.jpeg)
Sekjen AMAN Serukan Semangat Pantang Menyerah di Perayaan HKMAN 2025
20 Maret 2025 Berita Melani Dwi KhotimahOleh Melani Dwi Khotimah
Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi menyerukan semangat pantang menyerah pada setiap perjuangan yang dilakukan oleh Masyarakat Adat dalam menghadapi berbagai konflik perampasan wilayah adat dan kriminalisasi di daerah.
Rukka mengajak Masyarakat Adat anggota AMAN untuk mencontoh kegigihan serta semangat pantang menyerah yang pernah diperlihatkan para leluhur dan pendiri gerakan Masyarakat Adat Nusantara tahun 1999.
“Apa yang mereka titipkan ke kita adalah semangat. Bahwa nasib kita akan terus disebut melawan arus, nasib kita akan selalu dikucilkan, dipinggirkan. Kita akan selalu dipaksa percaya bahwa kita adalah orang orang kalah. Tapi kita diingatkan oleh leluhur dan pendiri gerakan Masyarakat Adat Nusantara, kita harus merubah semua itu,” kata Rukka Sombolinggi dalam sambutannya pada acara Peringatan HKMAN dan Ulang Tahun AMAN ke 26 di Rumah AMAN Bogor pada Senin, 17 Maret 2025.
Peringatan yang dirangkai dengan acara berbuka puasa bersama ini turut dihadiri
Ketua Kongres Masyarakat Adat Nusantara tahun 1999 Cassandra serta sejumlah organisasi dan mitra AMAN antara lain Communication For Change (C4C), Kaoem Telapak, Mata Nusantara (MATATA) dan praktisi media.
Rukka menjelaskan peringatan HKMAN dan Ulang Tahun AMAN ke 26 ini digelar sebagai bentuk refleksi dan pengingat bahwa untuk memperjuangkan hak-hak, martabat, dan keberlanjutan hidup Masyarakat Adat di seluruh nusantara masih belum usai.
Rukka juga menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan dan perayaan atas perjuangan, kegigihan, serta semangat pantang menyerah para leluhur dan pendiri gerakan Masyarakat Adat Nusantara.
Rukka mengingatkan momen bersejarah perjuangan Masyarakat Adat di Indonesia tahun 1999, yaitu diselenggarakannya Kongres Masyarakat Adat Nusantara pertama sebagai tonggak penting yang mempertemukan berbagai komunitas Masyarakat Adat dari seluruh penjuru nusantara untuk bersatu dan memperjuangkan hak-hak Masyarakat Adat.
“Dari Kongres tersebut, lahirlah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang dibentuk dengan dukungan dan persatuan dari 13 jaringan nasional,” jelasnya.
Rukka mengakui seluruh yang dikerjakan AMAN selama ini tentu saja hasil kerja bersama Masyarakat Adat, sehingga lahirlah kemudian generasi-generasi setelah 1999 seperti, Perempuan AMAN, BPAN, PPMAN, Credit Union, YPMAN, Sekolah Adat.
Rukka menegaskan HKMAN bukan hanya sekedar peringatan, namun juga sebagai pengingat bahwa masih ada hal yang belum terjadi yaitu berhentinya kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia di wilayah adat, serta inflasi, agresi pembangunan di wilayah-wilayah adat, dan juga pengesahan Undang-Undang Masyarakat Adat yang menjadi perintah konstitusi.
Rukka mengatakan yang perlu kita ingat adalah kita di negeri ini harus terus berjuang. Nasib kita tidak boleh hanya mengandalkan kemurah hatian pemerintah. Ditambahgkannya, kita harus terus menjaga makanan, minuman, listrik, air, memperbaiki kampung kita, membawa kembali pemuda untuk membangun kampung,
“itu penting kita lakukan karena apa pun yang terjadi, yang akan menentukan nasib kita adalah Masyarakat Adat itu sendiri, khususnya yang ada di kampung-kampung,” terang Rukka.
***
Penulis adalah volunteer Infokom PB AMAN