REPALEAC Kunjungan Belajar ke AMAN, Sekjen : Ini Kehormatan
15 September 2024 Berita Apriadi GunawanOleh Apriadi Gunawan
REPALEAC, organisasi Masyarakat Adat dari Afrika melakukan kunjungan belajar ke Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) selama delapan hari mulai 11 September hingga 18 September 2024.
Kunjungan belajar perwakilan lima orang pengurus REPALEAC ini disambut baik oleh Pengurus Besar AMAN. Kelimanya adalah Basiru Isa Manjo, Elysee Mopipi Safi, Aomarou Ibrahim Aissatou, Saira Marleine Flora Nguie, Bosalu Keddy Mola.
Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolingi menyatakan jarang pengurus REPALEAC datang dalam jumlah sebanyak ini. Dikatakannya, kunjungan ini merupakan satu kehormatan bagi AMAN. Sebab, keberadaan REPALEAC sebagai organisasi Masyarakat Adat yang terdapat di delapan negara Afrika Tengah ini lebih tua dari AMAN.
“Ini kehormatan. Mereka ini (REPALEAC), sebenarnya kakak kita. Akan tetapi, kita secara bersama-sama dengan mereka tergabung di Global Alliance of Territorial Communities, jaringan forum global untuk Masyarakat Adat dan komunitas lokal,” kata Rukka saat menyampaikan sambutan selamat datang di Cijeruk, Bogor pada Rabu 11 September 2024.
Rukka menjelaskan kunjungan kawan-kawan REPALEAC ke AMAN ingin melihat bagaimana mekanisme pendanaan langsung ke komunitas Masyarakat Adat. Dalam hal ini, Rukka menerangkan kepada REPALEAC bahwa mekanisme pendanaan di Indonesia, ada Dana Nusantara yang didirikan oleh AMAN, Walhi dan KPA. Tiga organisasi massa terbesar ini, kata Rukka, punya tujuan bukan hanya untuk menyampakan dana tersebut ke kampung tapi memastikan tiga gerakan organisasi ini sampai ke kampung.
Masyarakat Adat di Asia Kurang Beruntung
Rukka menerangkan berbeda di Asia. Masyarakat Adat di Asia sebenarnya paling kurang beruntung, padahal Asia adalah rumah dari dua pertiga Masyarakat Adat di seluruh dunia.
“400 juta Masyarakat Adat ada di Asia,” ungkapnya.
Tapi sayangnya, sebut Rukka, justru Masyarakat Adat di Asia paling tidak disukai oleh negara. Sehingga, Masyarakat Adat yang paling banyak mengalami depresi serius itu di Asia. Termasuk, tempat yang Most Militerisme Regions sebenarnya bukan di Afrika, bukan di Latin Afrika, buka pula di Gaza.
“Tapi itu ada di Asia. Dan, itu ada di wilayah adat,” tandasnya sembari menyebut mulai dari North India sampai Bangladesh, Burma sampai Thailand bagian Utara merupakan most militerisme rise di dunia.
Perlu Organisasi Kuat
Rukka menjelaskan REPALEAC ke sini bukan hanya belajar tentang IPAS dan Dana Nusantara, tapi juga bagimana kita menguatkan organisasi.
“Dana, mekanisme yang ada tanpa didukung oleh sebuah organisasi yang kuat, itu justru bisa menjadi racun,” terangnya.
Jadi, kata Rukka, antara REPALEAC dan AMAN bisa saling berbagi strategi politik agar bisa saling memperkuat diri kepemimpinan organisasi harus seperti apa.
“Kepemimpinan organisasi yang kuat itu penting karena kalau tidak kuat maka gerakannya itu akan gampang sekali melebur ke mana-mana,” imbuhnya.
Ditambahkannya, organisasi itu juga harus bisa menjadi obor, yang menerangi jalan menunjukkan harus kemana kita. Karenanya, Rukka menegaskan organisasi itu penting. Dan, strategi politik Masyarakat Adat, berjuang itu tidak semalam.
“Masyarakat Adat jangan hanya menunggu momentum, kalau ada momentum politik harus diambil tapi jika tidak ada momentum, kita harus bisa menciptakan momentum,” jelasnya.
Dikatakannya, semua yang kita raih, itu hasil kerja keras dan keringat kita. Tidak ada sesuatu yang diberikan dalam piala perak. Semua yang kita nikmati, itu karena kerja keras yang kita hadapi seperti pemerintah dan perusaahan adalah orang yang selalu merampas wilayah adat kita.
“Kita berjuang untuk mengambil hak kita kembali, tanah leluhur dan kekayaannya. Kehidupan kita, inilah strategi yang harus digunakan,” pungkasnya.
Foto bersama AMAN dan Repaleac di Rumah AMAN Tebet
Nusantara Fund Beri Apresiasi Untuk REPALEAC
Direktur Nusantara Fund, Edo Rahman mengapresiasi kedatangan REPALEAC dan menjadi pengalaman yang luar biasa bagi Nusantara Fund. Apalagi REPALEAC mengcover 8 negara dalam kerja-kerja perjuangan hak Masyarakat Adat.
"Kunjungan REPALEAC ini memberikan pengalaman yang luar biasa bagi kami,” kata Edo di hari ketiga pertemuan dengan REPALEAC pada 13 September 2024.
Pada kesempatan ini, Edo menjelaskan bagaimana Nusantara Fund mengelola mekanisme pendanaan langsung bagi Masyarakat Adat di Indonesia. Edo berharap penyampaian mekanisme kerja-kerja pendanaan Nusantara Fund ini bisa diterapkan REPALEAC di negaranya.
"Nusantara Fund berbagi pengalaman mengelola mekanisme pendanaan langsung bagi Masyarakat Adat. Semoga pembelajaran yang kami sampaikan ini bisa disampaikan REPALEAC di wilayahnya,” kata Edo.
REPALEAC Berterima Kasih
Bosallu Keddy Mola, salah seorang perwakilan dari REPALEAC mengaku merasa senang selama melakukan kunjungan belajar ke AMAN. Bosallu menyatakan REPALEAC berterima kasih kepada AMAN karena banyak mendapatkan pembelajaran dari kunjungan ini seperti cara mengelola organisasi, bagaimana IPAS dan Nusantara Fund melakukan mekanisme pendanaan bagi Masyarakat Adat di Indonesia dan Asia.
“Terima kasih, kami sudah mendapat pelajaran yang berharga dari kunjungan ini,” kata Bosallu.
Bosallu menambahkan setelah selesai dari kunjungan ini, mereka akan balik ke negaranya. Dan, akan menerapkan apa yang diperoleh dari hasil kunjungan belajar ini di organisasi dan negaranya.
“Ini pengalaman yang berharga, setelah balik kami akan terapkan di negara dan organisasi kami,” ungkap Bosallu.