Oleh Muhtar An Nafii

Mandi uap dengan beranekaragam bunga dan rempah, menandai diawalinya upacara Peta Kapanca. Upacara mandi kembang yang biasa dilanjutkan dengan acara siraman ini merupakan acara tradisional asal Dompu, bagian timur Nusa Tenggata Barat (NTB).

Ahmad, salah seorang tokoh adat, menyatakan Peta Kapanca merupakan salah satu tradisi yang melekat pada masyarakat Dompu. Biasanya dilaksanakan pada malam hari, sebelum prosesi akad nikah atau resepsi pernikahan.

Dalam bahasa daerah Dompu, “Peta’ ’berarti tempel/melumat dan “Kapanca’’ berarti daun pancar/pacar. Sehingga makna dari tradisi Peta Kapanca ini, yakni melumatkan daun pacar pada kedua telapak tangan calon pengantin wanita.

Ahmad menjelaskan tradisi ini sebagai simbol bahwa calon pengantin wanita tersebut akan menjadi calon pengantin lelaki yang telah meminangnya. Dalam pelaksanaan tradisi Peta Kapanca ini, sebutnya, calon pengantin wanita sebelumnya melakukan beberapa rangkaian acara. Lantunan syair dan zikir bernuansa islam yang serentak dibacakan oleh tamu adalah salah satu acaranya.

“Tradisi Peta Kapanca ini dilakukan sebagai simbol pengharapan agar calon pengantin wanita, selalu mendapatkan berkah dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang akan dibina,” terang Ahmad di kediamannya pada 25 Mei 2023.

Namun seiring perkembangan zaman, tradisi Peta Kapanca ini mulai terkikis di daerah Dompu, sebagian besar masyarakat Dompu sekarang sudah tidak melakukan tradisi Peta Kapanca ini. “Mereka sudah mulai mengikuti tata cara proses pernikahan yang modern,” kata Ahmad.

Hal senada disampaikan oleh Arifin, salah seorang tokoh pemuda di Dompu. Ia mengakui tradisi Peta Kapanca sudah mulai berkurang, tetapi tradisi ini masih erat dan melekat dalam kehidupan masyarakat Dompu. Karena itu, mereka akan mempertahankan tradisi ini.

“Tradisi Peta Kapanca akan kita pertahankan sebagai warisan budaya yang terus dilestarikan,” tegasnya.

Tradisi Peta Kapanca adalah acara melumatkan daun pacar atau inai berwarna merah pada kuku-kuku mempelai wanita yang dilakukan secara bergantian oleh para wanita yang hadir pada acara tersebut. Selain itu, upacara juga memberikan pesan kepada para hadirin khususnya yang wanita.

Bagi ibu yang memiliki anak putri, upacara ini menjadi sebuah pengharapan agar putrinya bisa mengikuti jejak calon pengantin, dapat menjadikan upacara ini sebagai contoh untuk segera mengakhiri masa lajangnya.

Dalam tradisi ini ada pembagian bunga-bunga telur yang diperuntukan pada ibu-ibu yang masih memiliki anak gadis. Telurnya dimakan oleh anak gadisnya, sedangkan rangkain bunga dijadikan hiasan pada kamar anak gadisnya.

“Inilah sebabnya, acara Peta Kapanca ini menjadi dambaan ibu-ibu di Dompu,” kata Arifin.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Dompu, Nusa Tenggara Barat

Writer : Muhtar An Nafii | NTB
Tag : PD AMAN Dompu Peta Kapanca