Oleh Arnold Prima Burara’

Isak tangis anak, cucu, dan saudara mengiringi prosesi pemakaman mendiang Sindo ‘Den Upa’ Rombelayuk menuju tempat peristirahatan terakhir. Ibunda dari Sekretaris Jenderal AMAN Rukka Sombolinggi ini dikebumikan di Dammen, letaknya tidak jauh dari Tongkonan To’ Pao. Jenazah Den Upa’ dimasukkan ke dalam patane yaitu kuburan yang dibangun oleh keluarga menyerupai rumah.

See You Again, Mamak”. Demikian tulis Rukka Sombolingi dalam laman media sosialnya usai mengiringi pemakaman ibunda tercinta pada Selasa, 9 Juli 2024.

Ratusan orang menghadiri upacara pemakaman mendiang Den Upa’ Rombelayuk di Pao Nanggala, Kaupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Upacara berlangsung hikmat dan haru. 

Mamak Den, demikian beliau akrab disapa, bersama dengan mendiang suaminya Pak Sombolinggi’ turut serta dalam mendirikan AMAN pada 1999. Mamak Den tokoh penting di AMAN dan gerakan Masyarakat Adat di Nusantara. Semasa hidupnya, Mamak Den pernah memegang beberapa jabatan di AMAN. Selain itu, Mamak Den juga pernah mengemban amanah sebagai Kepala Lingkungan dan Kepala desa di Nanggala.

Mamak Den meninggal pada 2 Juni 2019 di Rumah Sakit Elim Rantepao. Jenazahnya di semayamkan di kediamannya di Tanete Kindan, Madandan Tana Toraja. Selanjutnya, pada 2 Januari 2024 dipindahkan ke Tongkonan To’ Pao, Nanggala untuk dilakukan prosesi ritual Aluk Rambu Solo’ atau upacara pemakaman secara adat Toraya.

Sebelum pemakaman, ada beberapa proses ritual Aluk Rambu Solo’ yang dilaksanakan,  yaitu ritual Ma’Palao pada 4 Juli 2024, ritual Katogkonan pada 5-6 Juli, ritual Mantunu pada 8 Juli, ritual Meaa atau pemakaman dan ritual adat Ma’palao yaitu jenazah dibawa oleh rombongan di sekitar Tongkonan untuk dinaikan ke Lakkean pada 9 Juli. Lakkean adalah tempat terakhir jenazah disemayamkan. 

Sebelum dimakamkan, biasanya dilakukan ritual adat Katongkonan atau menerima tamu yang berlangsung selama dua hari. Kemudian, Mantunu yakni pemotongan kerbau yang sudah disepakati keluarga. Setelah itu,dilanjutkan dengan Meaa atau pemakaman.

Namun, sebelum masuk dalam ritual Ma’palao ada beberapa ritual yang harus dilakukan yaitu Kombongan Keluarga yaitu rapat internal keluarga untuk persiapan ritual Aluk Rambu Solo’ atau pemakaman. Kemudian Ma’ balik dilanjutkan dengan Ma’pasulluk kemudian Mendarang setelah itu Mangriu’ Batu atau menarik batu.

Mangriu’ Batu adalah salah satu bagian dari ritual Aluk Rambu Solo’ (pemakaman). Batu ini sering disebut dengan Simbuang atau Menhir. Batu atau Menhir ini sengaja dipasang sebagai simbol abadi orang yang sedang diritualkan. Batu ini juga sebagai monument dengan tingkatan tertinggi atau simbol adat. 

Setelah pemasangan batu, selanjutnya dilakukan Ma’pasa’ Tedong yaitu mengarak kerbau yang akan dikurbankan masuk ke dalam lokasi ritual. Baru kemudian dilanjut dengan  Ma’parokko Paladan,Ma’bala’kayanMa’parokko Alang dan terakhir Mangosok Simbuang.

Mamak Den Sosok Panutan

Mamak Den semasa hidup dikenal sebagai sosok yang sangat ramah terhadap semua orang. Ia juga menjadi panutan dalam keluarga dan masyarakat.

Isak Sibala, salah seorang warga Nanggala menyatakan semasa hidup, Mamak Den baik sekali. Suka menolong dan membantu orang yang mengalami kesusahan. Isak juga menyebut Mamak Den sangat ramah. Kalau ada orang lewat atau ketemu, Mamak Den selalu menebar senyum.

“Mamak Den orang baik, suka membantu dan tidak pernah marah,” kata Isak Sibala saat mengiringi pemakaman jenazah Mamak Den di Pao Nanggala.

Isak menuturkan bahwa Mamak Den adalah sosok yang akan selalu dirindukan oleh masyarakat karena meninggalkan banyak kebaikan bagi orang banyak. “Mamak Den akan selalu dirindukan masyarakat,” katanya sambil menghela nafas haru.

Fadel Achmat, salah seorang tamu dari Jakarta menuturkan kesannya yang mendalam saat mengikuti prosesiritual pemakaman Mamak Den. Fadel mengaku terkesima dengan itu semua, terutama saat Masyarakat Adat bergotong royong ikut membantu prosesi pemakaman.

“Saya salut dengan kebersamaan masyarakat di sini. Mereka saling membantu, ini membuktikan gotong royong Masyarakat Adat di Toraja masih terjaga dengan baik,” katanya sembari mengaku ini pengalaman pertamanya menyaksikan secara langsung prosesi pemakaman di Toraja.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Writer : Arnold Prima Burara’ | Toraya
Tag : AMAN Toraya Rambu Solo’ Pao Nanggala