Pameran Inovasi Kerajinan Siswa Sekolah Adat di Banyuwangi Menyedot Perhatian Masyarakat
16 Agustus 2024 Berita Maskur HadiOleh Maskur Hadi
Pameran hasil inovasi kerajinan tangan siswa sekolah adat menjadi daya tarik tersendiri di acara Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara yang berlangsung di desa adat Osing, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Pameran yang berlangsung selama empat hari mulai 12-15 Agustus 2024 tersebut berhasil menyedot perhatian masyarakat. Setiap hari arena pameran ramai dikunjungi masyarakat, termasuk peserta Mubes Sekolah Adat Nusantara.
Di pameran ini, setiap sekolah adat memamerkan hasil kerajinan tangan siswa yang unik dan khas dari daerahnya masing-masing. Seluruh kerajinan tangan yang dipamerkan di masing-masing gerai ini merupakan hasil keterampilan siswa yang diwariskan leluhur secara turun temurun di komunitas adat mereka.
Sekolah Adat Osing Pesinauan misalnya, memiliki keunikan kerajinan tangan kayu yang diinovasikan menjadi peralatan makanan seperti piring, sendok, garpu, centong nasi, dan eros (alat untuk mengambil sayur kuah).
“Semua peralatan yang terbuat dari kayu ini merupakan hasil kerajinan tangan para siswa di Sekolah Adat Osing Pesinauan,” kata Shofi Mubarak dari Sekolah Adat Osing Pesinauan sambil memperkenalkan kerajinan tersebut kepada pengunjung di gerainya, Rabu (14/8/2024).
Sementara itu, perwakilan sekolah adat dari wilayah Sulawesi menjual dodol lokapere. Olahan pisang, santan, dan gula aren ini punya cita rasa yang khas dan spesial karena masih dimasak dengan cara tradisional.
“Tata cara pengolahan dodol lokapere ini yang menjadi pembeda dengan dodol lainnya, karena kita masih mengikuti tata cara turun-temurun, seperti yang diajarkan oleh leluhur kami,” kata Akbar dari sekolah adat wilayah Sulawesi.
Tidak hanya itu, dari para siswa sekolah adat di wilayah Bali dan Nusa Tenggara juga memamerkan kerajinan tenun dalam bentuk pakaian, seperti syal, topi, sarung, dan kain tenun utuh yang bisa digunakan sebagai baju.
“Inilah hasil dari kerajinan sekolah adat kami. Kami menenunnya sendiri secara tradisional sebagai upaya meneruskan warisan leluhur,” terang Ayu dari Sekolah Adat Bentek di Nusa Tenggara Barat.
Tak ketinggalan, Sekolah Adat Patanata Manusela dari Maluku juga memamerkan kerajinan lopa-lopa, tas selempang yang dibuat dari pelepah pohon sagu. Lopa-lopa ini merupakan warisan leluhur yang diwariskan secara turun–temurun.
“Kita inovasikan lopa-lopa ini, bisa digunakan untuk menyimpan handphone dan juga bisa jadi dompet,” kata Inggrith Lilihata dari Sekolah Adat Manusela.
Sarana Memperkenalkan Produk Masyarakat Adat
Pameran kerajinan siswa sekolah adat menjadi sarana penting untuk mengenalkan produk-produk Masyarakat Adat. Pameran ini memperlihatkan kekayaan budaya dan inovasi yang tetap berakar pada tradisi leluhur Masyarakat Adat.
Hilmy, peserta Mubes Sekolah Adat dari Nusa Tenggara Barat menyatakan pameran ini sangat membantu sekali untuk mempromosikan produk-produk Masyarakat Adat di berbagai daerah. Dikatakannya, pameran ini sangat bermanfaat dalam membantu meningkatkan kepercayaan diri dan kreativitas Masyarakat Adat.
“Semoga setelah ini, teman-teman sekolah adat di nusantara bisa lebih kreatif hingga mencapai tingkat kemandirian,” kata Hilmy penuh harap.
Supri yang merupakan masyarakat lokal dari wilayah adat Olehsari di Banyuwangi mengaku cukup terkesan dengan pameran yang diselenggarakan disela kegiatan Mubes Sekolah Adat Nusantara. Ia mengunjungi satu per satu stand pameran yang menampilkan kerajinan tangan siswa sekolah adat. Menurutnya, produk yang dipamerkan oleh masing-masing sekolah adat memiliki keunikannya tersendiri.
“Dari pameran ini, saya mengenal keunikan budaya dari Masyarakat Adat di berbagai wilayah nusantara. Menarik sekali,” ujarnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Komunitas Masyarakat Adat Osing, Banyuwangi.