Oleh : Dika Setiawan dan Elan Cahayu

Sejumlah perkampungan Masyarakat Adat di berbagai daerah dilanda banjir dan longsor akibat curah hujan yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir ini.

Tidak ada korban dari bencana ini, tapi masyarakat adat mengalami kerugian.  Di Bagan Percut, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, masyarakat adatnya kehilangan sejumlah pakaian, peralatan dapur dan alat elektronik akibat terbawa arus banjir yang terjadi pada Rabu, 27 November 2024.

Sementara di perkampungan adat Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten, dua tempat penggilingan padi milik masyarakat adat rusak, sawah yang baru ditanam padi amblas dan jalan poros desa rusak parah akibat tertimbun tanah longsor. Selain itu, 24 lumbung padi milik masyarakat adat kampung Cibadak juga harus direlokasi akibat  dampak longsor yang terjadi pada Selasa, 3 Desember 2024.

Menurut keterangan para saksi mata, pada saat itu Curah hujan cukup tinggi disertai angin yang sangat kencang. Secara kebetulan, sebelum terjadi longsor banyak Masyarakat Adat Kampung Cibadak yang sedang menggiling padi dan mereka sudah mulai was-was akan bencana yang mengintai mereka kerena melihat kondisi alam yang tidak baik-baik saja.

Karyati, salah seorang warga kampung adat Cibadak menuturkan kesaksiannya saat melihat longsor menghantam perkampungan mereka. Saat itu, perempuan berusia 57 tahun tersebut sedang menggiling padi. Ia melihat ada pergerakan tanah yang mulai longsor dengan sekala kecil. Kemudian, pohon kelapa yang mau tumbang diterpa angin kencang disertai curah hujan yang tinggi.

“Saat itu, saya mengatakan kepada warga lainnya harus hati-hati. Tanah mulai longsor, pohon kelapa juga mau tumbang. Harus cepat kita menggiling padinya, kalau tidak nanti tertimbun longsoran,” kata Karyati saat menceritakan detik-detik terjadinya longsor di perkampungan adat Cibadak.

Karyati menyambung ceritanya tidak lama mereka meninggalkan tempat penggilingan padi, terdengar suara pohon tumbang yang menimpa penggilingan tersebut. Disusul tanah longsor yang terjadi di sebelah barat,  sekitar 50 meter dari permukiman Masyarakat Adat kampung Cibadak.

Kosim, salah seorang Masyarakat Adat kampung Cibadak yang rumahnya dekat dengan titik longsor mengaku terkejut saat longsor hampir  menimbun rumahnya. Kosim mengira longsorannya biasa saja. Namun, setelah dilihatnya ternyata longsor ini mengakibatkan kerusakan yang cukup parah.

“Banyak lumbung padi terbawa arus longsor, penggilingan padi rusak, jalan terputus dan sawah warga pada amblas,” ungkapnya sembari menambahkan lumbung padi miliknya juga ikut terbawa arus longsor.

Muryadi selaku Mantri Tani Desa (MTD) Warungbanten, yang turut  merelokasi lumbung padi masyarakat mengatakan bahwa retakan tanah yang disebabkan oleh longsor ini cukup jauh.  “Sekitar 100 meter jaraknya dari titik atas hingga ke bawah,” sebutnya.

Muryadi mengakui sejauh ini bantuan terhadap kerusakan lumbung padi masyarakat belum ada, sedangkan bantuan sembako atau konsumsi ada untuk masyarakat.

Banjir di perkampungan Bagan Percut, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dokumentasi AMAN

Banjir Melanda Perkampungan Bagan Percut

Banjir bandang melanda kawasan perkampungan adat di Bagan Percut, Kabupaten Deli Serdang, Sumara Uara pada Rabu, 27 November 2024. Banjir yang disebabkan jebolnya tanggul bendungan sungai Titi Biru ini akibat hujan deras.

Akibat banjir yang melanda desa Percut, khususnya di Bagan Percut, masyarakat yang ada di pinggiran sungai terendam banjir. Masyarakat kehilangan sejumlah barang seperti pakaian, peralatan dapur, alat elektronik akibat dibawa arus banjir.

Ketua kampung BPRPI, Ahmad Syahpitri yang tinggal di kawasan Bagan Percut mengatakan wilayah yang paling parah terdampak banjir adalah Kecamatan Percut Seituan. Dikatakannya, ketinggian banjir di daerah ini mencapai 3 meter. Sejumlah rumah warga rusak diterjang arus banjir, termasuk rumah kakak dan dirinya. 

“Rumah saya dan kakak saya rusak, beberapa barang serta pakaian anak dan istri hanyut,” ujarnya dengan nada pilu.

Ahmad Syahpitri mengaku sejauh ini perhatian dari pemerintah hanya sebatas bantuan mie instan dan telur untuk korban banjir di Bagan Percut. Setiap warga mendapat mie instan 4 bungkus dan telur 4 butir.

“Bantuan pemerintah masih minim, kami hanya mendapat mie instan dan telur,” pungkasnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Lebak, Banten dan Sumatera Utara

Writer : Dika Setiawan dan Elan Cahayu | Banten dan Sumatera Utara
Tag : AMAN Sumatera Utara Banjir dan Longsor Perkampungan Bagan Percut