Perayaan HIMAS Berlangsung Semarak di Berbagai Wilayah Adat
10 Agustus 2023 Berita Mohamad Hajazi dan Risnan AmbaritaOleh : Mohamad Hajazi dan Risnan Ambarita
Perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) yang diperingati setiap tanggal 9 Agustus oleh sejumlah pengurus Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) diberbagai wilayah adat berlangsung semarak.
Di Flores Barat, Masyarakat Adat Pocoleok memperingati HIMAS dengan berunjukrasa ke kantor DPRD dan Bupati Manggarai. Mereka mendesak Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mencabut Surat Keputusan tentang penetapan Flores sebagai pulau Geothermal dan mendesak Bupati Manggarai mencabut Surat Keputusan penetapan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Ulumbu di Pocoleok.
Di Lombok, Pengurus Wilayah AMAN Nusa Tenggara Barat mengadakan dialog refleksi tentang eksistensi Masyarakat Adat. Dialog dalam rangka memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia ini dilaksanakan di Komunitas Adat Jelantik pada Rabu (9/8/2023).
Dialog turut dihadiri Ketua AMAN Lombok Tengah, Hj. Baiq Muliati, Ketua Dewan AMAN Lombok Tengah, L. Guntur, Perempuan AMAN Lombok Tengah, Juanda Pramadani dan Dewan Pemuda Adat Nasional ( DePAN ) Regional Bali-Nusa Tenggara , Lalu Erpan Maulana dan Hilmiati.
Ketua AMAN Nusa Tenggara Barat, Lalu Prima Wiraputra menyatakan persoalan Masyarakat Adat bukan hanya menjadi topik nasional, melainkan juga menjadi topik Internasional yang komplit dengan persoalan tenurial, inklusivitas sosial, dan stigma sebagai masyarakat yang terbelakang. Karenanya, sebut Lalu Prima, perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia kali ini diharap bisa jadi trigger untuk Masyarakat Adat, khususnya Pemuda Adat untuk membangun kekuatan dan berhimpun secara masif untuk menagih hak-haknya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara, Ketua Perempuan AMAN Lombok Tengah, Juanda Pramadani yang sekaligus pendiri Sekolah Adat Rengganis juga berharap hal yang sama. Perayaan HIMAS dapat merekatkan semua pihak untuk saling bersinergi dalam mencapai tujuan menjadikan Masyarakat Adat berdaulat, mandiri, dan bermartabat, khususnya di Nusa Tenggara Barat.
Foto Dokumentasi AMAN
Sementara di Tano Batak, Sumatera Utara, perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia diperingati dengan cara melakukan penanaman berbagai jenis pohon buah di wilayah adat Sihaporas.
Johanes Siahaan, salah seorang perwakilan dari pemuda adat Sihaporas mengaku senang bisa melakukan kegiatan penanaman pohon pada perayaan HIMAS tahun ini.
“Ini sangat menyenangkan, kami menanam berbagai jenis pohon di area sumber mata air minum yang mengalir ke kampung,” kata Johanes Siahaan, salah seorang perwakilan dari pemuda adat Sihaporas.
Ia menyatakan tema HIMAS tahun ini yang mengangkat peran pemuda adat cukup relevan dengan kondisi pemuda adat Sihaporas saat ini yang sedang berjuang melawan aksi perampasan lahan yang dilakukan perusahaan PT Toba Pulp Lestari. Johanes mengatakan selain menjaga tanah adat, pemuda adat Sihaporas akan berusaha untuk mengembalikan hutan yang hijau, terutama di area sumber mata air dengan melakukan penanaman bibit pohon-pohon endemik.
Tetua Adat Sihaporas, Saul Ambarita berharap dengan adanya kegiatan penanaman pohon para perayaan HIMAS semakin menegaskan kebersamaan Masyarakat Adat Sihaporas dengan pemuda adat dalam merawat dan menjaga wilayah adat.
Saul mengatakan kondisi Masyarakat Adat Sihaporas saat ini masih dirundung kecemasan menyusul aksi perampasan lahan adat yang terus dilakukan perusahaan PT Toba Pulp Lestari. Dalam kondisi prihatin seperti ini, akunya, peran pemuda adat sangat dibutuhkan untuk menjaga masa depan Masyarakat Adat Sihaporas dan keberlangsungan ritual adat agar tidak terusik dari wilayah adatnya.
Anita Simajuntak, mewakili Perempuan Adat juga menyampaikan bahwa selama ini Perempuan Adat telah berperan dalam merawat dan menjaga wilayah adat Sihaporas. Perempuan Adat rutin setiap hari melakukan rehabilitasi dengan menanami pohon sekaligus bertani di wilayah adat.
“Ini kami lakukan sebagai bentuk tangungjawab kami ikut menyuburkan kembali tanah yang telah rusak karena aktivitas alat berat TPL selama ini,” katanya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari NTB dan Tano Batak