
Petinggi Gereja Doa Bersama Untuk Merawat Alam Tano Batak
06 Maret 2025 Berita Maruli SimanjuntakOleh Maruli Simanjuntak
Para petinggi gereja di Sumatera Utara menggelar doa bersama bertajuk "Merawat Alam Tano Batak" di aula Gereja HKBP Lumban Julu, desa Pasar Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Doa bersama yang dihadiri ratusan jemaat gereja, mahasiswa, pemuda, budayawan ini digelar ditengah konflik Masyarakat Adat dengan PT. Toba Pulp Lestari (TPL) yang belakangan ini memanas.
Kegiatan ini turut didukung oleh Komisioner Komnas HAM Saurlin Siagian, anggota DPD RI Pdt Penrad Siagian dan anggota Dewan Maradona Simanjuntak dari DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, Candrow Manurung dari DPRD Toba, Maraden Sinaga dari DPRD Kabupaten Simalungun. Mereka hadir dalam acara doa bersama di gereja HKBP Lumban Julu.
Sekretaris Jenderal Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Darwin Darmawan mengapresiasi dan mendukung perjuangan Masyarakat Adat di Tano Batak. Dalam sambutannya di acara doa bersama, Darwin menyebut ada 105 Sinode Gereja turut mendukung perjuangan Masyarakat Adat di wilayah Tano Batak.
“PGI mendukung perjuangan Masyarakat Adat di Tano Batak, ada 105 Sinode Gereja yang bergabung di PGI akan turut serta mendukung perjuangan Masyarakat Adat di Tano Batak,” katanya.
Pada kesempatan ini, Darwin menegaskan tidak mudah bagi gereja untuk bersatu dalam menyuarakan panggilan Kenabian.
"Kita akan berhadapan dengan kekuatan korporasi yang mencoba mengintimidasi, memecah belah, dan membungkam suara yang kita gaungkan hari ini," tegasnya.
Darwin menyampaikan apresiasi kepada Masyarakat Adat Tano Batak yang teguh dalam berjuang menyuarakan hak-hak Masyarakat Adat. Ia menyakinkan Masyarakat Adat Tano Batak bahwa pimpinan gereja akan akan selalu menyertai perjuangan mereka.
“Saudara-saudara (Masyarakat Adat) di Tano Batak tidak sendirian," pungkasnya.
AMAN Sambut Baik Dukungan PGI
Ketua Pelaksana Harian AMAN Wilayah Tano Batak, Jhontoni Tarihoran menyambut baik dukungan PGI dan gereja-gereja terhadap perjuangan Masyarakat Adat di Tano Batak. Dikatakannya, kehadiran PGI yang secara tegas menyatakan dukungan terhadap perjuangan Masyarakat Adat di Tano Batak.
“Ini bukti nyata bahwa perjuangan Masyarakat Adat bukan sekadar soal hak atas tanah, tetapi juga tentang keadilan ekologis dan moral,” tegasnya sembari mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin gereja yang telah menginisiasi kegiatan doa bersama.
Jhontoni menegaskan kejahatan ekologis yang dilakukan oleh TPL telah mengancam keberlangsungan hidup Masyarakat Adat. Oleh karena itu, sebutnya, solidaritas dari gereja dan berbagai elemen masyarakat yang hadir dalam acara doa bersama ini menjadi semangat baru dalam perjuangan.
"Dukungan ini membuktikan bahwa perjuangan Masyarakat Adat bukanlah perjuangan yang berdiri sendiri,” kata Jhontoni.
Langkah Konkret
Pdt. Jurito Sirait selaku inisiator acara doa bersama mengapresiasi kehadiran Sekretaris Jenderal (Sekjen) PGI. Jurito berharap pernyataan Sekjen PGI dapat ditindaklanjuti dengan langkah konkret demi keselamatan lingkungan di Tano Batak.
"Apa yang disampaikan Sekjen PGI bukan sekadar seruan moral, tetapi panggilan bagi gereja untuk mengambil tindakan nyata. Gereja tidak boleh hanya berhenti pada doa dan pernyataan dukungan, tetapi harus menjadi bagian dari perjuangan melawan ketidakadilan ekologis yang terjadi di Tano Batak,” paparnya sembari meminta semua elemen masyarakat mengawal isu ini agar tidak tenggelam dalam tekanan korporasi yang ingin membungkam suara kebenaran.
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tano Batak, Sumatera Utara