PD AMAN Taa Wana Raya dan PW AMAN Sumba Lakukan Pemetaan Partisipatif Wilayah Adat
14 November 2023 Berita Samsir dan Umbu Remu Ch. Nusa MesaOleh Samsir dan Umbu Remu Ch. Nusa Mesa
Pengurus Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di berbagai daerah gencar melakukan sosialisasi pemetaan partisipatif untuk melindungi wilayah adat dari kapitalis yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam.
Pengurus Daerah (PD) AMAN Taa Wana Raya di Kabupaten Morowali Utara, baru-baru ini melaksanakan sosialisasi pemetaan partisipatif di Desa Salubiro, Kecamatan Bungku Utara, pada 9-10 November 2023. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari ini dirangkai dengan Musyawarah Komunitas Tentang Wilayah Adat Kajumarangka.
Kegiatan sosialisasi ini dihadiri sejumlah tokoh Masyarakat Adat meliputi tokoh perempuan adat, tokoh pemuda adat, serta unsur pemerintah desa setempat.
Ketua PD AMAN Taa Wana Raya, Eldius Dju'u mengatakan selama berlangsungnya kegiatan sosialisasi, Masyarakat Adat diberi pengetahuan tentang tata cara pemetaan partisipatif wilayah adat. Selanjutnya, Masyarakat Adat melakukan musyawarah untuk memastikan wilayah Adat yang belum dipetakan.
Eldius menerangkan kegiatan pemetaan partisipatif yang mereka sosialisasikan ini merupakan upaya untuk memperjelas wilayah adat di Kajumarangka yang berada di Desa Salubiro dan Desa Lemo.
“Kita berharap melalui kegiatan sosialisasi pemetaan partisipatif ini, wilayah adat Kajumarangka terlindungi dari para kapitalis,” kata Eldius.
Pemerhati Masyarakat Adat Sulawesi Tengah, Noval A Saputra yang bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan ini menjelaskan pentingnya pemetaan partisipatif sebagai bentuk antisipasi atas ekspansi korporasi (perusahaan) yang ingin melakukan eksploitasi sumber daya alam.
Noval menyatakan di banyak kasus, masuknya perusahaan yang merambah hutan atau wilayah adat dalam skala besar, seringkali menimbulkan konflik agraria, ekonomi, sosial, budaya bagi Masyarakat Adat. Bahkan ketika Masyarakat Adat mempertahankan wilayah adat yang notabene warisan leluhur dan telah menjadi ruang hidup secara turun temurun, justru sering kali Masyarakat Adat dikriminalisasi, ditangkap dan dipenjarakan.
“Di sinilah pentingnya kita membuat pemetaan wilayah itu, agar tidak dirampas para kapitalis. Sebab, dari pemetaan wilayah adat akan didorong peraturan daerah yang mengatur tentang perlindungan dan pengakuan hak-hak Masyarakat Adat,” ucapnya.
Tokoh Adat Taa Wana, Yakub Doyo menyambut baik seraya mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan sosialisasi pemetaan partisipatif wilayah adat oleh PD AMAN Taa Wana Raya. Yakub menyatakan kegiatan sosialisasi ini telah membuka wawasan mereka akan arti pentingnya menjaga wilayah adat demi kelangsungan Masyarakat Adat itu sendiri.
“Kami sangat terbantu dengan kegiatan ini karena selama ini wilayah adat kami belum pernah dipetakan,” ungkapnya.
Sosialisasi di Sumba
Pemataan batas-batas wilayah adat. Dokumentasi AMAN
Selain sosialisasi AMAN Taa Wana Raya di Kabupaten Morowali Utara, Pengurus Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PW AMAN) Sumba juga melakukan kegiatan pemetaan partisipatif wilayah adat di komunitas Matolang Watu Kepepi.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Unit Kerja Percepatan Pemetaan Partisipatif (UKP3) ini dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama dimulai pada 1 Oktober 2023 dengan agenda melaksanakan sosialisasi tentang AMAN di komunitas Masyarakat Adat Matolang Watu Kapepi.
Sosialisasi langsung disampaikan oleh Ketua Pengurus Harian AMAN Sumba Debora Rambu Kasuatu. Dalam sambutannya, Debora meminta agar Masyarakat Adat di komunitas dapat memahami maksud dan tujuan dari kegiatan pemetaan partisiatif ini.
Setelah sosialisasi, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber Pajaru Lombu tentang status Masyarakat Adat di Indonesia. Kemudian, diteruskan sosialisasi tentang pentingnya pemetaan pasrtisipatif wilayah adat dalam rangka menjaga dan melindungi wilayah adat. Setelah itu, dilanjutkan dengan diskusi bersama Masyarakat Adat untuk menggali informasi-informasi yang ada di komunitas adat. Selanjutnya, dilakukan pembuatan sketsa wilayah adat yang dilakukan sendiri oleh Masyarakat Adat di komunitas Matolang Watu Kapepi.
Usai tahap pertama, kegiatan pemetaan partisipatif wilayah adat dilakukan, pada tahap kedua yang berlangsung pada tanggal 11-12 Oktober 2023 kegiatan lebih difokuskan pada pelatihan teknis pemetaan partisipati wilayah adat. Selanjutnya, dibentuk tim pemetaan yang berfungsi sebagai pengambil titik koordinat di wilayah adat Matolang Watu Kapepi.
Ketua UKP3 AMAN Sumba, Yanda E.M.M Suruk mengatakan kegiatan pemetaan partisipatif ini menjadi menarik karena mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat maupun pemerintah desa. Kemudian, lanjut Yanda, pemetaan kali ini juga memiliki daya tarik tersendiri karena di wilayah yang akan dilakukan pengambilan titik koordinat mempunyai pemandangan alam yang masih terjaga. Transportasi yang digunakan dalam pengambilan titik masih menggunakan kuda Sumba atau lebih dikenal dengan sebutan kuda Sandelwood.
“Inilah sisi menarik dari kegiatan pemetaan partisipatif yang kami lakukan di komunitas Matolang Watu Kapepi,” kata Yanda pada Senin, 13 November 2023.
Yanda berharap pemetaan ini nantinya dapat menjadi menjadi wadah informasi bagi masyarakat luas, terkhusus informasi mengenai budaya dan lokasi kegiatan adat di suatu wilayah.
“Informasi ini penting agar tidak terjadi penyalahgunaan properti atau fasilitas adat yang bertentangan dengan aktivitas adat,” ujarnya sembari menambahkan AMAN Sumba siap memberikan informasi terkait adat istiadat yang berada di pulau Sumba.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur