Mengangkat Tradisi Sentani Yang Hilang Dalam Festival Port Numbay 2024
08 Maret 2024 Berita Nesta MakubaOleh Nesta Makuba
Festival Port Numbay (FPN) ke-V yang akan berlangsung pada 18 -20 April 2024 akan menampilkan berbagai tradisi budaya orang Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua yang hilang.
Budaya orang Sentani yang hilang ini akan diangkat kembali lewat pagelaran yang disajikan secara tradisional dari kampung Yoka dan kampung Waena. Kedua kampung tersebut ditetapkan sebagai tuan rumah Festival Port Numbay ke-V 2024.
Ketua Panitia Festival Port Numbay ke-V, Roy Jefri Okoka, yang juga tokoh adat di kampung Yoka mengungkap ada beberapa tradisi budaya Sentani yang hilang akan diangkat kembali dalam Festival Port Numbay. Salah satunya tradisi Sarang Ikan Sasi atau dalam bahasa Sentani: Bhukere.
Roy menyatakan tradisi Bhukere ini telah hilang dalam keseharian orang Bhuyaka Sentani. Padahal, imbuhnya, tradisi ini kerap menjadi ritual paling sakral dalam tatanan adat budaya orang Sentani. Semisal acara keondofoloan, ritual adat atau acara-acara besar di kampung yang menghadirkan banyak orang.
Roy menerangkan tradisi ini umumnnya digunakan sebagai sebuah cara tradisional orang Sentani untuk menangkap ikan dalam jumlah besar. Namun, proses pembuatan Bhukere tidak sembarangan dibuat. Butuh orang khusus yang ditunjuk oleh Ondofolo atau Kepala Suku sebagai perwakilan adat. Roy menyebut hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa Bhukere dibuat secara baik sesuai dengan cara-cara nenek moyang.
Hasil dari panen ikan dalam tradisi Bhukere ini akan menjadi konsumsi umum, sesuai pembagian ondofolo atau Abhu Afa dalam suatu pesta adat.
“Tradisi budaya Bhuyaka Sentani yang hilang ini akan diangkat dalam Festival Port Numbay dan kembali dilestarikan seiring kencangnya arus modernisasi sekarang ini,” kata Roy Jefri Okoka pada Kamis, 7 Maret 2024.
Roy menjelaskan Bhukere ini menjadi Ikon dalam pelaksanaan FPN 2024, karena Danau Sentani adalah gambaran suku budaya orang Sentani. Dikatakannya, Danau Sentani menjadi sebuah implementasi eksistensi Masyarakat Adat Bhuyaka, mulai dari ruang kelola, tradisi kuliner, budaya dan alam sekitar.
“Danau Sentani merupakan wujud dari eksistensi budaya Masyarakat Adat Sentani. Di sana orang menggambarkan budaya, seni, kuliner dan sumber daya alam serta sumberdaya manusia,” cetusnya.
Tradisi Bukhere. Dokumentasi Nesta Makuba (Jurnalis Masyarakat Adat)
Roy mengatakan selain tradisi Bhukere, permainan dan kesenian tradisional yang dulunya menjadi budaya orang Sentani juga akan dipentaskan di Festival Port Numbay V 2024.
Roy menambahkan panitia juga akan menyajikan kuliner tradisional dalam Festival Port Numbay, seperti papeda bungkus yang disajikan menggunakan daun pandan. Kemudian, olahan makanan tradisional Sentani lainnya seperti papeda yang diolah menggunakan belanga tanah, baki tanah, dan loyang tanah dalam bahasa lokal : Ebhehele.
“Tujuan kami mengangkat tradisi budaya Sentani yang hilang ini supaya generasi mendatang tetap mempertahankan dan melestarikan tradisi leluhur ini,” ujarnya.
Festival Port Numbay menjadi agenda tahun Dinas Pariwisata Kota Jayapura. Tahun ini, Fesival Port Numbay dikemas dengan konsep dari kota ke kampung.
Roy menyatakan melalui Festival Port Numbay, mereka akan mengangkat dan mengembangkan potensi kampung yang selama ini tidak dilirik sebagai ikon pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura Matias Benoni Mano mengungkapkan pemilihan kampung Yoka dan Waena sebagai tuan rumah Festival Port Numbay ke-V 2024, karena segala potensi menyangkut pariwisata ada di kampung, baik tradisi, budaya, adat Istiadat, kesenian dan cerita rakyat serta potensi alam.
"Di kampung ada banyak potensi, sehingga kami mengemas ini dan mengembangkannya hingga mengajak wisatawan dari kota untuk ke kampung. Mari ke kampung,” ajak Matias Benoni pada Jumat, 24 Februari 2024.
Matias menyebut sejak tahun 2020, Festival Port Numbay digelar dari kampung ke kampung mulai dari kampung Kayu Pulo hingga ke Skouw. Kini, menyasar Wilayah Barat Heram di kampung Yoka dan Waena.
"Festival Port Numbay ini sudah berlangsung di beberapa kampung di Kota Jayapura. Harapannya biar orang kampung merasakan dampak ekonomis dari festival ini,” ujarnya.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Jayapura, Papua