Ritual Adat Betetulak: Tradisi Menjaga Adat Budaya dan Bumi di NTB
31 Juli 2023 Berita Mohamad HajaziOleh : Mohamad Hajazi
Ratusan Masyarakat Adat dari berbagai daerah tumpah ruah menghadiri ritual adat Betetulak yang dilaksanakan di Komunitas Adat Krekok, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Rabu, 26 Juli 2023.
Masyarakat Adat dan masyarakat umum datang beramai-ramai untuk menyaksikan jalannya ritual adat Betetulak di setiap bulan Muharram ini. Semuanya berkumpul, membaur sebagai wujud syukur Masyarakat Adat Krekok atas nikmat yang berikan oleh Nenek Kaji Saq Kuase (Tuhan Maha Kuasa) atas kesehatan, keselamatan, dan rezeki yang diterima selama ini.
Fatmawati, perempuan dari komuitas Masyarakat Adat Krekok, mengaku bersyukur bisa menyaksikan ritual adat Betetulak ini. Fatmawati merasakan dampak positif bisa hadir ditengah berlangsungnya kegiatan ritual adat Betetulak ini.
“Ritual adat ini membuat saya seakan-akan kembali ke masa lalu, sebagimana cara hidup leluhur kami dahulu," ungkap Fatmawati.
Ia mengaku selama ritual adat ini berlangsung, banyak hal yang bisa diketahuinya. Terlebih dalam ritual adat Betetulak, turut dihidangkan menu makanan tradisional khas Komunitas Adat Krekok seperti Sate Rembige, Pelecing Urap, dan jajanan khas lainnya.
Ketua panitia ritual, Muhaimi menyatakan Betetulak diambil dari kata "Bete" yang berarti mari kita dan "tulak" yang berarti kembali. Sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Betetulak mengandung arti mari kita kembali.
Foto Dokumentasi AMAN
Muhaimi menjelaskan ritual adat Betetulak dilaksanakan dari sore sampai malam hari selama 16 hari di setiap bulan Muharram.
“Ini karena Masyarakat Adat Krekok mempercayai bahwa di bulan (Muharram) tersebut merupakan bulan Sahrullah yang artinya bulannya Allah Ta'ale (Allah SWT),” ungkap Muhaimi.
Pria yang lebih akrab dipanggil Ki Dalang Emi ini menerangkan kenapa ritual ini dilaksanakan pada sore hingga malam hari, dikarenakan Masyarakat Adat di Krekok sebagian besar melaksanakan ibadah puasa sunah Muharram di siang harinya.
Ia menjelaskan ritual adat Betetulak dibagi menjadi tiga rangkaian kegiatan. Pertama, Roah Kemalik, yang merupakan ritual dzikir dan do'a sebagai pembuka Betetulak. Roah Kemaliq dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada peninggalan leluhur orang Krekok berupa beberapa benda-benda pusaka.
Kedua, Beremben, yang juga sering disebut Begibung (makan bersama dalam 1 wadah), dengan wadah yang digunakan berupa nampan besi tradisional yang disebut dulang, dengan menu makanan tradisional khas yang berasal dari komunitas adat Krekok.
Ketiga, Ngiderin Gubug, adalah ritual mengusung dan mengarak benda-benda pusaka peninggalan leluhur untuk keliling gubug (kampung) selama tiga malam berturut-turut, dan biasanya dilaksanakan di tengah malam setelah mendapat petunjuk dan wangsit dari leluhur.
Kepala Biro Ekonomi, Sosial, dan Budaya AMAN Nusa Tenggara Barat, Lalu Kesumajayadi mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ritual adat Betetulak. Ia memuji kegiatan ini karena ditengah jantung Kota Mataram masih ada tradisi luhur yang masih lestari hingga saat ini.
“Ini patut diapresiasi,” katanya sambil mengacungkan jempol saat menyaksikan kegiatan ritual adat Betetulak.
Menurutnya, kegiatan ini bisa jadi contoh untuk daerah lain, terutama yang terkait dengan gerakan pulang kampung. Kesumajayadi menilai sesungguhnya ritual ini penting dilestarikan untuk menjaga tradisi, adat, budaya, serta wilayah adat sebagai bentuk cinta kepada ibu bumi, di manapun berada dan dengan situasi dan kondisi apapun.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Nusa Tenggara Barat