Tarian Etnik Memeriahkan Malam Budaya
14 Januari 2015 Berita RSAKalimantan memiliki ragam budaya yang kaya, maka tak lengkap rasanya jika hari pertama penyelenggaraan gelaran Rakernas AMAN ke III tidak menampilkan kekhasan tarian dari Kalimantan yang identik dengan suku Dayak. Tarian berjuluk “Handep” menjadi pembuka malam budaya, Thoseang Asang sebagai koreografer menceritakan bila tarian ini meceritakan kebersamaan membangun pondasi kerukunan budaya Indonesia dalam ideologi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang berbasis kearifan lokal. Tercermin jelas dengan kibaran bendera merah putih di akhir pertunjukan. [caption id="attachment_1086" align="alignleft" width="300"] Tarian Mandau Ramaikan Rakernas AMAN Ke III[/caption] Meski performance tarian ini merupakan garapan baru etnik Dayang Kalteng, “Indonesia tersebar di daerah dan lokal, jadi kita hidup itu pasti akan kembali natural atau adat istiadat” papar Thoeseng Asang, setelah pementasan. “tarian ini juga disesuaikan dengan konsep kerja AMAN yang juga kembali ke lokal” tambang Thoeseng. Selanjutnya, “Tari Deder” dari Kotawaringin timur, Kalimantan Tengah menceritakan indahnya pulau Borneo. Selanjutnya “Tari I Wurung Juwe” sebagai tarian pengantin Dayak tampil manis dan menarik, menurut Mardiana mengisahkan kisah mempelai laki-laki yang mencari mempelai perempuan yang konon ceritanya, disembunyikan oleh roh-roh leluhur (Wurung Siung) namun ditutup dengan kebahagiaan pasangan. Cukup kontradiksi dengan Tari Mandau yang terkenal sebagai tari perang dari Kalimantan. Mandau merupakan senjata andalan suku dayak yang dianggap keramat. Kebanyakan mandau tersebut telah diberi mantra-mantra oleh kepala suku (Pesor) sehingga mandau-mandau tersebut dapat melindungi diri dari serangan musuh. Malam ini, tari mandau yang biasanya dibawakan oleh pemuda-pemudi suku Dayak, dibawakan oelh satu penari, namun dari gerak dan mandauu yang tergenggam di tanagnnya tetap menggambarkan keberanian dan ketankasan dalam memainkan senjata andalan suku dayak. Tari ini didominasi dengan gerakan Kinyah, tasai, deder, lemolembai dan saluang murik. Kebersamaan juga bisa terjalin melalui media tari melalui tarian Dero dari Sulawesi tengah, uniknya tarian ini melibatkan peserta AMAN yang membentuk lingkaran, tarian ini di daerah asalnya dilaksanakan sebagai hiburan saat pernikahan dan mengucapkan syukur. Tarian ini biasa dilakukan semalam suntuk, awalnya dilakukan oleh pasangan, selanjutnya masyarakat dapat menari bersama. Penutupan malam budaya menampilakn Tarian Karang Sapeq dari Kalimantan Timur. Tarian yang ditampilkan oleh pasangan ini menampilkan gerak gemulai dan musik yang sendu, koreografinya memang sama dengan maknanya. Tarian ini disajikan dari elementer “Tari Kejin Heyeung” yag ingin mengungkapkan kegelisahan. Ketika resah melanda diekspresikan lewat unsur gerak, bunti dan rasa dalam alunan musik sampek yang seakan sedang mengarungi riam-riam kehidupan. Pada malam budaya ini, selain tarian juga dilaksanakan penandatanganan MOU AMAN dengan GPPK dalam upaya menguatkan insiatif masyarakat dalam pengembangan dan penguatan koperasi dan ini adalah satu mandat dengan meningkatkan lembaga ekonomi keuangan.//*****RSA