Oleh Della Azzahra, Apriadi Gunawan

Perayaan 25 tahun berdirinya Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) berjalan lancar, ditandai dengan banyaknya tamu undangan yang datang ke rumah AMAN Jalan Tebet Timur Dalam Raya, Jakarta Selatan pada Senin, 18 Maret 2024.

Perayaan yang berlangsung di bulan puasa Ramadan ini ditandai dengan buka puasa bersama. Para tamu undangan menikmati hidangan sembari mendengarkan permainan alat musik tradisional Kalimantan Timur: Sape, yang dibawakan oleh Deliana Winki dari komunitas Masyarakat Adat Dayak.

Sehari sebelum perayaan di Rumah AMAN Tebet, para pengurus yang dipimpin Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi lebih dulu menggelar syukuran bersama anak yatim piatu di rumah AMAN Sempur, Bogor tepat ditanggal 17 Maret sebagai hari lahirnya AMAN dan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat (HKMAN).

Rukka Sombolinggi dalam sambutannya pada perayaan 25 Tahun AMAN mengatakan bahwa tahun 1999 menjadi titik penting dalam perjuangan Masyarakat Adat di seluruh Nusantara, mengingat sebelumnya telah banyak perjuangan dan perlawanan yang telah dilakukan oleh Masyarakat Adat. Rukka menambahkan salah satu perjuangan yang sedang dilakukan AMAN bersama Masyarakat Adat adalah mendesak pemerintah dan DPR untuk mengesahkan Undang-Undang Masyarakat Adat.

“Perjuangan ini akan terus kita lakukan. Tahun 1999 merupakan tonggak sejarah yang luar biasa bagi gerakan Masyarakat Adat di seluruh Nusantara. Menjadi kesempatan di mana Masyarakat Adat merasa harus ikut serta mengisi agenda reformasi,” Rukka.

Dalam kesempatan ini, Rukka juga menyoroti kerja sama yang baik antara tiga belas organisasi Masyarakat Sipil yang berkontribusi dalam memperkuat pemahaman dan dukungan terhadap gerakan Masyarakat Adat. Ketiga belas organisasi tersebut antara lain Baileo Maluku, Bioforum, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), Jaringan Pembela Hak-Hak Masyarakat Adat (JAPHAMA), Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (K.P.SHK), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), dan lainnya.

“Kerjasama ini patut diapresiasi,” katanya sambil tersenyum.

Foto bersama pada perayaan HKMAN dan 25 tahun AMAN. Dok. AMAN

Dukungan Sahabat AMAN

Para tamu undangan yang menghadiri perayaan 25 Tahun AMAN dan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) turut memberikan dukungan dan ucapan selamat. Semangat kebersamaan dan kegembiraan terpancar dari wajah mereka saat ikut merayakan 25 Tahun AMAN bertajuk : Perkuat Kampung dan Solidaritas, Teguhkan Resiliensi Masyarakat Adat Nusantara

Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Dewi Kartika mengatakan bukan jalan yang mudah bagi AMAN untuk menjadi barometer perjuangan Masyarakat Adat di seluruh Nusantara. Menurutnya, AMAN telah mencapai kemajuan-kemajuan yang telah memperkokoh Masyarakat Adat dalam memperjuangkan hak-haknya, pengakuan wilayah adatnya, dan martabatnya.

“Sukses untuk AMAN, Dirgahayu 25 tahun kebangkitan gerakan Masyarakat Adat di Indonesia dan seluruh dunia,” kata Dewi.

Sandra Moniaga yang pernah menjabat Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia turut mengucapkan Dirgahayu ke-25 buat AMAN. Pada perayaan ini, Sandra menegaskan dukungannya terhadap perjuangan Masyarakat Adat di seluruh Nusantara.

Sandra menceritakan pengalamannya saat bertugas di Komnas HAM menyaksikan perjuangan Masyarakat Adat dalam mempertahankan wilayah adat dari perampasan yang dilakukan oleh korporasi maupun pemerintah. Dia juga menyoroti keberanian Masyarakat Adat dalam melakukan perlawanan setiap terjadi perampasan wilayah adat.

“Masyarakat Adat dikenal sebagai pemberani dalam memperjuangkan wilayah adat, mereka berjuang melawan Pemerintah Orde Baru yang otoriter, yang menerbitkan izin-izin tanpa sepengetahuan mereka,” kata Sandra.

Sandra menyampaikan dari perjuangan Masyarakat Adat ini, muncul kesepakatan diantara para pendiri AMAN. Mereka bersepakat bahwa diperlukan suatu wadah bagi perjuangan Masyarakat Adat.

“Dibentuklah AMAN," imbuhnya.

Bona Beding selaku Koordinator Forum Masyarakat Adat di Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di seluruh Indonesia berharap ditengah pencapaian usia AMAN yang sudah beranjak 25 tahun, perjuangan Masyarakat Adat semakin solid. Bona yakin soliditas ini akan mendatangkan kemaslahatan bagi Masyarakat Adat.

“Kita bergerak bersama demi kemaslahatan hidup Masyarakat Adat,” katanya.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Umum Perempuan AMAN Devi Anggraini yang menuturkan harapannya bagi keberlanjutan perjuangan AMAN. Ia berharap AMAN dapat menjadi salah satu gerakan yang paling kuat dalam menyuarakan suara-suara Masyarakat Adat. Ia juga menekankan pentingnya Undang-Undang Masyarakat Adat yang berperspektif gender.

“Harapan saya ke depan AMAN menjadi salah satu gerakan yang paling kuat dalam memperjuangkan suara-suara hak Masyarakat Adat. Sekaligus memastikan hak kolektif perempuan adat menjadi bagian di dalam perjuangan tersebut,” katanya penuh harap.

***

Penulis Della adalah volunteer di Infokom PB AMAN