Menakar Semangat Peserta Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Kalimantan Selatan
26 Februari 2024 Berita AcungOleh Acung
Jiranto dan Saniah cukup energik, bersemangat mengikuti pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat yang dilaksanakan oleh Pengurus Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Provinsi Kalimantan Selatan di Hotel Fave pada 19-21 Februari 2024.
Jiranto dan Saniah rela meninggalkan kampungnya selama tiga hari di komunitas Balai Samihim, desa Betung, Kecamatan Pamukan Utara Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Keduanya juga harus menempuh perjalanan darat selama 12 jam lebih untuk sampai ke lokasi pelatihan di Banjarbaru.
Bagi Jiranto dan Saniah, ini perjalanan biasa. Bahkan, perjalanan yang lebih panjang dari ini pernah mereka tempuh, terutama saat menghadiri kegiatan AMAN.
Menurut Jiranto, kegiatan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat yang dilaksanakan oleh PW AMAN Kalimantan Selatan ini sangat menarik. Ia dan istrinya rela datang dari jauh untuk mengikuti kegiatan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat.
“Pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ini sangat bermanfaat dan menarik untuk diikuti,” ujarnya disela acara pembukaan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Banjarbaru, 19 Februari 2024.
Sebanyak 16 orang dari perwakilan Pengurus Daerah AMAN se-Kalimantan Selatan ikut dalam pelaihan Jurnalis Masyarakat Adat. Peserta yang terdiri dari 8 laki-laki dan 8 perempuan ini datang dari berbagai komunitas di Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Selatan (HSS), Tanah Bumbu, Kota Baru dan Kabupaten Tapin.
Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini dihadiri Kepala Newsroom PB AMAN Apriadi Gunawan dan Taqi Aliyuddin.
Jiranto mengaku baru pertama ini mengikuti pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat. Dikatakannya, ilmu yang diperoleh dari mengikuti pelatihan ini sangat berguna bagi dirinya yang sehari-hari bekerja sebagai petani.
Jiranto menerangkan sebagai petani, mereka sering menghadapi berbagai masalah di lapangan, terutama perusahaan yang ingin merampas wilayah adat. Ia menambahkan selama ini tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan para perampas wilayah adat tersebut. Kini, setelah mengikuti pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat, Jiranto mengaku sudah tahu apa yang harus dilakukan.
“Saya akan tulis apabila ada perusahaan yang coba-coba mengganggu wilayah adat kami,” katanya dengan nada sumringah.
Hal senada disampaikan oleh peserta pelatihan lainnya bernama Jahrani asal komunitas Balai Kiyu, Desa Hinas Kiri Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ia berharap setelah mengikuti pelatihan ini, sudah bisa membuat berita seputar aktivitas Masyarakat Adat yang ada di wilayah adat masing-masing.
“Banyak ragam aktivitas Masyarakat Adat di kampung yang bisa ditulis. Ini waktunya kami memberitakan semua itu,” katanya usai acara penutupan pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada Rabu (21/2/2024).
Foto bersama pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat. Dokumentasi AMAN
Membantu Menyebarluaskan Informasi
Ketua Pengurus Wilayah AMAN Provinsi Kalimantan Selatan Rubi mengatakan pelatihan ini bertujuan untuk melatih para Jurnalis Masyarakat Adat, khususnya yang berada di Kalimantan Selatan agar dapat membantu AMAN dalam memajukan Masyarakat Adat yang lebih baik ke depan. Rubi menambahkan wujud bantuan yang diharapkan dari jurnalis Masyarakat Adat nantinya bisa berbentuk penyebarluasan informasi terkait perjuangan Masyarakat Adat.
“Jurnalis Masyarakat Adat memiliki peran yang sangat penting dalam penyebarluasan informasi. Peran ini kita harapkan bisa membantu AMAN dalam menyokong perjuangan Masyarakat Adat di Kalimantan Selatan,” kata Rubi dalam sambutannya pada saat membuka pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat di Hotel Fave Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Senin (19/02/2024).
Rubi menyatakan selain menjadi penyokong perjuangan Masyarakat Adat, jurnalis Masyarakat Adat yang ditempa lewat pelatihan ini juga dapat meningkat kapasitas Masyarakat Adat dalam persfektif jurnalis, agar memanfaatkan media sebagai alat penyebar informasi dalam menjaga eksistensi Masyarakat Adat itu sendiri.
Agung Sedayu dari Tempo Witness yang bertindak sebagai narasumber dalam pelatihan ini menjelaskan bahwa dalam pelatihan Jurnalis Masyarakat Adat ini banyak hal yang dipelajari, terutama yang terkait jurnalistik. Seluruh peserta dibekali ilmu jurnalistik seperti pengetahuan dasar tentang jurnalisme warga, teknik penulisan. Kemudian, peserta juga diminta secara langsung melakukan peliputan dan membuat berita.
“Semua materi pelatihan ini diharapkan bisa jadi bekal para Jurnalis Masyarakat Adat untuk menulis berita yang ada disekitar wilayah adatnya,” katanya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat di Kalimantan Selatan