Oleh Rian Saputra, Deni Putra dan Novi Yanti

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) AMAN VII di wilayah adat Kutei Lubuk Kembang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu membawa berkah bagi masyarakat yang berjualan di stand bazar. Sebanyak 15 stand bazar ikut meramaikan kegiatan Rakernas. Stand yang berada di lapangan Balai Benih Padi dan Palawija ini menjajakan berbagai macam makanan khas Bengkulu serta aksesoris yang berhubungan dengan Rakernas.

Hampir setiap hari stand bazar yang lokasinya berdampingan dengan panggung budaya ini diserbu pembeli, tak terkecuali peserta Rakernas. Mereka membeli makanan dan juga aksesoris Rakernas.

Rusmawati, salah seorang pedagang aksesoris asal Bengkulu menyatakan bersyukur diberi kesempatan untuk mengisi stand bazar di arena Rakernas AMAN. Ia menyebut jumlah pembelinya lumayan banyak.

“Hari ini, saya berhasil menjual lebih kurang 25 baju dan 60 butir aksesoris gelang dan mainan kunci,” kata Rusmawati pada Sabtu (18/3/2023) sore.

Ia mengungkap semua barang dagangan yang ada di stand bazar miliknya dijual dengan harga yang terjangkau. Baju dijual mulai dari harga Rp 35.000 sampai dengan Rp 70.000, sementara aksesoris gelang tangan dijual Rp 5.000, mainan kunci dijual Rp 10.000.

“Harga barang di stand bazar saya sangat murah, biasanya peserta Rakernas membeli paling sedikit 3 buah baju,” sambungnya.

Nurlin, salah seorang peserta Rakernas asal Sulawesi Tengah mengaku telah membeli baju dan aksesoris sebagai kenang-kenangan telah mengikuti Rakernas AMAN di Rejang Lebong, Bengkulu. Ia menyampaikan bahwa harga yang ditawarkan oleh penjual relatif murah, namun kualitasnya tidak murahan. Cocok untuk dibawa pulang ke rumah sebagai buah tangan untuk teman-teman.

"Bajunya bagus, begitu juga dengan gelang tangannya. Setidaknya, ada oleh-oleh untuk keluarga dan teman di kampung,” katanya sembari berharap semoga acara Rakernas AMAN  membawa berkah bagi masyarakat.

Monik, pedagang  Bakso menyatakan kegiatan Rakernas AMAN membawa berkah untuk semua pedagang yang berjualan. Dikatakannya, setiap hari ada saja peserta Rakernas yang membeli baksonya.

“Alhamdulillah, hari ini banyak orang yang beli bakso saya,” ujarnya dengan nada girang.

Monik menyebut untuk bakso bakar dijual dengan harga Rp 1000 sampai Rp 2000, sedangkan bakso kuah dijual mulai harga Rp 6000 sampai Rp 15.000.

Herlina Murni, peserta Rakernas asal Kalimantan Barat, berkomentar bahwa harga yang di tawarkan oleh penjual bakso di lokasi Rakernas sangat murah dibanding harga bakso di Kalimantan barat.

“Bakso di Kalimantan Barat harga paling murah Rp 20.000 satu mangkok, disini hanya Rp 6000,” katanya terheran.

Peserta Rakernas membeli makanan di stand bazar

Produk BUMMA

Selain menjual barang dagangan masyarakat, stand bazar yang ada di Rakernas AMAN juga memasarkan produk makanan, pernak pernik ataupun pakaian olahan Masyarakat Adat se-Nusantara. Barang-barang yang dipasarkan merupakan produk Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA).

BUMMA Dompu, Nusa Tenggara Barat misalnya, menjual aksesoris yang terbuat dari pandan karena di wilayah komunitas Wilayah Adat mereka masih banyak terdapat daun pandan.

Fita, Ketua BUMMA Dompu, Nusa Tenggara Barat, menyatakan daun pandan sangat melimpah di hutan adat. Setidaknya ada 7 komunitas adat yang mempunyai hutan yang  melimpah daun pandannya. Keadaan ini dimanfaatkan oleh BUMMA Dompu untuk  membuat produk dari daun pandan diantaranya tas laptop, bantal mobil hingga sarum korek api.

Perempuan Adat dari Komunitas Sumba juga ikut berpameran di stand bazar Rakernas AMAN VII. Mereka menampilkan produk kain tenun dan kain pahikkung yang merupakan pakaian khas dari Nusantara Tenggara Barat.

Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sari Tani di Kutei Lubuk Kembang, Rahman Jasin menyatakan ikut meramaikan stand dengan menjual berbagai produk-produk olahan bahan baku utama dari beras. Produk yang dijual merupakan berbahan utama dari beras hasil pertanian Masyarakat Adat. Hal tersebut dilakukan guna untuk meningkatkan perekonomian Masyarakat Adat.

"Kami menjual beras putih dan beras merah. Ini produk unggulan kami,” kata Rahman.

Ia menambahkan selain beras, mereka juga menjual berbagai makanan tradisional khas Bengkulu seperti kerupuk ganepo, cucur bandan, ranginang, juada kare, kuwe semprong, dodol, wajik.

“Semua produk ini dari hasil persawahan Masyarakat Adat,” ujarnya.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat Bengkulu

Writer : Rian Saputra, Deni Putra dan Novi Yanti | Bengkulu
Tag : BUMMA Rakernas AMAN VII Bengkulu