Pesona Pakaian Adat Suku Dayak Benuaq di Perayaan Kemerdekaan RI
29 Agustus 2023 Berita SelianiOleh Seliani
Seorang perempuan cantik berwajah oriental mengenakan pakaian adat Suku Dayak Benuaq saat mengikuti upacara pengibaran bendera Perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke 78 di lapangan Sepak Bola Kampung Dempar, Kecamatan Nyuatan, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Perempuan cantik yang miliki paras tubuh tinggi semampai tersebut bersama dengan peserta upacara lainnya kompak mengenakan pakaian adat dan batik khas Kutai Barat. Suasana ini menambah semarak perayaan HUT RI ke-78 di Kecamatan Nyuatan.
Meski cuaca panas, para peserta upacara tetap ceria dan bersemangat mengikuti apel pengibaran bendera hingga selesai. Kemudian, semua peserta photo bersama untuk mengabadikan indahnya pesona pakaian adat yang mereka pakai di acara perayaan HUT RI.
Sekretaris Kecamatan Nyuatan, Yudi Suciadi menyatakan ide untuk mengenakan pakaian adat pada perayaan HUT RI kali ini didasari pada keinginan mereka untuk melestarikan adat dan budaya sekaligus mempromosikan pakaian adat lokal khas Kutai Barat. Yudi berharap pada zaman modern sekarang ini, adat dan budaya tidak dilupakan.
“Inilah mengapa pada perayaan HUT RI kali ini, kami memakai pakaian adat khas Kutai Barat untuk memotivasi generasi muda (anak-anak muda) guna mengingatkan bahwa adat dan budaya itu penting,” kata Yudi baru-baru ini.
Ia berharap melalui moment HUT RI ke-78 ini, jati diri sebagai Masyarakat Adat Dayak yang selalu mencintai adat istiadat dan budaya terus terjaga hingga lestari di Kecamatan Nyuatan.
Hal senada disampaikan oleh Dinas selaku Ketua Panitia Pelaksana HUT RI di Kecamatan Nyuatan menyatakan pada peringatan HUT RI tahun ini pesertanya mengenakan pakaian adat dan batik khas Kutai Barat. Karena dengan berpakaian adat, maka diharapkan masyarakat di Kecamatan Nyuatan semakin mencintai adat dan budayanya.
Ia menerangkan pakaian adat yang dikenakan oleh para peserta upacara bendera HUT RI ke-78 di Kecamatan Nyuatan adalah pakaian adat khas Suku Dayak Benuaq. Untuk wanita mengenakan setelan baju kebaya dan ulap (rok panjang), sedangkan untuk pria mengenakan sape sonakng (baju rompi) dari kulit kayu dan hiasan kepala.
Batik Kutai Barat
Selain pakaian adat, ada juga peserta upacara yang mengenakan pakaian batik khas Kutai Barat. Batik yang dipakai ada empat macam yaitu Batik Tumang, Batik Moring, Batik Agit, dan Batik Doyo.
Batik Tumang adalah batik khas Kutai Barat dengan gambar ayam yang melambangkan kehidupan, anggrek hitam melambangkan keindahan alam, dan warna-warna cerah melambangkan keharmonisan. Tumang merupakan singkatan dari tumpar (sulaman khas Kutai Barat) dan anggrek.
Batik Moring adalah batik khas Kutai Barat yang baru dirilis pada tahun 2018. Moring berasal dari kata Monaaq (pria tampan dan gagah perkasa) dan Ringeng (wanita cantik, setia, dan bijaksana), yang merupakan tokoh dalam salah satu legenda Kutai Barat yang terkenal.
Batik Agit juga salah satu jenis batik khas Kutai Barat yang merupakan singkatan dari Anggrek Hitam dan Kelagit. Motif batik ini melambangkan rasa persatuan dan persaudaraan Masyarakat Kutai Barat yang saling bersatu padu menjaga keindahan alam Kutai Barat. Batik ini dirilis pada tahun 2019.
Sedangkan Batik Doyo adalah batik khas Kutai Barat dengan motif kain tenun asli Kutai Barat yang terkenal secara turun-temurun. Kain tenun ini berbahan dasar daun Doyo.
Ciri khas
Kepala Seksi Pendidikan dan Kesehatan Kecamatan Nyuatan, Lusius Karyudiq menyatakan pakaian adat bukan hanya sekedar kostum, tetapi merupakan ciri khas dari Masyarakat Adat. Sejak zaman nenek moyang dahulu hingga sekarang, pakaian adat Suku Dayak Benuaq selalu dipakai pada saat pelaksanaan ritual-ritual adat. Dalam acara-acara resmi seperti upacara adat perkawinan dan kenegaraan, pakaian adat juga selalu dikenakan.
Lusius menambahkan, pakaian adat juga tak lepas dari keseharian Masyarakat Adat. Misalnya para juru ritual adat biasanya selalu memakai pakaian adat ketika memimpin sebuah ritual. Dalam pakaian adat selalu ada motif yang melambangkan ciri khas dari masing-masing daerah. Motif ini tujuannya supaya dapat dikenal dan dibedakan satu sama lain.
Lusius mencontohkan beberapa motif pakaian adat yang biasa dipakai perempuan antara lain: ulap sarut (rok panjang bermotif dari benang yang menyerupai bordir), ulap tumpar (rok panjang dengan motif sulaman dan ukiran yang khas), ulap keriokng (rok panjang dengan motif tempel).
“Semua ini pakaian adat khas suku Dayak Benuaq dan Tunjung di Kutai Barat,” katanya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Kalimantan Timur