SEJARAH DAYAK BENUAQ OHOKNG SANGOKNG DI SANGGULAN
28 November 2017
Jauh sebelum perang dunia kedua beberapa lamin didaerah Ohokng melakukan Suaka/Ulur ke Tenggarong sebagai perintah dari Kerajaan Kutai. Pertama � tama rombongan suaka ini masuk dalam wilayah Sungai Tenggarong selama empat tahun kemudian baru rombongan ini berpencar hingga ke Pondok Labu. Pada saat itu Aji Sultan Kutai (Raja dari Kerajaan Kutai) berunding ingin membangun kerajaan kayu. Diperkirakan kayu yang ada di dalam Wilayah Sungai Tenggarong pada waktu itu jumlahnya cukup banyak tetapi sulit untuk mengambilnya karena posisi Sungai Tenggarong yang terlalu kecil. Oleh karena itu pihak kerajaan kutai memanggil seluruh kepala kampung atau kepala adat untuk berunding mencari solusi kemana mencari kayu yang mudah diambil. Kemudian atas kesepakatan bersama Surga Pangeran Mangku memutuskan untuk mudik ke Ulu Sungai Mahakam untuk mencari Lokasi kayu yang jumlahnya banyak. Surga Pangeran Mangku mudik dengan menggunakan Brohon (perahu) dengan membawa sepuluh orang bersamanya yang terdiri dari delapan orang tukang dayung, satu orang di haluan dan satu orang di buritan dengan Surga Pangeran Mangku selaku kepala rombongan. Jadi jumlah keseluruhan adalah sebelas orang. Setelah beberapa malam perjalanan maka tibalah rombongan ini di Sanggulan dan diteruskan ke Muara Kaman. Sepanjang perjalanan Surga Pangeran Mangku melihat diwilayah ini di sebelah kiri dan kanan sungai ternyata banyak kayunya yang cocok untuk bahan bangunan istana kerajaan kayu yang akan dibangun nanti dan posisi kayunya mudah untuk diambil. Kemudian rombongan Surga Pangeran Mangku pulang ke Tenggarong menbawa berita serta informasi dari perjalanan rombongannya kepada Sultan Kutai. Kemudian Sultan Kutai mengadakan Erau dan langsung memanggil seluruh kepala kampung atau kepala adat yang sudah berada di Sungai Tenggarog selama empat tahun untuk dipindahkan ke Sanggulan hingga ke Rantau Hampang. Kakah Sangatng yang bergelar Jaga asal Lamin Lempunah ( Lamin Akas) dipindahkan ke Rantau Hampang. Kakah molo yang bergelar Singa Wana asal Lamin Kerbanik (sebelah darat/atas Macong) dipindahkan ke Luah Dua di Ulu Teratak. Kakah Pati yang bergelar Nala asal lamin Lakum dan Lamin Perigiq (Lamin Jelaw) dipindahkan ke Teratak . Joyo (gelar) asal Lamin Nayan dan Perana (Gelar) asal Lamin Pentat di pindahkan di Luah tepat dalam Kedang Sembelih seberang Benua Puhun . Kakah Ugui yang bernama Terus dengan gelar Tumenggung Wana dan Itak Ngirak (Kakaknya) sebagai hakim adatnya dipindahkan ke Jambe. Sedangkan Lamin Jengan tidak diikutkan dalam Suaka Tersebut. Oleh karena Kakah Ugui anggotanya terlalu banyak, maka dipindahkan sebagian ke Sanggulan dan membangun sebuah lamin empat jorok (Kamar) yaitu :
- Jorok Kakah Gadoh yang bernama Prempeng
- Jorok Kakah yang bernama Lukap
- Jorok Kakah Lipat
- Jorok Taman Sawan
- Itak Gadoh dan Kakah Gadoh yang bernama Perempeng
- Itak Lukap dan Kakak Lukap yang bernama Gabus
- Itak Jayak dan Kakah Jayak yang bernama Lampit
- Itak Jautn dan Kakah Jautn yang bernama Ngendakng
- Itak Turai dan Kakah Turai yang bernama Kelasi
- Itak Somat dan Kakah Somat
- Itak Lipat dan Kakah Lipat
- Itak Guru Kakah Guru
- Itak Nyolo dan Kakah Nyolo
- Tinan Sawan Taman Sawan
- Tinan Kati bernama Bentai dan Taman Kati yang bernama Ropan
- Itutn
- Tinde
- Dotuk
- Gabus (meninggal kerena digigit ular bentung)
- Dotuk
- Kakah Lipat
- Kakah jautn
- Kakah Somat