
AMAN Simahiyang Gelar Sosialisasi KUMA Bagi Sekolah Adat
03 Juli 2025 Berita Fujianti NurjanahOleh Fujianti Nurjanah
Pengurus Daerah AMAN Simahiyang melaksanakan sosialisasi pembentukan Kelompok Usaha Masyarakat Adat (KUMA) di sekolah adat, desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di dua sekolah adat ini bertujuan membentuk kemandirian ekonomi bagi pengelola sekolah adat.
Sosialisasi pertama di sekolah adat yang ada di komunitas Masyarakat Adat Kampung Dukuh pada Kamis, 26 Juni 2025. Tiga hari kemudian, dilanjutkan di sekolah adat yang ada di komunitas Masyarakat Adat Dangiang Batuwangi pada Minggu, 29 Juni 2025.
Selain menghadirkan pengelola sekolah adat, kegiatan sosialisasi ini juga menghadirkan pihak pemerintah terdekat dari masing-masing komunitas, diantaranya Kepala Desa Dangiang Agus Saepul Amin dan Ketua RW Kampung Dukuh Ocid Rosidin.
Ketua Pelaksana Harian AMAN Daerah Simahiyang Dadang Budiman menyatakan KUMA dibentuk dengan beranggotakan 10 orang pelajar dan pengelola sekolah adat dari masing-masing komunitas. Dadang menambahkan dengan terbentuknya kelompok usaha dalam sekolah adat, diharapkan muncul kemandirian sekolah adat dari sisi ekonomi. Sehingga berdampak pula pada pengajaran maksimal bagi para pelajar di sekolah adat.
“Mugi-mugi we ku ayana ieu program, nganjantenkeun sakola adat langkung Sejahtera sarengan tiasa manfaat kanggo generasi urang oge kapayuna,” kata Dadang dalam bahasa Sunda yang artinya : Semoga dengan adanya program ini, sekolah adat bisa menjadi lebih sejahtera dan bermanfaat bagi generasi kita ke depannya.
Pengurus Daerah AMAN Simahiyang sedang mensosialisasikan pembentukan KUMA di sekolah adat
Kepala Sekolah Adat Kampung Dukuh, Sepri Hidayat mengatakan sosialisasi pembentukan Kelompok Usaha Masyarakat Adat ini sangat penting bagi sekolah adat. Dalam sosialisasi ini, Sepri mencontohkan kelompok usaha pengolahan ikan bawal asap yang menjadi salah satu potensi alam di Kampung Adat Dukuh. Dalam pengolahannya, sebut Sepri, Masyarakat Adat Dukuh sudah menggunakan teknik pengasapan ikan sejak lama.
Sepri mengatakan teknik ilmu ini yang mereka sosialisasikan di sekolah adat agar terus diingat oleh genarasi muda saat ini.
“Teu aya deui tujuan lintang ti ngurus generasi kapayuna, dek dibawa kamana lembur urang lamun Masyarakat na ge mopohokeun kana elmu dukuh,” kata Sepri dalam bahasa Sunda yang artinya : Tidak ada tujuan lain selain daripada mengurus generasi kedepannya. Mau dibawa kemana daerah kita jika masyarakatnya melupakan ilmu dukuh itu sendiri.
Hal senada disampaikan Padil selaku tokoh adat Dukuh. Ia menyatakan kelompok usaha yang dibentuk untuk kemandirian ekonomi ini bisa menjadi peluang yang sangat besar untuk kemajuan pendidikan adat nantinya.
“Sapertos nu ku urang terang, anu kawitna mereun pengajar teh teu kenging gaji, ku ayana deui usaha ikan asap ieu tangtos bakal janten ujung tombak ekonomi kanggo sakola adat,” kata Padil yang artinya : Seperti yang kita tahu, awalnya pengajar tidak memilki gaji, dengan kembali adanya usaha ikan asap ini tentu akan menjadi ujung tombak ekonomi untuk sekolah adat.
Berbeda dengan Kampung Adat Dukuh, komunitas Masyarakat Adat Dangiang Batuwangi justru memilih mensosialisasikan kelompok usaha ternak ayam kampung. Sosialisasinya dilaksanakan di Rumah AMAN Simahiyang, Desa Dangiang, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut. Kegiatan sosialisasi ini turut dihadiri empat juru kunci komunitas Masyarakat Adat Dangiang Batuwangi.
Entang Ahmad Fauzi, salah satu juru kunci, menjelaskan ternak ayam kampung merupakan bentuk usaha komunal yang akan sangat berdampak bagi kemandirian ekonomi sekolah adat jika benar-benar dikelola dengan baik.
“Ayam kampung itu tidak bisa terus dikandangi, nanti stress dan menghasilkann telur yang kurang berkualitas ,” ungkapnya.
***
Penulis adalah jurnalis Masyarakat Adat dari Simahiyang, Kabupaten Garut, Jawa Barat