Perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) dan 22 Tahun AMAN, dilakukan dengan sederhana, namun reflektif dan menebarkan optimisme, pada Rabu (17/3/2021). Dimulai dengan upacara sederhana diikuti oleh Pengurus Besar AMAN, pengurus wilayah, pengurus daerah, komunitas adat se-Nusantara dan para undangan secara daring, dengan inti acara mendengarkan pidato politik Sekretaris Jenderal AMAN, Rukka Sombolinggi. Dalam pidatonya, Rukka merefleksikan situasi banyak masyarakat adat, di tengah pandemi justru harus menghadapi perampasan wilayah adat dan kriminalisasi. Kondisi ini diperparah dengan disahkannya Undang-Undang CIpta Kerja atau yang sudah melekat di kalangan masyarakat adat sebagai UU Omnibus Cilaka, dan revisi UU Mineral dan Batubara (Minerba) yang lebih memfasilitasi investor. Sementara di sisi lain, UU Masyarakat Adat yang didambakan, belum kunjung disahkan. Meski begitu, lanjut Rukka, ada kenyataan lain yang harus membuat masyarakat adat tetap optimistis, yaitu pandemi menunjukkan rezim kapitalisme global telah gagal, sementara masyarakat adat yang wilayahnya masih aman dari konsesi korporasi justru tangguh menghadapi krisis. Rukka kata, Covid-19 telah memukul keras negara-negara dengan ketimpangan ekonomi yang tinggi, termasuk Indonesia. Ia bilang, ketika krisis global ini terjadi, tidak ada solidaritas dari pengusaha-pengusaha kaya yang selama ini diistimewakan dan dimanjakan pemerintah dengan berbagai regulasi dan dana. “Tidak ada mitigasi yang kuat dan langkah-langkah konkret yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah PHK massal, termasuk mengatasi dampak lanjutan dari PHK tersebut. Propaganda pembangunan yang selalu kita dengar bahwa perusahaan menciptakan lapangan kerja dan menjamin kehidupan terbukti hanyalah isapan jempol semata.” Tetap Tangguh di Tengah Krisis Ia menyebut tema perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara, yakni “Tetap Tangguh di Tengah Krisis” sebagai cermin dari situasi yang dihadapi oleh masyarakat adat saat ini. “Covid 19 membuktikan bahwa semakin dekat kita dengan konsesi korporasi semakin terancam hidup kita ketika terjadi krisis. Sebaliknya wilayah-wilayah adat kita yang tidak tersentuh perusahaan justru terbukti tangguh di tengah krisis,” ujar Rukka. Di dalam pidatonya, Rukka mengingatkan tentang Maklumat Tanjung Gusta, yang dicetuskan saat Kongres V AMAN di Tanjung Gusta, Medan pada 2017. Maklumat itu berbunyi, “Kemandirian Masyarakat Adat tercapai jika kita hidup sejahtera dan berbahagia dengan mengelola secara bijaksana dan berkelanjutan seluruh kekayaan titipan leluhur, baikkekayaan material yang berada di bawah, di atas permukaan tanah di dalam wilayah adat kita masing-masing maupun kekayaan immaterial berupa spritulitas, pengetahuan, seni tradisi, kesusasteraan, ritual-ritual dan kearifan adat kita. Ekonomi masyarakat adat mandiri jika sungai, laut, hutan dan tanah leluhur kita menyediakan kebutuhan hidup berkecukupan bagi kita. Pangan cukup, energi pun cukup! Ekonomi kita mandiri jika kreatifitas dan inovasi dalam budaya kita membahagiakan diri kita sendiri dan orang lain di sekitarnya.” Ia melanjutkan, saat ini masyarakat adat sudah mampu menghadapi krisis. “Saya berkeyakinan semangat gotong royong, rasa senasib sepenanggungan dan setia kepada jalan leluhur adalah kekuatan yang akan membuat kita mampu melewati berbagai krisis yang akan terjadi di masa depan.” Menurutnya, pandemi memberikan berbagai jawaban sekaligus menunjukkan arah ke mana seharusnya masyarakat adat di masa depan. “Kita harus meninggalkan sistem eksploitatif yang merusak, harus diganti dengan sebuah sistem gotong royong, mengakar