Kete Kesu, Icon Wisata Adat Toraja Jadi Lokasi Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia 2023
03 Agustus 2023 Berita Dirga Yandri TandiOleh: Dirga Yandri Tandi
Kete Kesu, sebuah desa wisata adat dan budaya Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Terletak empat kilometer di bagian Tenggara Rantepao. Desa yang dipenuhi padang rumput dan padi ini dikenal karena adat dan kehidupan tradisionalnya.
Kete Kesu berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara. Desa wisata ini tidak jauh dari pusat Kota Makale, hanya butuh sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor untuk tiba di desa ini.
Lokasinya sangat strategis. Tak ayal, bila Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menjadikan desa wisata Kete Kesu tersebut sebagai lokasi perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) pada 9 Agustus 2023.
Ketua panitia HIMAS, Romba Marannu Sombolinggi menyatakan banyak tempat di Toraja yang bisa dijadikan sebagai lokasi HIMAS. Namun, desa Kete Kesu dipilih sebagai tempat perayaan HIMAS tahun ini karena lokasinya mudah diakses dari berbagai wilayah adat. Romba menyebut ada 32 wilayah adat di Toraja yang akan hadir dalam perayaan HIMAS nanti.
“Ini pertimbangan kita, Kete Kesu mudah diakses oleh peserta HIMAS dari mana pun,” kata Romba pada Kamis (3/8/2023).
Romba yang kini menjabat Ketua PD AMAN Toraya menambahkan selain aksesnya yang mudah dijangkau, Kete Kesu merupakan icon destinasi wisata adat dan budaya Toraya. Dikatakannya, sebagai Masyarakat Adat Toraya filosofi “Tallu Lolona” yakni, lolo tau (manusia) lolo patuoan (hewan) dan lolo tanananan (tanaman), atau tiga pucuk kehidupan, yakni manusia, hewan, dan tanaman, harus melekat dan dipegang teguh.
"Kete Kesu ini rumah kita bersama, mari kita datang merayakan HIMAS,” ujarnya.
Tinting Sarungallo, salah seorang Masyarakat Adat di Kete Kesu mengaku bangga dan bersyukur perayaan HIMAS dilaksanakan di tempatnya.
"Kami bersyukur sekali ada kegiatan HIMAS di Kete Kesu," katanya dengan sumringah.
Tinting menyatakan persiapan yang dilakukan Masyarakat Adat Kete Kesu menyambut HIMAS adalah membantu panitia mempersiapkan lokasi acara. Kemudian, mempersiapkan kerajinan-kerajinan yang akan ditampilkan pada perayaan HIMAS nanti.
"Sejauh ini, persiapannya sudah matang. Kami siap menyambut peserta HIMAS disini," pungkasnya.
Foto Dokumentasi AMAN
Keunikan Kete Kesu
Desa Kete Kesu diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Namun, di usia yang sudah cukup lama tersebut, desa ini tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali berdiri.
Saat memasuki pintu masuk Kete Kesu, terjasikan pemandangan sawah. Setelah itu, wisatawan akan menyaksikan barisan rumah adat Tongkonan (rumah adat Toraja) yang rapi.
Tak jauh dari Tongkonan, terdapat situs pemakaman kuno berupa goa atau tebing batu yang diperkirahkan sudah berumur 700 tahun. Di sepanjang bukit tebing goa tersebut terdapat makam-makam.
Berikut beberapa fakta yang membuat situs perkampungan adat tertua desa Kete Kesu menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Toraja Utara:
Menyimpan Sejarah Masyarakat Adat Toraja
Desa ini diyakini menjadi salah satu tempat saksi sejarah awal mula keberadaan Masyarakat Adat Tana Toraja. Hal ini dibuktikan dari keberadaan pahatan, serta peninggalan jejak kearifan lokal yang ada di Kete Kesu. Ini menggambarkan bahwa peradaban leluhur di desa Kete Kesu sudah ada ratusan tahun silam.
Makam di Tebing Batu
Jika kita perhatikan dinding batu Kete Kesu, terdapat beberapa makam khusus yang diletakkan di posisi paling tinggi. Itu makam para tetua Tana Toraja.
Sakral
Kete Kesu terbilang sakral, sebab di beberapa lokasi tertentu kita akan menjumpai beberapa makam di bukit dan tulang belulang. Di hari khusus, Masyarakat Adat Toraja akan berkumpul di Kete Kesu untuk melaksanakan upacara adat kepada para leluhur.
Cagar Budaya UNESCO
UNESCO telah mengakui keberadaan Kete Kesu sebagai Cagar Budaya Warisan Dunia. Trademark Land of Heavently Kings merupakan julukan Sulawesi Selatan sebagai tanah yang kental dengan budaya dan eksotisme keasrian alam, ini tergambar di Kete Kesu.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan