AMAN Simahiyang Berencana Dirikan Sekolah Adat di Sancang dan Kampung Dukuh
21 Februari 2024 Berita Fuji JannahOleh Fuji Jannah
Setelah berhasil mendirikan Sekolah Adat Dangiang Batuwangi tahun 2021, Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Simahiyang kembali berencana mendirikan Sekolah Adat di komunitas adat Sancang dan Kampung Dukuh.
Rencana ini telah dibahas di awal tahun 2024 oleh PD AMAN Simahiyang. Pembahasan dilakukan di Kampung Dukuh, Garut pada 5 Januari 2024. Kegiatan yang dilaksanakan di kediaman Abah Yayan ini dihadiri tujuh orang anggota Pengasuh Sekolah Adat Dangiang Batuwangi yaitu Dudu, Siti Rubaiah, Nunur, Jajam, Dadang, Lia, dan Tina. Kemudian, dua orang aparat desa selaku Ketua Adat Kampung Dukuh, dan RT RW setempat.
Setelah membahas pendirian sekolah adat di Kampung Dukuh selesai, pembahasan dilanjutkan tentang perluasan pembentukan sekolah adat di Sancang pada 6 Januari 2024. Pembahasan ini turut dihadiri oleh pengasuh sekolah adat Dangiang Batuwangi dan beberapa tokoh adat setempat lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sebuah villa Sancang yang direncanakan akan menjadi tempat berlangsungnya kegiatan sekolah adat.
Dadang, salah seorang pengasuh Sekolah Adat Dangiang Batuwangi menyatakan program dan sistem pelaksanaan kegiatan sekolah adat di kampung Dukuh dan Sancang akan mengikuti sekolah adat Dangiang Batuwangi.
Dikatakannya, Masyarakat Adat setempat tentunya akan senang dengan dibentuknya sekolah adat ini. Sebab, mereka khawatir budaya dan sejarah adat ditempat mereka tinggal sudah mulai terkikis.
“Adanya sekolah adat ini bisa mengurangi kecemasan tersebut,” kata Dadang belum lama ini.
Dudu, pengasuh sekolah adat Dangiang Batuwangi lainnya menambahkan pentingnya sekolah adat ini tidak hanya untuk menggali budaya leluhur, namun sekolah adat ini juga perlu dibentuk untuk mengajari pola kehidupan Masyarakat Adat dari sisi ekonomi maupun kesehatan.
Dudu menjelaskan setelah pembentukan kedua sekolah adat tersebut, selanjutnya direncanakan pertemuan kembali untuk membuat kurikulum yang lebih jelas dan akurat bagi sekolah adat Simahiyang.
“Kalau dihitung, sudah ada tiga sekolah adat yang dibentuk di Simahiyang. Namun, kurikulum serta pengaturan bahan ajar masih kurang,” katanya sembari menambahkan kedepannya akan kembali dilaksanakan diskusi yang membahas kurikulum demi keberlangsungan sekolah adat di Simahiyang.
Selain membahas pembentukan sekolah adat, pertemuan yang berlangsung secara simultan ini juga menghasilkan rencana pengembangan Kelompok Usaha Milik Masyarakat Adat (KUMMA) di Kampung Dukuh. KUMMA Kampung Dukuh merupakan organisasi usaha yang bernaung dibawah BUMMA Simahiyang.
Dudu menjelaskan pembentukan KUMMA di Kampung Adat Dukuh ini menjadi awal dari perkembangan ekonomi masyarakat sekitar. KUMMA ini tidak hanya mengurusi satu produk saja, namun bisa dari berbagai hasil alam dan sumber daya alam yang ada di sekitar kampung Dukuh.
“Justru ini dirasa jadi lebih mudah dan menguntungkan,” ungkapnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Simahiyang, Jawa Barat