Katowice, (7/12), www.aman.or.id - Negara-negara akhirnya mencapai kesepakatan dari perundingan alot tiga tahun tentang Platform Komunitas Lokal dan Masyarakat Adat (Local Communities and Indigenous Peoples Platform / LCIP). Platform ini bertujuan untuk menyediakan ruang khusus bagi pertukaran pengetahuan, pengalaman, pengetahuan tradisional/lokal, teknologi tradisional, antara pemerintah di seluruh dunia dengan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal serta penguatan kapasitas dan aksi-aksi global terkait adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Minggu ini merupakan minggu yang cukup genting untuk Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal, karena hampir terjadi deadlock dalam perundingan. Kami dari Forum Internasional Masyarakat Adat untuk Perubahan Iklim (The International Indigenous Peoples Forum on Climate Change / IIPFCC yang menyaksikan dan ikut terlibat dalam prosesnya merasakan ketegangan dan juga berusaha melakukan lobi pada pemerintah negara-negara yang berunding.

Dalam perundingan yang alot itu, sebagai Masyarakat Adat dari Indonesia, saya mengapresiasi tulus kepada negosiator Pemerintah RI yang dipimpin Pak Bram (Satrio Bramono Brotodiningrat) dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), yang mau bekerjasama dan mendengarkan Masyarakat Adat, serta berusaha memudahkan perundingan.

Di tengah ketidaksetujuan alot antara Cina dan Kanada, negara-negara bertekad harus menyelesaikan perundingan. Perundingan dipimpin utusan dari Uni Eropa (yang memainkan peran penting mendorong tercapainya kesepakatan), serta diikuti oleh Bolivia, Ekuador (mewakili G77), Peru, Brazil, Uganda (mewakili African Group) Jepang, Indonesia, Jerman, Norwegia, Cina, Kanada, AS, Kostarika, Australia, Selandia Baru, Meksiko, Finlandia, dll.

Sampai Kamis, 6/12/2018, akhirnya pukul 21.45 waktu Polandia, kesepakatan tercapai antara semua perunding. Dengan tercapainya kesepakatan tersebut, pagi ini (Jumat, 7/12), Co-Fasilitator dari Badan Pendukung untuk Sarah Ilmiah dan Teknologi atau Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice / SABSTA, secara resmi menerima draft kesepakatan tersebut untuk disampaikan ke forum resmi SABSTA, Sabtu (8/12). Selanjutnya SABSTA akan menyampaikan draft tersebut kepada COP24 untuk secara resmi disahkan UNFCCC COP24 minggu depan.

Pagi (Jumat, 7/12) tadi, para perunding mendatangi Kaukus Masyarakat Adat dan "melaporkan" hasil dari perundingan tersebut. Suasana cukup mengharukan dan memotivasi. Cina yang keras menjadi sangat bersahabat dan membuka diri. Semua delegasi menyampaikan bahwa ini pengalaman yang unik dan berbeda serta mengharapkan kerjasama yang baik dengan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal.

Mina Setra

Writer : Mina Setra | Jakarta