Lebih dari 600 anggota masyarakat adat mengadakan gelar Ritus Budaya Pangan Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Kegiatan selama tiga hari, 27-29 Oktober, ini tidak sekadar mementaskan kesenian, tetapi juga berupaya menggugah soal ketahanan pangan dan memberdayakan kembali masyarakat adat yang semakin terpinggirkan. Kegiatan yang dibuka Sabtu (27/10) itu menampilkan tujuh ritus budaya pangan. Ritus-ritus terkait pertanian itu sampai saat ini masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pendukungnya, yaitu randang lingko dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur; bahondoh milik masyarakat adat Paninjauan, Sumatera Barat; vunca ada pae, adat Ngata Ngoro, Sulawesi Tengah; dan dumaan dari Dayak Kayan Bahau, Kalimantan Timur. Ada pula sedekah bumi dari adat Tutup Ngisor, Jawa Tengah; kebo-keboan, adat Osing, Banyuwangi, Jawa Timur; serta seren taun dari Kasepuhan Cisungsang dan Cisitu, Banten. ”Ritual pangan ini mengingatkan kembali pada penentu kebijakan bahwa masyarakat memiliki kearifan sendiri dalam mengelola alam dan pangan. Masyarakat adat ini memiliki strategi untuk mempertahankan pangan dalam kondisi sulit,” kata Suprapto Suryodarmo, budayawan, yang bersama etnomusikolog Rizaldi Siagian menggagas ritus pangan. Ritus Budaya Pangan Nusantara juga diisi diskusi antarmasyarakat adat. Dalam diskusi ini dibahas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, antara lain perubahan pangan dan cuaca serta ancaman krisis pangan. Rizaldi Siagian mengatakan, ritus budaya pangan ini diangkat agar kesenian tidak kehilangan konteks dengan masyarakatnya. ”Kesenian juga memiliki fungsi pemberdayaan,” kata Rizaldi.(IND) Sumber: http://www. cetak.kompas.com

Writer : Infokom AMAN | Jakarta