Jakarta, www.aman.or.id-Peringatan Hari Perempuan Internasional yang dirayakan setiap tanggal 8 Maret, diisi dengan aksi berjalan kaki oleh sekitar 2000 massa, yang bergabung dalam Gerakan Bersama Perempuan Tuntut Ruang Hidup Demokratis, Sejahtera, Setara, dan Bebas Kekerasan yang berasal dari 65 organisasi kemasyarakatan. Para peserta demonstrasi mengawali aksi dengan berjalan kaki sejak pukul 12.00 – 15.00 WIB, mulai dari dari Patung Kuda hingga Taman Aspirasi, di depan Istana Kepresidenan. Dalam aksi ini, PEREMPUAN AMAN, sayap organisasi dari AMAN juga turut mengambil bagian untuk menyuarakan isu Masyarakat Adat, di mana di setiap rezim pemerintahan yang memimpin, Masyarakat Adat selalu menjadi korban sistem yang diciptakan oleh negara. Dalam aksi ini, Sarinah Yanci Pardede mewakili PEREMPUAN AMAN, melakukan orasi secara lantang menyuarakan perjuangan perempuan adat yang banyak menjadi korban atas kebijakan negara yang tidak berpihak terhadap Masyarakat Adat, Selain itu, dalam orasinya Yanci juga mewakili tuntutan jutaan Masyarakat Adat Nusatara atas janji pemerintahan Jokowi-JK untuk pengesahan RUU Masyarakat Adat sebagai payung hukum bagi Masyarakat Adat. Saat peserta aksi tiba di depan Istana Kepresidenan, digelar panggung refleksi sebagai ruang terbuka partisipasi publik untuk menyuarakan persoalan fundamental perempuan yang belum mampu dijawab oleh negara.

Panggung refleksi politik perempuan independen akan ditutup dengan seremonial penyalaan obor sebagai simbol nyala semangat dan pencerahan, yang dibarengi dengan peniupan peluit tanda bahaya terhadap tingginya angka kekerasan berbasis gender di Indonesia. Eka Hindrati-PB AMAN

Writer : Eka Hindrati | Jakarta