Focus Group Disscussion (FGD) Mengembangkan Langkah-langkah Teknis Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Memanfaatkan Mekanisme Pembayaran Layanan Ekosistem di Hutan Adat [caption id="attachment_4663" align="alignleft" width="300"] Suasana FGD "Pengelolan Sumber Daya Hutan" di Hotel Salak Bogor[/caption] Bogor 27 Nov 2014 - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menyelenggarakan Focus Group Disscussion (FGD) Mengembangkan Langkah-langkah Teknis Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Pemanfaatan Mekanisme Pembayaran Layanan Ekosistem Hutan Adat sebagai tindak lanjut dari rangkaian-rangkaian pelatihan sebelumnya pada bulan Maret – September 2014 lalu. Focus Group Disscussion (FGD) ini dilaksanakan lagi pada Tanggal 27 November 2014 di Hotel Salak, Bogor. Diikuti oleh berbagai pihak antara lain perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup Drs. Jonny Purba, Akademisi Dr. Nandi Kosmaryandi, PB AMAN, PW AMAN Sulteng, PW AMAN NTB serta beberapa NGO, Deputi III Bidang urusan Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Adat PB AMAN Monang Arifin Saleh Dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bagian dari peningkatan kapasitas pada tingkat basis. “Kita sudah melakukan seri diskusi ini di beberapa region antara lain di Bali Nusra, di Sumatera dan Kalimantan, sebagai usaha untuk merumuskan suatu panduan pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari bernilai ekonomis” “Pair Enveronmental Service (PES) ini adalah pembayaran jasa lingkungan. Selama ini, masyarakat adat dalam menjaga kelestarian hutan tidak dibayar karena sudah menjadi kewajiban, hutan dilihat tidak hanya sebagai potensi ekonomi semata, tetapi sebagai nilai sosial budaya sekaligus sebagi nilai religiusitasnya,” kata Arifin Saleh dalam sambutannya memaparkan lebih jauh lagi. “Kita berharap dari pertemuan ini, dengan adanya draft awal dalam bentuk modul oleh teman-teman Mas Asmuni dan Mas Muslich, akan kita perkaya. Kita menyadari, bahwa modul ini, sifatnya tidak kaku. Ketika praktek di lapangan, nantinya bisa terus diperbaiki, setidaknya ada pegangan awal, namanya pegangan hutan sumberdaya lestari”. “Dengan adanya beberapa masukan penting serta kehadiran wakil dari komunitas Karangbajo, Ngata Toro dan beberapa kader dalam diskusi ini, itu akan memperkaya meskipun modulnya jadi tebal. Kami berharap, pengayaan ini bisa menjadi pegangan,” ujar Monang Arifin Saleh . ***Riky Aprizal

Writer : |