Oleh Endang Setiawan

Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom) Pengurus Besar (PB) AMAN menggelar pelatihan jurnalistik terhadap para perwakilan komunitas Masyarakat Adat di Bengkulu jelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) AMAN VII di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada 16-20 Maret 2023.

Pelatihan yang berlangsung selama dua hari pada 21-22 Februari 2023 itu diikuti oleh 20 peserta. Mereka dibekali ilmu jurnalistik dari para narasumber yang berpengalaman, seperti Apriadi Gunawan dari AMAN, Harry Siswoyo dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu dan Firmansyah dari Kompas.

Koordinator Infokom PB AMAN Titi Pangestu menyatakan bahwa pelatihan tersebut merupakan rangkaian dari pelaksanaan Rakernas AMAN VII. Ia juga menambahkan, para jurnalis Masyarakat Adat yang dilatih akan diberdayakan untuk terlibat di dalam kerja-kerja di Bidang Infokom.

“Kita membutuhkan para jurnalis Masyarakat Adat yang baru dilatih ini untuk membantu peliputan kegiatan Rakernas AMAN VII. Setelah itu, jangka panjangnya, membantu Infokom Bengkulu,” kata Titi dalam sambutannya menutup kegiatan pelatihan pada 22 Februari 2023.

Ketua AMAN Bengkulu Def Tri Hardianto menyatakan kalau pelatihan jurnalistik bagi Masyarakat Adat itu sangat penting, apalagi sebentar lagi AMAN akan menggelar Rakernas di Bengkulu. Ia menerangkan bahwa agenda Rakernas akan diikuti oleh seluruh pengurus AMAN di seluruh Indonesia. Menurutnya, panitia akan terus mematangkan persiapan penyambutan dan kelancaran acara, termasuk mempersiapkan jurnalis-jurnalis Masyarakat Adat yang akan meliput kegiatan Rakernas.

Ketua AMAN Bengkulu Def Tri Hardianto memberikan sambutan.

“Peran jurnalis Masyarakat Adat sangat penting dalam memberikan informasi yang benar dan jelas berkaitan dengan kegiatan Rakernas nanti,” kata Def Tri saat membuka acara pelatihan jurnalisme Masyarakat Adat sekaligus sosialisasi Rakernas AMAN VII di Bengkulu pada 20 Februari 2023.

Def Tri menyebut bahwa 20 orang jurnalis Masyarakat Adat dari perwakilan berbagai komunitas Masyarakat Adat se-Bengkulu yang ikut pelatihan, akan ikut berkontribusi dalam mengangkat isu Masyarakat Adat. Menurutnya, Masyarakat Adat sudah seharusnya berperan dalam menyampaikan informasi terkait Masyarakat Adat sendiri.

“Masyarakat Adat yang mengetahui keadaan dan persoalan yang terjadi sebenarnya di komunitas Masyarakat Adat. Karena itu, posisi jurnalis Masyarakat Adat menjadi penting,” ungkapnya.

Ketua AJI Bengkulu Harry Siswoyo yang turut memberikan materi pelatihan, menyatakan bahwa di media massa, isu Masyarakat Adat cuma disorot ketika ada konflik atau ketika bajunya dipakai oleh pejabat. Karena itu, Masyarakat Adat mesti membekali diri.

“Tulis dan rekam apa yang menjadi kebanggaan Masyarakat Adat,” kata Harry dalam paparannya di hadapan para jurnalis Masyarakat Adat.

Sementara itu, Firmansyah, jurnalis Kompas, mengatakan bahwa menulis untuk Masyarakat Adat itu seperti halnya jatuh cinta. Menurutnya, kita mesti jatuh cinta terlebih dahulu kepada Masyarakat Adat untuk kemudian kita mengenalnya.

“Bagaimana kita dapat mengabarkan tentang Masyarakat Adat kalau kita tidak mengenal Masyarakat Adat,” terangnya.

Para jurnalis Masyarakat Adat antusias mengikuti pelatihan. Mereka yang tergolong berusia muda itu pun cukup aktif dalam mengikuti pemaparan materi yang disampaikan oleh narasumber. Mereka juga mengaku ada banyak persoalan Masyarakat Adat yang harus dikabarkan dan itu menjadi tantangan besar.

“Kami senang bisa ikut pelatihan jurnalisme Masyarakat Adat. Ini pengalaman yang berharga untuk kami bisa mengangkat nilai-nilai sejarah, tradisi turun-temurun dari leluhur, adat istiadat yang hari ini hampir tidak diketahui oleh masyarakat umum,” papar Muhammad Tomi, seorang pemuda adat dari Lubuk Kembang yang menjadi peserta pelatihan.

***

Penulis adalah staf Infokom AMAN Bengkulu.

Writer : Endang Setiawan | Bengkulu