Oleh Maskur Hadi

Pendidikan adat menjadi pokok bahasan hangat dalam lokakarya bertajuk “Visi Pendidikan Adat” di hari kedua pelaksanaan Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara di wilayah adat Olehsari, Kabupaten Banyuwangi, pada Selasa, 13 Agustus 2024.  

Lokakarya yang diikuti dari berbagai komunitas Masyarakat Adat di seluruh Nusantara ini turut dihadiri Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi.

Dalam pengantarnya, Rukka mengatakan sekolah adat perlu hadir ditengah kehidupan kita supaya Masyarakat Adat paham akan nilai-nilai dan warisan leluhur. Sekolah adat juga  menjadi tempat untuk belajar kembali memperbaiki hubungan dengan leluhur, sesama Masyarakat Adat dan alam.

Rukka menegaskan sudah seharusnya Masyarakat Adat hidup dengan berpegang teguh pada nilai-nilai leluhur. Pedoman hidup inilah, yang menjadikan Masyarakat Adat paling tangguh dalam menghadapi krisis.

“Saat pandemi (Covid) lalu, yang bertahan dari serangan pandemi itu adalah wilayah-wilayah adat yang masih terhubung langsung dengan tanahnya. Hal ini membuktikan model kehidupan Masyarakat Adat lebih baik di tengah krisis dibanding model-model lainnya,” kata Rukka.

Sejalan dengan Rukka,  Deputi 1 Sekjen AMAN Urusan Organisasi Eustobio Rero Renggi yang bertindak sebagai fasilitator dalam diskusi ini menyatakan sekolah adat perlu dibentuk. Menurutnya, pembentukan sekolah adat merupakan salah satu upaya untuk mewarisi, mempraktekkan dan melanjutkan seluruh pengetahuan leluhur pada generasi mendatang.

Ia khawatir jika pembentukan sekolah adat ini tidak dipikirkan mulai saat ini maka pengetahuan tradisional, seluruh prakteknya yang ada di Masyarakat Adat bisa dipastikan akan mengalami kepunahan di masa depan.

“Apalagi, di tengah arus globalisasi dan sistem digitalisasi yang semakin massif dan canggih sekarang ini, keberadaan sekolah adat dibutuhkan untuk membentengi pengetahuan tradisional Masyarakat Adat,” paparnya.

Pria yang akrab dipanggil Eus ini menuturkan melalui Musyawarah Besar Sekolah Adat ini,  akan lahir kesepakatan-kesepakatan untuk memastikan arah pembentukan sekolah adat.

“Ini penting mengingat keberlangsungan sekolah adat juga memastikan keberlanjutan kehidupan Masyarakat Adat,” pungkasnya.

Eustobio menambahkan pengetahuan yang dikumpulkan dari berbagai sekolah adat atau berbagai kampung, arahnya selain untuk keberlangsungan Masyarakat Adat, juga untuk menjaga keberlanjutan bumi.

Harapan Para Siswa Sekolah Adat

Sejumlah siswa sekolah adat ikut hadir dalam dialog publik yang digelar disela kegiatan Musyawarah Besar Sekolah Adat Nusantara 2024. Mereka menaruh harapan besar dengan adanya sekolah adat ini. Dimata siswa, sekolah adat ini sangat penting keberadaannya ditengah kampung.

“Kami perlu sekolah adat di kampung agar bisa belajar pengetahuan tradisional dan melestarikannya,” kata Praing Laitaku, salah seorang siswa sekolah adat dari Sumba.

Praing juga menilai peran sekolah adat di kampung cukup penting untuk mendidik mereka cinta terhadap kampung dan menjaganya agar tidak punah

Gelandro Nathaanael Frans dari Sekolah Adat Arasopolessy di Maluku juga memiliki harapan yang serupa dengan Praing dan ratusan siswa adat lainnya.

“Berharap sekolah adat ini bisa mencetak kami menjadi Masyarakat Adat yang mandiri, melestarikan daerah, dan mengetahui sejarah leluhurnya,” ujarnya.

Begitupun dengan Hory Nday Matolang. Ketika ditanya alasannya memilih menuntut ilmu  di sekolah adat, siswa dari Sumba yang berusia delapan tahun ini dengan lantang menyatakan biar kampungnya tidak diambil orang.

***

Penulis adalah Jurnalis Masyarakat Adat dari Komunitas Masyarakat Adat Osing, Banyuwangi.

Writer : Maskur Hadi | Osing, Banyuwangi.
Tag : HIMAS 2024 Pendidikan Adat Osing Banyuwangi