Ritual Mulai Ke Buah: Mengembalikan Roh Kehidupan Masyarakat Adat Kampung Ansok di Kalimantan Barat
29 Mei 2024 Berita Trifina Oktaria DentiOleh Trifina Oktaria Denti
Masyarakat Adat kampung Ansok di Dusun Balai Temenggung, Desa Benua Kencana, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat berkumpul melaksanakan ritual Mulai Ke Buah pada Selasa, 14 Mei 2024. Ritual yang dipimpin seorang tetua adat bernama Pak Kai ini merupakan bagian penting dari warisan budaya Masyarakat Adat kampung Ansok.
Masyarakat berkumpul disekitar temparak (tempat menyimpan sesajen)¸di mana pentik (kayu kecil-kecil dari setiap pohon buah yang ada yang diukir) ditancapkan. Pak Kai mulai membacakan sampi (doa-doa) dengan umpan (sesajen) yang sudah disiapkan di atas daun pisang.
Ketua Adat kampung Ansok, Un Sanansah menerangkan ritual Mulai Ke Buah ini merupakan bentuk penghormatan, terima kasih dan rasa syukur Masyarakat Adat kampung Ansok atas hasil panen yang telah mereka dapatkan. Pria berusia 50 tahun ini mengatakan tujuan dari pelaksanaan ritual ini untuk mengembalikan roh buah yang dipercaya memberikan kehidupan bagi Masyarakat Adat kampung Ansok. Selain itu, sebutnya, ritual ini juga menjadi ajang untuk mempererat solidaritas dan kebersamaan diantara anggota Masyarakat Adat di kampung Ansok.
“Ritual Mulai Ke Buah cukup penting. Dengan ritual ini, kita memanggil roh-roh buah untuk memohon hasil panen yang baik,” kata Un Sanansah usai memimpin pelaksanaan ritual Mulai Ke Buah di kampung Ansok.
Un Sanansah menambahkan setelah mendapat hasil panen yang baik, Masyarakat Adat kampung Ansok memberi penghormatan dengan memberikan makanan dan membiarkan roh-roh tersebut kembali pada tempatnya, sambil mengusir segala hal buruk dari kampung mereka.
Un Sanansah mengatakan sebelumnya, mereka menggelar ritual Ngalu Ke Buah pada awal musim buah, tepatnya ketika pohon-pohon buah mulai berbunga dan menunjukkan tanda-tanda akan berbuah. Pada saat itu, katanya, masyarakat menyambut datangnya musim buah dengan harapan akan hasil panen yang melimpah.
“Ritual ini merupakan cara Masyarakat Adat kampung Ansok untuk menghormati roh-roh alam yang memberikan keberkahan pada tanaman buah,” tuturnya.
Un Sanansah menjelaskan persiapan dan segala perlengkapan ritual Mulai Ke Buah sama dengan Ngalu Ke Buah. Hanya saja, imbuhnya, pada ritual Mulai ke Buah ada tambahan berupa Ruba. Ruba adalah miniatur rumah yang diisi dengan umpan (sesajian), pentik yang sudah dipisahkan dari yang ditanam di bawah temparak,dan seekor anak ayam. Anak ayam ini melambangkan segala hal jahat atau buruk dari manusia.
Sebagai penutup ritual Mulai Ke Buah, Ruba yang isinya sudah lengkap akan dihanyutkan dari hilir kampung.
“Ini melambangkan pengusiran hal-hal buruk dan pemulangan roh buah ke asalnya,” cetus Un Sanansah.
Un Sanansah mengatakan melalui ritual Mulai Ke Buah, Masyarakat Adat kampung Ansok menunjukkan semangat dan komitmen mereka dalam menjaga tradisi ini. Mereka menyadari bahwa ritual-ritual menjadi lambang kekuatan budaya dan spiritual yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga mengukuhkan identitas budaya mereka di tengah arus modernisasi.
“Dengan melaksanakan ritual ini, mereka tidak hanya merawat warisan budaya, tetapi juga menjaga keseimbangan dan memastikan keharmonisan antara manusia sebagai makhluk yang sangat bergantung pada alam dan leluhur agar tetap terjaga,” terangnya.
Antonius Antong, salah seorang tokoh pemuda adat di kampung Ansok menyoroti pentingnya keterlibatan generasi muda dalam ritual ini. Menurutnya, acara ritual seperti Mulai Ke Buah dan Ngalu Ke Buah cukup penting untuk diketahui oleh generasi muda. Bahkan, sudah seharusnya generasi muda bisa mengikuti prosesi ini secara penuh.
“Ini merupakan warisan leluhur yang patut dipelajari oleh generasi muda,” katanya.
Antonius menyebut ritual seperti ini cukup langka. Doa-doa (sampi) tidak bisa diucapkan secara sembarangan dan harus dilengkapi dengan adat yang benar.
“Kita berharap ke depannya anak muda bisa bangkit untuk memajukan pelestarian budaya ini," ujarnya penuh harap.
***
Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Kalimantan Barat