
Aktivis Tutup TPL Diteror Paket Bangkai Burung Berlumur Darah
03 Juni 2025 Berita Maruli SimanjuntakOleh Maruli Simanjuntak
Aktivis lingkungan sekaligus pembela Masyarakat Adat, Delima Silalahi mendapat teror paket berisi bangkai burung berlumur darah yang dikirim orang tak dikenal ke rumahnya pada Jum’at, 30 Mei 2025.
Teror ini terjadi hanya beberapa hari setelah buruh PT Toba Pulp Lestari (TPL) menggelar aksi tandingan menuntut Delima Silalahi dan kawan-kawan ditangkap atas tudingan mengganggu kelangsungan perusahaan.
Delima Silalahi mengaku syock dengan teror ini. Namun, ia tetap berkomitmen untuk terus melanjutkan perjuangan menutup TPL.
“Saya syock, ini bukan sekadar intimidasi personal tapi jelas teror terhadap perjuangan kami membela hutan dan tanah adat di Tano Batak,” kata Delima pada Senin, 2 Juni 2025.
Delima menyatakan teror yang ditujukan kepada dirinya tidak akan menyurutkan perjuangannya bersama komunitas Masyarakat Adat, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga advokasi untuk terus menyerukan tutup TPL.
Delima menjadi salah seorang aktivis lingkungan yang kerap mendorong pengakuan dan perlindungan hak-hak Masyarakat Adat. Aktivis penerima penghargaan Goldman Environmental Prize 2023 ini bahkan mendesak pemerintah untuk mencabut izin TPL yang dinilai telah merugikan masyarakat dan lingkungan.
Menuai Kecaman
Tindakan teror yang ditujukan kepada Delima Silalahi menuai kecaman dari sejumlah pihak. Komisioner Komnas HAM, Saurlin Siagian menegaskan negara tidak boleh tinggal diam terhadap aksi teror yang dialami aktivis.
Saurlin menyebut Delima adalah sosok aktivis lingkungan yang diakui dunia melalui penghargaan Goldman Environmental Prize. Karenanya, teror yang ditujukan kepada dirinya merupakan bentuk ancaman terhadap aktivis lingkungan lainnya.
“Negara wajib hadir memberi perlindungan terhadap para aktivis lingkungan yang mendapat teror. Negara tidak boleh kalah dengan para peneror,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Direktur Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), Rocky Pasaribu bahwa teror yang ditujukan kepada Delima Silalahi adalah bentuk simbolik dari upaya membungkam para pembela Masyarakat Adat. Rocky menegaskan teror ini tidak akan menyurutkan semangat mereka untuk terus membela Masyarakat Adat.
“Kami tidak akan gentar menghadapi teror seperti Ini, perjuangan kami bersama Masyarakat Adat akan terus berlanjut sampai TPL tutup,” tandasnya.
Rocky berencana akan melaporkan kasus teror yang dialami rekan sejawatnya itu, sembari mendorong aparat penegak hukum untuk memberi perlindungan bagi para aktivis.
Kotak kardus bertuliskan kepada Delima berisi bangkai burung. Dokumentasi AMAN
Serangan Terhadap Perjuangan Masyarakat Adat
Ketua Pelaksana Harian AMAN Wilayah Tano Batak, Jhontoni Tarihoran mengutuk aksi teror yang ditujukan kepada Delima Silalahi. Menurutnya, aksi teror tersebut merupakan tindakan pengecut. Jhontoni mengatakan teror ini tidak hanya ditujukan kepada Delima secara pribadi, tetapi juga kepada gerakan Masyarakat Adat secara keseluruhan.
“Teror terhadap Delima Silalahi adalah serangan terhadap seluruh perjuangan Masyarakat Adat di Tano Batak. Ini adalah bentuk intimidasi yang ingin membungkam suara kritis yang membela tanah dan hutan adat,” katanya.
Jhontoni menegaskan AMAN Tano Batak akan tetap berdiri bersama Delima dan aktivis lainnya melawan para perusak lingkungan. Dikatakannya, negara harus melindungi mereka yang selama ini berada di garis depan perjuangan melindungi tanah dan hutan tetap lestari.
Gereja Serukan Hentikan Teror
Para pimpinan gereja mengutuk keras aksi teror terhadap Delima Silalahi yang selama ini peduli terhadap lingkungan dan kelangsungan hidup Masyarakat Adat. Ephorus HKBP Pdt. Dr. Victor Tinambunan memberikan dukungan moral terhadap Delima Silalahi yang mendapat teror. Victor menyerukan agar kekerasan dan teror seperti ini dihentikan.
“Teror semacam ini harus dihentikan karena tidak baik. Mari kita hindari cara-cara tidak beradab dan pelihara budaya santun dalam menyelesaikan konflik,” ujarnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tano Batak, Sumatera Utara