AMAN Dan Sekolah Bisnis IPB Kerjasama Hubungkan Gerakan Masyarakat Adat Dengan Kampus
21 Mei 2024 Berita Apriadi GunawanOleh Apriadi Gunawan
Pengurus Besar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PB AMAN) yang diwakili Kedeputian III Urusan Ekonomi melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama dengan Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB).
Perjanjian kerjasama yang ditandatangani oleh Deputi III Sekjen AMAN Urusan Ekonomi, Annas Radin Syarif dan Dekan Sekolah Bisnis IPB Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS berlangsung di ruang Dekan pada Jum’at, 17 Mei 2024.
Annas Radin Syarif menjelaskan selama ini tim ekonomi AMAN sudah melakukan diskusi dan kerjasama dengan akademisi dari Sekolah Bisnis IPB dalam pelatihan-pelatihan untuk pengelola Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA).
“Dari interaksi tersebut, AMAN merasa mempunyai gagasan yang sama dengan Sekolah Bisnis IPB terkait pengembangan ekonomi Masyarakat Adat. Atas dasar ini, AMAN menjalin kerjasama dengan Sekolah Bisnis IPB,” kata Annas Radin Syarif pada Senin, 20 Mei 2024.
Annas menyebut ruang lingkup kerjasama AMAN dengan Sekolah Bisnis IPB meliputi pendidikan, pelatihan dan magang bagi mahasiswa, penelitian, pengabdian, asistensi usaha dan pengembangan ekonomi Masyarakat Adat serta kegiatan lain yang disepakati oleh para pihak.
Annas menjelaskan tujuan dari kerjasama ini untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan sumber daya para pihak di AMAN dan Sekolah Bisnis IPB dalam bidang pendidikan, penelitian, pengabdian dan pendampingan masyarakat, khususnya pada lingkup Masyarakat Adat.
“Hal yang ingin dicapai AMAN dengan adanya kerjasama ini adalah BUMMA mampu bersaing di pasar sehingga meningkatkan perekonomian Masyarakat Adat yang adil dan berkelanjutan,” jelasnya.
Annas menerangkan kerjasama ini merupakan langkah awal untuk menghubungkan gerakan Masyarakat Adat dengan dunia kampus (institusi pendidikan). Menurut Annas, hal ini sangat penting karena dalam gerakan Masyarakat Adat, AMAN kerap meningkatkan narasi tentang Masyarakat Adat dikalangan publik, pemerintah dan akademisi. Annas menambahkan upaya ini untuk menyambungkan gagasan di kampung dengan gagasan dunia kampus terkait pembangunan ekonomi, khususnya ekonomi Masyarakat Adat.
Annas berharap kerjasama dengan Sekolah Bisnis IPB ini dapat mendorong kerjasama-kerjasama lainnya dengan perguruan tinggi lainnya di daerah lain untuk meningkatkan narasi pembangunan ekonomi Masyarakat Adat di dunia kampus.
“Kita mulai dulu dengan yang terdekat (IPB),” katanya.
Annas mengatakan pada tahun 2018, AMAN telah bekerjasama dengan peneliti dari Intitut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Padjadjaran (UNPAD) melakukan kajian valuasi ekonomi di enam wilayah adat. Hasil dari study tersebut menunjukkan bahwa nilai ekonomi di enam wilayah adat tersebut rata-rata per kapita per tahun angkanya lebih besar dari angka PDRB. Hal ini menunjukkan bahwa Masyarakat Adat adalah pelaku pembangunan.
“Seharusnya nilai ekonomi di wilayah adat ini mampu mendorong perekonomian di daerah maupun nasional. Namun, sayangnya potensi ekonomi yang ada di wilayah adat tersebut belum menjadi rujukan pengambil kebijakan, terutama dalam pengakuan hak-hak Masyarakat Adat,” ungkap Annas.
Dikatakannya, hingga saat ini tim ekonomi AMAN telah mengidentifikasi dan mendukung 340 kelompok-kelompok di komunitas Masyarakat Adat seperti kelompok pengrajin, petani, nelayan dan lainnya. AMAN kemudian memfasilitasi kelompok-kelompok yang ada untuk membentuk Badan Usaha untuk pengembangan ekonomi lebih lanjut.
“Ini yang kita sebut BUMMA,” ujarnya.
Annas mengakui bahwa dalam pengembangan usaha ekonomi Masyarakat Adat, memerlukan masukan untuk inovasi maupun teknologi agar mampu bersaing di pasar. Oleh karena itu, AMAN menggandeng kalangan akademisi untuk meningkatkan ekonomi yang sejalan dengan nilai-nilai yang ada di Masyarakat Adat.
“Harapannya, perekonomian Masyarakat Adat kita ke depan bisa lebih baik,” kata Annas.