Bogor 18 Januari 2014. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengadakan lokakarya pengembangan proposal tanggal 15-17 Januari 2014 lalu di CICO Resort, Cimahpar Bogor. Kegiatan yang difasilitasi oleh Global Environment Facility Small Grants Programme Indonesia (GEF SGP Indonesia) diikuti oleh perwakilan dari 5 (lima) perwakilan komunitas adat anggota AMAN yang akan diusulkan menjadi lokasi proyek. Kelima komunitas adat tersebut adalah; Komunitas Adat Enggano – Bengkulu, Komunitas Adat Togian – Sulawesi Tengah, Komunitas Adat Pekasa – Sumbawa, Komunitas Adat Dayak Kiyu – Meratus, Kalimantan Selatan, dan Komunitas Adat Loge Adak – Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari kegiatan ini adalah membuat usulan program di komunitas adat untuk diajukan ke GEF SGP Indonesia. Dalam menyusun usulan program atau proposal, GEF SGP Indonesia memperkenalkan pendekatan Apreciatif Inquiry (AI) dan Aset Based Thinking dalam pengembangan proposal. Selain itu diperkenalkan juga tentang Conceptual Model yaitu merancang program berdasarkan kebutuhan wilayah serta potensi yang ada. Pada intinya, proses pengembagan proposal dalam lokakarya ini menggunakan pendekatan pada kekuatan yang ada di komunitas. Mengembangkan potensi yang dimiliki oleh komunitas untuk meraih mimpi dan kondisi yang diinginkan. Proses-proses yang dilalui dalam pengembangan proposal ini ada empat tahap yaitu;

  1. Discovery yaitu proses menemukan potensi yang ada di komunitas. Peserta diminta untuk mengidentifikasi semua potensi yang dimiliki serta membuat story board sederhana tentang kegiatan yang sudah dilakukan dalam penyelamatan lingkungan di wilayah adatnya. Hasil dari proses discovery ini bisa dijadikan sebagai rasional program atau pendahuluan dalam proposal.
  2. Dream yaitu menciptakan impian baru yang diinginkan. Peserta diminta untuk menggambarkan mimpi mereka tentang kondisi yang diinginkan atau yang ingin diwujudkan dalam rentan waktu tertentu. Dari proses dream ini, peserta diminta untuk membuat “provocative statement” atau satu kalimat tentang perubahan yang ingin diwujudkan. Kalimat tersebut dapat digunakan untuk menentukan tujuan umum (goal) dalam sebuah program.
  3. Design yaitu mencari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan umum (goal). Pendekatan yang digunakan untuk menganalisa faktor-faktor ini mengunakan conceptual model. Dari faktor-faktor yang sudah ditentukan kita dapat menentukan intervensi yang dapat dilakukan (sesuai kemampuan) agar faktor-faktor tersebut tidak menghambat tujuan umum yang akan dicapai dalam program. Pada tahap ini, peserta sudah menentukan tujuan khusus (objective) dari program.
  4. Delivery yaitu menentukan intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Dalam rancangan program, tahap ini disebut sebagai aktifitas (activities).
Menurut sebagian besar peserta, model dalam pembuatan proposal yang diperkenalkan dalam lokakarya ini merupakan hal baru bagi mereka. “Kegiatan ini menurut saya bagus, kami dilibatkan dari awal dalam menyusun rencana program yang akan dilaksanakan dikampung secara partisipatif”, kata Ferdinandes Dance peserta dari komunitas adat Loge Adak - Nusa Tenggara Timur.****Annas Radin Syarif

Writer : |