Oleh Anagreth R Eluay

Tas rajutan daun kelapa tidak hanya sekedar aksesoris fashion bagi Masyarakat Adat Kampung Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, tetapi karya budaya kreatif suku Sentani.

Tas rajutan daun kelapa yang lazim disebut Olong ini merupakan tas anyaman tradisional mama-mama (ibu-ibu) Sentani di Jayapura, Papua. Tas yang dikenal sebagai noken ini digunakan untuk membawa makanan, hasil kebun atau sebagai wadah dalam acara adat dan maskawin dalam suku Sentani.

Ketua Sanggar Seni Robongholio Jemmy Ondikeleuw mengapresiasi semangat mama-mama Sentani yang hingga kini tidak pernah berhenti membuat Olong. Menurutnya, pembuatan tas rajut daun kelapa ini perlu dilestarikan karena melalui pembuatan Olong ini, kita telah turut berkontribusi menjaga bumi dari sampah plastik. Sebab, ketika orang membawa makanan tidak lagi memakai plastik tetapi Olong.

“Ini positifnya kita melestarikan penggunaan Olong,” kata Jemmy Ondikeleuw di kampung Yoka, Jayapura Papua belum lama ini.

Jemmy menyebut  tas ini merupakan bagian dari tradisi suku Sentani dan biasanya digunakan untuk membawa makanan atau oleh-oleh dalam acara adat atau sebagai bagian dari maskawin. Dikatakannya, Olong adalah tas tradisional suku Sentani yang dibuat dari daun kelapa yang dirajut. Olong merupakan bahasa suku Sentani yang berarti tas. Olong  biasanya digunakan untuk membawa berbagai macam benda, terutama makanan atau oleh-oleh dalam acara-acara adat suku Sentani.

Timothy Marweri, pemuda adat di kampung Kwadeware menerangkan Olong ini bisa diartikan sebagai keranjang atau noken multifungsi, tergantung situasi dimana digunakannya. Dari keunggulan dan keunikan noken tersebut mengantarkan tas rajut khas Papua ini masuk dalam Daftar United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu “Warisan Budaya Tak Benda” atau Intangible Heritage. Setiap tanggal 4 Desember diperingati sebagai “Hari Noken Sedunia”.

Seorang anak sedang memakai Tas Rajutan Daun Kelapa Mama Sentani. Dokumentasi AMAN

Ciri Khas Suku Sentani

Tas rajut daun kelapa ini merupakan produk khas dari Masyarakat Adat Sentani. Pembuatan tas ini dirajut dengan tangan menggunakan teknik yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Proses pembuatan tas rajut ini membutuhkan keterampilan dan ketelatenan yang tinggi dari mama-mama Sentani, Papua.

Timothy menyatakan tas rajut daun kelapa ini ramah lingkungan. Orangtua dahulu selalu menjadikan tas rajut ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka, baik untuk mengisi bekal saat berkebun, maupun dalam acara-acara besar lainnya, seperti pembayaran maskawin dan pesta Masyarakat Adat Sentani.

“Dalam konteks budaya, tas rajut daun kelapa ini merupakan ciri khas suku Sentani,” jelasnya.

Timothy mengatakan tas rajut daun kelapa juga bisa dipakai sebagai aksesoris penari dalam acara-acara adat. Menurutnya, Masyarakat Adat Sentani perlu terus menggelorakan acara-acara adat agar pemakaian tas rajut daun kelapa bisa tetap eksis.

“Hal-hal yang menyangkut adat seperti ini sangat perlu kita angkat terus agar anak-anak bisa mengetahui dan terus mau belajar menggunakan tas rajut daun kelapa,” paparnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Jayapura, Papua

Writer : Anagreth R Eluay | Jayapura, Papua
Tag : Tas Rajut Daun Kelapa Karya Budaya Sentani