Ratusan Peserta Mengikuti Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara di Banyuwangi
12 Agustus 2024 Berita Della AzzahraOleh Della Azzahra
Sebanyak 600 orang peserta perwakilan sekolah adat dari berbagai pelosok negeri mengikuti Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara di wilayah adat Olehsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada Senin, 12 Agustus 2024.
Musyawarah Besar Sekolah Adat yang berlangsung selama empat hari hingga 15 Agustus 2024 ini mengusung tema “Pendidikan Adat sebagai Jalan Pulang untuk Menjaga dan Merawat Bumi”.
Acara yang diawali dengan pawai budaya ini turut dihadiri Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi, Direktur Kepercayaan dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek, Syamsul Hadi
Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Herry Yogaswara, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Taufik Rohman.
Selain itu, hadir juga perwakilan mitra AMAN dari dalam dan luar negeri, akademisi, tokoh adat dari berbagai daerah.
Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi dalam sambutannya menekankan pentingnya sekolah adat sebagai bagian dari amanat Kongres Masyarakat Adat ke-VI. Ia menjelaskan bahwa mandiri, berdaulat, dan bermartabat adalah tiga pilar inti yang menjadi cita-cita dan harapan Masyarakat Adat.
Sementara, kedaulatan akan tercapai jika kita bebas menentukan nasib kita sendiri, termasuk dalam menentukan bentuk pendidikan yang kita inginkan.
Dalam konteks ini, Rukka menggarisbawahi pentingnya sekolah adat. Namun, sekolah adat yang dimaksud bukan sekadar bangunan fisik atau kurikulum formal. Menurutnya, sekolah adat adalah tempat menimba ilmu, membentuk kepribadian, dan meletakkan nilai-nilai dasar sebagai Masyarakat Adat.
“Sekolah Adat ini memiliki misi besar untuk membekali generasi muda dengan kompetensi hidup sebagai Masyarakat Adat,” kata Rukka saat membuka Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara di wilayah adat Olehsari, Kabupaten Banyuwangi pada Senin, 12 Agustus 2024.
Pidato Sekjen AMAN. Dokumentasi AMAN
Rukka menambahkan sekolah adat yang dimiliki AMAN bukan sekadar bangunan atau simbol mata pelajaran. Lebih dari itu, katanya, sekolah adat miliki peran penting dalam melindungi dan memulihkan manusia, khususnya generasi muda Masyarakat Adat. Ia menyatakan bahwa sekolah adat harus menjadi pusat perlindungan dan pemulihan, tempat di mana nilai-nilai leluhur dan kecintaan pada tanah air diajarkan dan dijaga.
"Di sini kita belajar untuk lebih dekat dengan alam, memahami nilai-nilai leluhur yang telah diwariskan selama berabad-abad,” ujarnya.
Diakhir sambutannya, Rukka menekankan tanggungjawab besar yang diemban oleh AMAN dan seluruh Masyarakat Adat di Nusantara dalam mendukung dan memperkuat sekolah adat. Ia mengingatkan masa depan anak-anak Masyarakat Adat berada di tangan generasi saat ini.
"Nasib anak-anak kita di masa depan ada di tangan kita semua,” katanya sembari menambahkan untuk mewujudkan hal ini, sekolah adat yang ada di kampung-kampung harus dipastikan semakin kuat dan berkembang.
Dukungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Taufik Rohman yang turut menyampaikan sambutan pembuka dalam acara ini menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara ini. Menuutnya, musyawarah ini miliki arti penting bagi pelestarian budaya sebagai warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang.
“Kita punya kewajiban melestarikan kekayaan budaya yang kita miliki supaya bisa menjadi warisan yang berharga bagi generasi mendatang, salah satunya melalui sekolah adat ini,” ujarnya.
Taufik mengajak semua pihak untuk memanfaatkan momentum Musyawarah Besar Sekolah Adat ini dengan sebaik-baiknya. Ia berharap Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara ini dapat menghasilkan kebijakan dan langkah strategis dalam melestarikan serta mengembangkan pendidikan adat yang berkelanjutan di Nusantara.
“Harapannya Musyawarah Besar yang berlangsung selama empat hari ini menghasilkan kebijakan-kebijakan luar biasa dalam melestarikan kekayaan budaya yang kita miliki,” tutupnya.
***
Penulis adalah volunteer di Infokom PB AMAN