pada sistem kearifan lokal kita, budaya agraris serta bahari di tempat kita masing-masing,” tegasnya. Ia meyakinkan bahwa masyarakat harus mampu membebaskan pikiran dari keyakinan semu yang ditanamkan oleh kapitalis tentang produksi pangan. Menurutnya, selama ini masyarakat sudah menjadi korban propaganda. “Kita telah dipaksa percaya dengan pupuk kimia buatan pabrik supaya kita beli dari mereka. Dan pada saat yang sama kita lalu melupakan bahwa sesungguhnya alam di sekitar kita menyediakan pupuk yang melimpah dan gratis. Keyakinan palsu ini telah membuat kita meracuni dan merusak bumi, meracuni diri sendiri dan anak-anak kita.” “Kesalahan-kesalahan kita ini harus segera kita perbaiki dengan mulai kembali pada produksi pangan yang lebih sehat. Produksi pangan yang lebih sehat, produksi organik,tidak saja akan menyembuhkan alam di sekitar kita. Tapi sesungguhnya akan membebaskan pikiran kita dari penjajahan kapitalis revolusi hijau.” Selanjutnya, ia menekankan pentingnya rehabilitasi wilayah ada secara total. Perlu adanya rehabilitasi fisik tanah yang rusak, pengelolaan sistem pertanian yang salah akan gagal. “Ini untuk memastikan resiliensi Masyarakat Adat terus bertahan, dengan mengubah sistem pertanian kita secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.” Solidaritas untuk perjuangan buruh Pada akhir pidatonya, Rukka secara khusus mengajak masyarakat adat untuk bersolidaritas kepada Ketua Umum Konfederasi KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia), Nining Elitos, yang saat ini mengalami kriminalisasi. Nining pada hari yang sama sedang memenuhi panggilan polisi, untuk diperiksa terkait demonstrasi yang dilakukan KASBI dan serikat buruh lainnya pada 8 Maret 2021. "Saudara Nining Elitos, saat ini mengalami kriminalisasi dengan dalih pandemi. Nining adalah salah satu pimpinan organisasi yang tanpa lelah bersuara suara kritis dan melawan penindasan rezim. Saat ini juga banyak pemimpin masyarakat adat sedang berada di balik jeruji besi karena mempertahankan wilayah adat.Nining sama dengan kita Masyarakat Adat yang menjadi korban kriminalisasi karena memperjuangkan dan mempertahankan hak-hak kita,” tegas Rukka. Ia lalu juga mengajak masyarakat di sektor petani, buruh, nelayan, kaum perempuan untuk memperkuat gotong-royong dan solidaritas. “Kita harus bergandengan tangan , melangkah bersama, memutuskan lingkaran setan ekonomi kapitalistik dan neoliberal yang selama ini telah menindas kita semua!” [caption id="attachment_47378" align="alignnone" width="800"] Deputi I Sekjen AMAN, Eustobio Renggi menyerahkan bahan pangan secara simbolis kepada Ketua Umum Konfederasi KASBI, Nining Elitos di halaman Polda Metro Jaya.[/caption] Di luar ruang virtual, AMAN didukung oleh Serikat Petani Indramayu dan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), juga mengerahkan bantuan bahan pangan sebanyak 2 ton beras kepada rekan-rekan mereka di sektor buruh. Aksi solidaritas berlangsung di halaman Polda Metro Jaya juga dihadiri, Direktur YLBHI, Direktur LBH Jakarta, KASBI, KPBI, Sekjen KPA, KSN dan beberapa perwakilan organisasi masyarakat sipil lainnya.

Penyerahan dilakukan secara simbolis sesaat setelah mendampingi Ketua Umum Konfederasi KASBI, Nining Elitos bertemu Kapolda Metro Jaya terkait upaya kriminalisasi yang dialaminya.
Di wilayah dan daerah perayaan ini juga dilakukan dengan beragam kegiatan ritual adat, aksi simbolik menyerahkan bahan pangan hasil panen dari wilayah adat kepada pemerintah setempat dan berbagi bahan pangan kepada buruh, kaum miskin kota dan anak yatim sebagai bentuk solidaritas Masyarakat Adat atas situasi krisis yang sedang terjadi. **Budi Baskoro