Calon DPD RI Abdon Nababan Kecam Perusakan Hutan di kawasan Danau Toba
21 Desember 2023 Berita Risnan AmbaritaOleh : Risnan Ambarita
Calon Anggota DPD RI asal Sumatera Utara Abdon Nababan prihatin atas maraknya aksi perusakan hutan di kawasan Danau Toba yang berakibat terjadinya sejumlah bencana di Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan.
Abdon menyatakan degradasi lingkungan di sekitar kawasan pegunungan Danau Toba sudah terjadi sejak 20 tahun terakhir ini. Menurut pria yang lahir di Huta Pealangge, Kabupaten Humbang Hasundutan pada 2 April 1964 ini , degradasi lingkungan ini sangat memprihatinkan sekali. Sebab, kawasan Danau Toba merupakan wilayah strategis di Tano Batak yang harus dijaga kelestariannya.
“Kawasan hutan yang ada di sekitar Danau Toba harus kita lestarikan, bukan sebaliknya dengan menebangi pohonnya karena secara ekologis ekosistem pegunungan yang ada disekitar Danau Toba sangat rentan terhadap bencana,” kata Abdon Nababan saat mengunjungi lokasi bencana banjir bandang dan longsor di desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada 11 Desember 2023.
Dua bulan lalu, secara beruntun terjadi bencana banjir dan tanah longsor di Tano Batak. Awalnya, banjir dialami masyarakat sekitar desa Turpuk Sihotang, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir pada 13 November 2023. Satu orang dilaporkan meninggal dalam peristiwa banjir di Samosir ini. Sementara, sekitar 620 warga mengungsi akibat banyak rumah warga dan fasilitas umum yang rusak dihantam banjir.
Beberapa hari kemudian, banjir bandang dan tanah longsor melanda pemukiman warga di desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan pada 1 Desember 2023. Dua orang ditemukan meninggal dan sepuluh orang lainnya hilang akibat banjir bandang dan tanah longsor ini.
Abdon menyatakan bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di diberbagai tempat di kawasan Danau Toba ini menjadi alarm buat kita.
“Bencana ini alarm bahwa kita harus memulihkan ekosistem Danau Toba,” kata Abdon, yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal AMAN periode 2007-2012 dan 2012-2017.
Abdon menerangkan bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Samosir dan Humbang Hasundutan mestinya jadi satu kesempatan buat kita untuk melakukan satu perubahan mendasar dalam pengelolaan sumber daya alam di kawasan Danau Toba secara khusus dan Tano Batak secara umum.
Abdon menyatakan hal ini sesungguhnya sudah dilakukan AMAN sejak lama, terutama dalam melawan perampasan wilayah adat yang berimbas pada terjadinya deforestasi di kawasan Danau Toba.
Deforestasi adalah kegiatan menebang hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya dapat dialihfungsikan untuk perkebunan, pertanian, peternakan atau pemukiman.
Abdon tidak menampik adanya beberapa perusahaan yang disinyalir turut menjadi penyebab terjadinya deforestasi di sekitar kawasan Danau Toba. Ia mencontohkan perusahaan PT Toba Pulp Lestari dengan luas konsesi 164.000 hektar dan 60.000 hektar lebih, dimana lahan konsesinya telah di konversi dari hutan alam menjadi kebun monokultur (eucaliptus). Kemudian, ada juga perusahaan kayu PT Gruti.
Selain itu, kata Abdon, belakangan ini kawasan Danau Toba juga mengalami deforestasi untuk areal food estate.
“Semua itu belum termasuk aktivitas ilegal seperti perambahan hutan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Abdon, yang pernah meraih penghargaan Ramon Magsaysay Award di tahun 2017.
Menyikapi fenomena ini, Abdon mengajak semua organisasi yang selama ini peduli terhadap pelestarian Danau Toba untuk merapatkan barisan guna mengembalikan hak-hak pengelolaan sumber daya alam dan melakukan restorasi terhadap keselamatan ekosistem di seluruh kawasan Tano Batak.
Abdon Nababan memperhatikan tim SAR sedang mencari korban hilang akibat banjir bandang di desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan
AMAN Tano Batak Desak Perusak Hutan Ditangkap
Ketua PH AMAN Tano Batak Jhontoni Tarihoran menyatakan AMAN turut berduka atas bencana yang terjadi di Samosir dan Humbang Hasundutan. Ia mengatakan saat mendengar terjadinya bencana banjir bandang di dua lokasi berbeda tersebut, AMAN Tano Batak spontan menggalang donasi sembari menyatakan sikap kita berdiri bersama dengan para korban.
Jhontoni menyatakan sebelumnya AMAN Tano Batak pernah mengingatkan bahwa kawasan Danau Toba sedang tidak baik-baik saja dikarenakan maraknya perusakan lingkungan. Ia menilai terjadinya bencana banjir bandang di Samosir dan Humbang Hasundutan bukan semata karena bencana alam biasa, tetapi karena ada aktivitas penggundulan hutan sehingga berdampak pada terjadi banjir bandang.
“Penggundulan hutan di kawasan Danau Toba sudah sangat parah. Ironisnya, aksi ini masih terus berlangsung pasca bencana banjir bandang di Samosir dan Humbang Hasundutan,” kata Jhontoni.
Ia menuturkan AMAN Tano Batak sering melakukan pencegahan bencana melalui rehabilitasi lahan dan penataan ruang wilayah adat. Namun, upaya mereka ini tidak sebanding dengan ganasnya penggundulan hutan di kawasan Danau Toba. Jhontoni mendesak aparat keamanan untuk menindak tegas pelaku perusakan hutan kawasan dnau Toba.
“Kita minta pemerintah, terutama aparat keamanan untuk serius mengatasi penggundulan hutan di kawasan Danau Toba. Tangkap pelakunya, pencegahan lewat penindakan hukum perlu dilakukan,” katanya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tano Batak, Sumatera Utara