Oleh : Nesta Makuba

Sekolah Adat di perbatasan Indonesia dengan negara tetangga Papua New Guinea menerapkan metode pendidikan berbasis pertanian untuk Masyarakat Adat.

Sekolah Adat yang berlokasi di Distrik Mindiptana, Kabupaten Bovent Digoel, Papua Selatan ini menjadi satu-satunya sarana pendidikan bagi Masyarakat Adat yang terbatas akses jangkauan ekonominya ke perkotaan.

Ketua Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (LP2MA) Mindiptana, Yohanes Nongyap mengatakan sekolah adat Mindiptana sudah berdiri sejak tiga tahun lalu. Sekolah adat Mindiptana menerapkan metode pendidikan pertanian.  Menurut Yohanes,  pendidikan pertanian ini sudah lama diterapkan, salah satunya pertanian rakyat dengan memanfaatkan pekarangan rumah para siswa yang tinggal di kampung  Distrik Mindiptana, Kabupaten Bovent Digoel.

Yohanes menyebut ada 20 siswa yang belajar di sekolah adat Mindiptana. Mereka dilatih  untuk bercocok tanam memanfatkan pekarangan rumah. Rata-rata para siswa yang berasal dari kampung ini memiliki pekarangan rumah yang cukup luas.

Dikatakannya, areal pekarangan rumah para siswa sekolah adat Mindiptana ini dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran, tomat, rica dan berbagai kebutuhan pokok Masyarakat Adat.

"Pendidikan pertanian di sekolah adat Mindiptana ini sesuai dengan kebutuhan Masyarakat Adat di sini, apalagi kondisi iklimnya cocok untuk pertanian, " ungkap Yohanes.

Selain menerapkan pendidikan pertanian, sebutnya, sekolah adat Mindiptana juga mengajarkan siswanya cara mengelola perikanan darat. Yohanes menambahkan hal ini diterapkan setelah melihat potensi alam wilayah adat Mindiptana yang miliki sungai-sungai besar dengan potensi perikanan air tawar yang cukup menjanjikan.

Sekolah Adat berbasis pertanian. Dokumentasi AMAN

Fasilitator dari Kampung

Yohanes mengatakan sekolah adat Mindiptana dikelola oleh tiga orang fasilitator. Dua orang petani lokal didatangkan dari kampung, sedangkan satu orang lagi penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian Kabupaten Bovent Digoel. Ketiga fasilitator tersebut bertugas untuk mendidik dan melatih para siswa yang belajar di sekolah adat Mindiptana.

Yohanes menerangkan para fasilitator yang dilibatkan dalam sekolah adat ini sudah lebih dulu mengikuti kelas khusus pertanian dan telah menerapkannya. Jadi, kemampuannya sebagai fasilitator tidak diragukan lagi.

"Fasilitatornya kami ambil dari kampung. Ini cara kami untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan cara, bahasa dan budaya serta kebiasan mereka sehari-hari di kampung, " tuturnya.

Sarah, salah satu peserta didik sekolah adat Mindiptana , mengaku sangat terbantu dengan adanya sekolah adat yang khusus mengajarkan cara bertani yang baik. Ia menyebut lahan pekarangan rumah yang tadinya kosong  dan tidak dimanfaatkan, kini sudah ditanami sayuran dari hasil belajar di sekolah adat. Hasilnya, bisa untuk kebutuhan keluarga dan juga bisa dijual ke pasar.

“Kami sangat terbantu dengan adanya sekolah adat ini. Saya bisa bercocok tanam di pekarangan rumah,  hasilnya bisa meningkatkan ekonomi keluarga,”  ujarnya.

Sarah juga mengaku mulai mengembangkan perikanan darat dengan membuat kolam-kolam ikan lele memanfaatkan teknologi terpal sebagai media kolam untuk pemanfaatan lahan dan air.

Penyelarasan Sekolah Adat

L.M. Arifin dari Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat Propinsi Papua mengatakan penyelarasan sekolah adat  dengan berbagai metode belajar ini perlu dilakukan. Hal ini menjadi sasaran bagi Balai Pengembangan PAUD dan Pendidikan Masyarakat dalam memberikan pemahaman kepada tutor atau guru sekolah adat sehingga mereka dapat mengembangkan potensi sesuai karakteristik wilayah dan budayanya masing-masing.

”Kami berharap mereka yang sudah biasa di sekolah adat memahami pembelajaran, agar mereka melakukan asesmen potensi mereka di sekolah adat. Ini penting agar mereka dapat menyusun modul untuk mereka gunakan mengajar di sekolah adat  masing-masing,” jelas  Arifin.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Jayapura, Papua

Writer : Nesta Makuba | Jayapura, Papua
Tag : Sekolah Adat Perbatasan Indonesia-Papua New Guinea Pendidikan Berbasis Pertanian