Oleh Mohamad Hajazi

Banyaknya aliran musik yang berkembang saat ini membuat posisi musik Cilokaq minim penggemar, bahkan para pelaku atau senimannya sudah jarang diundang pada acara begawe atau pernikahan suku Sasak.

Padahal musik Cilokaq dari pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat ini memiliki suara yang khas, mewakili perasaan Masyarakat Sasak dengan daya magis yang kuat untuk membuat seorang yang mendengarkan musiknya ikut terbawa dalam lantunan iramanya.

Fauzan Hakim, salah seorang pemain musik tradisional Sasak dari Sekolah Adat Kembang Jelantik mengaku sangat sulit untuk melestarikan musik Cilokaq saat ini. Musik tradisional asli suku Sasak ini dinilai kurangnya diminati generasi muda. Mereka lebih memilih memainkan alat musik modern ketimbang belajar memainkan alat musik Cilokaq. 

“Musik Cilokaq dianggap musik kuno oleh anak muda sekarang, jarang anak muda ingin belajar memainkan alat musik ini,” terang Fauzan Hakim saat ditemui di Sekolah Adat Kembang Jelantik pada minggu lalu.

Menyadari hal ini, Fauzan mencoba memberi perhatian khusus pada musik Cilokaq di Lombok. Ia menjadikan musik Cilokaq sebagai salah satu materi yang diajarkan di Sekolah Adat Kembang Jelantik.

Subandi, tokoh Masyarakat Adat Sasak yang kini sudah berusia 70 tahun menceritakan pengalamannya dahulu ketika masih anak-anak sudah bisa memainkan alat musik Cilokaq. Ia menuturkan suatu kebanggaan bagi keluarga saat itu jika ada anaknya yang bisa memainkan alat musik Cilokaq.

"Dulu, orang tua kami bangga apabila anaknya bisa bermain Cilokaq,” ujar Subandi.

Disebutnya, ketika itu hampir seluruh masyarakat suku Sasak suka mendengarkan musik Cilokaq. Namun, seiring terjadinya pergeseran waktu, justru generasi muda sekarang alergi dengan musik Cilokaq.

“Anak saya sendiri tidak ingin belajar musik Cilokaq,” ungkapnya.

Subandi menyebut tidak tahu faktor apa yang menyebabkan anak muda sekarang ini tdak suka dengan musik Cilokaq. Padahal, musik Cilokaq  merupakan musik tradisional suku Sasak yang berasal dari pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sekolah Adat Bisa Mengangkat Popularitas Musik Cilokaq

Subandi menjelaskan musik Cilokaq berasal dari kata Seloke (Pituah).  Cilokaq kerap diiringi alat musik gambus. Namun, dalam perkembangannya musik Cilokaq dikembangkan dengan menambah alat musik lainnya seperti jidur, suling, gitar, viul, rincik dan gendang.

Musik Cilokaq kerap berisi pantun, pesan moral dan syiar keagamaan. Musik ini biasa dimainkan pada saat acara-acara tertentu, salah satunya pada saat acara Begawe Merarik  atau gawe pernikahan sasak.

Musik Cilokaq dulunya sebagai penghibur biasa, namun karena banyak permintaan untuk mengisi berbagai acara, akhirnya tidak dapat dihindari kalau seni musik Cilokaq ini mengikuti perkembangan.

Berdasarkan versi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Barat,  sedikitnya terdapat 910 lagu berbahasa Sasak. Lagu-lagu tersebut bergenre Cilokaq, lagu Sasak yang diiringi bunyi rebana secara dominan.

Subandi berharap musik Cilokaq ini dapat dikembangkan di sekolah adat, ditengah menurunnya minat generasi muda untuk mempelajari musik tradisional ini.

“Kita harapkan Sekolah Adat Kembang Jelantik bisa mengangkat kembali popularitas musik Cilokaq yang mulai punah,” katanya penuh harap.


Peserta didik sekolah adat kembang jelantik sedang memainkan musik cilokaq sasak. Dokumentasi AMAN

Sejarah Musik Cilokaq

Musik Cilokaq pada tahun 1948 pernah dipagelarkan sebagai musik orkestra di desa Lengkok Kali, Kecamatan Sakra. Pagelaran tersebut dipimpin oleh Mamiq Srinatih (alm), dan kini  dianggap sebagai pecinta musik Cilokaq.

Pada tahun1968,  Cilokaq lebih dikenal setelah mendapat bimbingan dari seorang pemusik keroncong bernama Lalu Sinarep. Ia berusaha memasukkan teknik musik keroncong dan lagu-lagu lain dari Cilokaq.

Cilokaq diambil dari salah satu nama atau judul lagu yang digemari pada saat itu. Namun pendapat yang mengatakan Cilokaq berasal dari kata Seloke, lebih mendekati kenyataan karena syair-syairnya dinamakan sloka (petuah).

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Lombok, Nusa Tenggara Barat

Writer : Mohamad Hajazi | Lombok, Nusa Tenggara Barat
Tag : Cilokaq Sasak Musik Tradisi Lombok Terancam Punah