Oleh Titi Pangestu

Hari ini, diajang COP 16 yang berlangsung di Cali, Kolombia, diskusi dalam kelompok kerja pleno 1 kembali menyoroti hal terkait dengan pendanaan langsung atau direct mechanism funding bagi Masyarakat Adat. Meskipun negara-negara maju telah menekankan pentingnya peran Masyarakat Adat dalam pelestarian lingkungan dan pencapaian target-target global keanekaragaman hayati, komitmen untuk mendukung mekanisme pendanaan langsung bagi komunitas ini masih menemui berbagai hambatan.

Pada sesi ini, ekosistem “Blue Carbon” seperti hutan bakau dan lamun menjadi fokus diskusi, dengan penekanan pada kontribusi penting Masyarakat Adat dalam menjaga keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim. Namun, komitmen negara-negara maju untuk memberikan dukungan finansial langsung bagi Masyarakat Adat dianggap belum memadai, karena askesibilitas dan mekanisme yang masih diperdebatkan.

Beberapa negara maju yang ikut dalam kegiatan ini, seperti Meksiko, Swiss dan Uruguay menyoroti pentingnya meningkatkan alokasi dana untuk mendukung proyek-proyek keanekaragam hayati. Meksiko, misalnya mendorong peningkatan alokasi pendanaan sebesar 20%. Swiss disisi lain, menekankan pentingnya mekanisme pendanaan melalui Global Biodiversity Framework (GBF) dan kontribusi mereka terhadap Dana Lingkungan Global (GEF). Namun, swiss juga menekankan bahwa panduan pendanaan harus lebih jelas.

AMAN melihat pentingnya pendanaan yang lebih mudah diakses oleh Masyarakat Adat tanpa prosedur birokrasi yang rumit, pendanaan langsung akan mempercepat proyek-proyek konservasi ditingkat lokal, serta memastikan bahwa hak-hak Masyarakat Adat dihormati dalam pengelolaan sumber daya alam.

Writer : Titi Pangestu | Jakarta