilan dan menjamin keberlanjutan kehidupan adalah modal utama dan masa depan. Kita harus memperkuat sistim ekonomi di tingkat lokal. Sebuah sistim ekonomi global yang lebih adil dan merata akan dibentuk oleh jutaan sistim ekonomi skala lokal yang kokoh. Kita harus menciptakan mekanisme di mana Masyarakat Adat dan masyarakat di pedesaan dan masyarakat urban dapat saling mendukung. Bapak/Ibu dan Saudara-saudaraku yang saya hormati, Bagi kita Masyarakat Adat, semangat gotong-royong dan solidaritas yang kita bangun bersama terbukti menjamin kedaulatan pangan di wilayah-wilayah adat. Namun demikian, kita Masyarakat Adat juga wajib menjamin ketersediaan pangan dan lingkungan yang baik bagi orang lain di sekitar kita, seperti yang dimandatkan oleh Maklumat KMAN Tanjung Gusta. Untuk itu kita perlu membuka diri dengan introduksi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperkuat pengetahuan dan teknologi yang kita warisi dari leluhur kita. Kita harus mampu membangun unit-unit produksi yang kokoh di komunitas masyarakat adat serta mengembangkan sistim pasar lokal yang akan menjadi jembatan bagi kita untuk berbagi dengan orang lain di sekitar kita. Hari ini kita patut memberikan penghargaan kepada 108 Tim Tanggap Darurat AMAN #AMANkanCOVID19, seluruh Pengurus AMAN, seluruh Organisasi Sayap, para pemuda dan perempuan adat yang selama ini bekerja maksimal untuk memastikan resiliensi (daya pulih, daya lenting) di Masyarakat Adat di tengah pandemi. Ingatlah, pekerjaan kita belum selesai, bahkan baru dimulai. Bapak/Ibu dan Saudara-saudaraku yang saya banggakan, Wilayah-wilayah adat yang rusak akibat aktivitas pertambangan dan perkebunan sawit harus segera direhabilitasi untuk memastikan resiliensi Masyarakat Adat terus bertahan dengan merubah system pertanian kita secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, rehabilitasi wilayah adat harus dilakukan secara total dan tidak hanya sebatas menanam pohon saja, tetapi juga melakukan rehabilitasi fisik tanah yang rusak, pengelolaan system pertanian yang salah akan gagal. Bapak/Ibu dan Saudara-saudaraku sekalian yang saya muliakan, Sampai hari ini, hanya tinggal 8 hari lagi kita merayakan 75 tahun Indonesia merdeka, Undang-Undang yang diamanatkan konstitusi belum juga ada. Negara belum hadir di tengah-tengah kita. Banyak sekali masalah yang dialami oleh Masyarakat Adat sebagai akibat dari 75 tahun masa pengabaian atas hak-hak konstitusional seperti pemiskinan, pembunuhan, konflik, kriminalisasi, pemusnahan bahasa, krisis identitas yang terus meluas dan kualitas lingkungan hidup yang terus menurun yang berdampak pada semakin memburuknya situasi dan kesehatan Masyarakat adat di seluruh pelosok Nusantara. Ditengah-tengah kondisi seperti ini maka mewujudkan Tatanan Kehidupan Baru tidak akan pernah mudah. Kita masih harus terus menjaga dan mempertahankan wilayah adat dari serbuan perusahaan sambal membangun solidaritas dengan saudara-saudara kita para Petani, Nelayan, Buruh dan kaum miskin di perkotaan. Kita juga masih harus berjuang lebih keras untuk mendesakkan pengesahan UU Masyarakat Adat sesuai dengan aspirasi kita. Hari ini, kita melihat ratusan komunitas Masyarakat Adat menyerukan pengesahan RUU Masyarakat Adat. Untuk itu kita semua harus terus mengobarkan semangat di hati kita masing masing, bahwa kita pasti akan mewujudkan Masyarakat Adat dan Bangsa Indonesia yang berdaulat, mandiri dan bermartabat. Ijinkan saya sekali lagi mengucapkan selamat merayakan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia, sambal menyerukan: I Yayat Usanti! Angkat pedangmu dan maju berperang! Hoootu! Salam Nusantara, #SahkanRUUMasyarakatAdat #HIMAS2020 #RakernasAMAN #AMANkanCOVID19 #MasyarakatAdat #IndigenousPeoples #KedaulatanPangan #BerdaulatMandiriBermartabat #MasyarakatAdatLawanCOVID19 Jakarta, 9 Agustus 2020 RUKKA SOMBOLINGGI Sekretaris Jendral AMAN

Writer : Infokom AMAN | Jakarta