Dukungan Solidaritas Untuk Korban Penggusuran Masyarakat Adat di Sikka
03 Februari 2025 Berita Simon WelanOleh Simon Welan
Dukungan solidaritas untuk korban penggusuran Masyarakat Adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut yang mengalami tindak kekerasan dan kriminalisasi dari perusahaan PT Kristus Raja Maumere (Krisrama) milik Keuskupan Maumere datang dari berbagai komunitas adat di Nusa Tenggara Timur.
Komunitas Masyarakat Adat Suku Tukang dari Kabupaten Flores Timur mengunjungi lokasi penggusuran Masyarakat Adat Suku Soge-Natarmage di Nangahale, Kabupaten Sikka pada Minggu, 2 Februari 2025. Komunitas adat yang dipimpin Marsel Wawin ini menyalurkan bantuan bahan makanan dan peralatan tukang untuk korban penggusuran yang merupakan anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
“Kami prihatin, rumah mereka digusur, tanaman ditebang dan digilas alat berat. Semua yang mereka miliki telah musnah, benar-benar hancur hidup mereka,” kata Marsel Wawin saat mengunjungi korban penggusuran di Nangahale, Minggu (2/2/2025).
Marsel mengaku mengetahui adanya penggusuran rumah Masyarakat Adat Suku Soge-Natarmage oleh perusahaan PT Kristus Raja Maumere (Krisrama) pada 22 Januari 2025. Setelah kejadian tersebut, dirinya bersama anggota Komunitas Adat Suku Tukang langsung melakukan pertemuan untuk mendiskusikan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu saudara mereka yang sedang mengalami bencana kemanusiaan tersebut. Meski pun Komunitas Adat Suku Tukang saat ini masih berduka setelah mengalami bencana alam erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki yang meluluhlantakkan kehidupan mereka beberapa waktu lalu.
“Seberat-beratnya duka yang kami alami akibat bencana alam erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki beberapa waktu lalu, duka yang dialami oleh saudara-saudara kami di Nangahale lebih prihatin karena rumah dan tanaman mereka telah dihancurkan oleh PT Krisrama,” ungkapnya.
Marsel menuturkan selain memberikan dukungan moril, kedatangan mereka di Nangahale juga membawa bantuan bahan makanan dari hasil pertanian Masyarakat Adat Suku Tukang untuk mengurangi beban hidup korban penggusuran.
Kemudian, pihaknya juga membawa peralatan tukang untuk membantu membangun kembali rumah atau pondokan untuk korban penggusuran agar mereka bisa tidur dan beristirahat.
“Kami membawa beras giling, pisang, ubi dan sayur-sayuran dari hasil pertanian kami untuk dikonsumsi dalam situasi darurat seperti ini. Kami juga membawa peralatan tukang untuk membangun rumah atau pondokan. Semoga bantuan ini bisa meringankan penderitaan saudara-saudara kami di Nangahale,” ujarnya.
Kepala Suku Soge-Natarmage, Ignasius Nasi mengungkapkan rasa syukur yang tidak terhingga sembari berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan Masyarakat Adat Suku Tukang.
“Terima kasih kepada Masyarakat Adat Suku Tukang yang telah hadir memberikan penguatan dan bantuannya kepada kami yang telah ditindas oleh PT Krisrama Maumere,” ujarnya.
Ignasius bercerita dihadapan para saudaranya dari Komunitas Adat Suku Tukang bahwa kejadian tragis yang menimpa Masyarakat Adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut akibat prilaku buas dari PT Krisrama yang tidak berprikemanusaiaan. Rumah sebagai tempat tinggal mereka dan tanaman yang menjadi sumber kehidupan dihancurkan oleh mereka dalam sekejap saja.
“Masyarakat Adat tidak melakukan perlawanan apa pun. Kami hanya menatap sedih penuh amarah karena rumah dan tanaman kami telah dihancurkan oleh PT Krisrama,” tuturnya.
Ignasius menambahkan saat pihak perusahaan PT Krisrama datang membawa aparat keamanan TNI, Polri, Satpol PP dan orang-orang bayaran melakukan penggusuran, mereka hanya bisa menonton. Sebab jika dilawan, mereka khawatir akan muncul permasalahan baru.
“Makanya, kami diam saja melihat dan menyaksikan perbuatan keji yang mereka lakukan terhadap kami,” ujarnya.
Ignasius percaya bahwa perbuatan keji PT Krisrama tersebut akan dibalas oleh leluhur mereka karena telah menghancurkan rumah dan tanaman yang dibangun di atas tanah warisan leluhur.
Dukungan Solidaritas Untuk Korban Penggusuran Masyarakat Adat di Sikka. Dokumentasi AMAN
Masyarakat Adat Tetap Bertahan
Dikatakannya, meski pun Masyarakat Adat Suku Soge Natarmage dan Goban Runut diperlakukan secara tidak manusiawi oleh perusahaan PT Krisrama, namun mereka tidak akan pernah keluar dari tanah warisan leluhur mereka. Masyarakat Adat akan tetap bertahan di tempatnya masing-masing dan beraktivitas seperti biasa.
“Kami tidak akan keluar dari sini. Kami tetap bertahan di sini karena ini adalah wilayah adat kami, tanah warisan nenek moyang kami,” tandasnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Nusa Bunga, Nusa Tenggara Timur